Deg, Alea tertegun ketika melihat dokter baru diapotek tempatnya bekerja. Yang diperkenalkan anak bosnya. Wajahnya mengingatkan akan cinta pertamanya diwaktu SMA yang pergi tanpa kabar selama delapan tahun.
Wajah yang sama tapi nama yang berbeda. Apa Alea sudah salah mengenal orang. Dia sangat yakin kalau dokter didepannya adalah
orang yang dulu teman sakaligus orang yang dia cintai. Tidak ada beda sedikitpun dari wajahnya.
Namanya dokter Haikal Fernanda. Dokter spesialis penyakit dalam yang baru datang dari kota. Dia hanya menatap dingin ke semua karyawan ketika memperkenalkan diri. Tanpa melihat sedikitpun ke arah Alea.
Mengapa dia tidak mengenali Alea?
Apa lamanya waktu berpisah membuatnya melupakan Alea?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dia Mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part#23
Besok harinya ayah Alea ingin pulang. Dia sudah merasa lebih baik. Dia juga tahu makin lama dia dirumah sakit biaya pengobatan akan makin bertambah. Dia tidak mau membebankan Alea lebih berat lagi.
Setelah selesai periksa pagi ini. Eri memohon untuk mengizinkannya pulang kerumah dan dirawat dirumah saja. Kebetulan Haikal yang menjadi dokternya. Eri mengatakan alasanya tidak mau lama-lama dirawat dirumah sakit. Alea yang pagi itu sedang pergi membeli sarapan untuknya dan Alan. Jadi dia tidak tahu kalau ayahnya memohon sama Haikal untuk pulang hari ini. Hanya Alan yang menunggui ayahnya. Dia juga tidak bisa apa-apa ketika ayahnya bersikeras untuk pulang. Dia juga mengerti kegelisahan ayahnya.
Ketika Alea sudah kembali membeli sarapan dia tidak bertemu dengan Haikal. Karna Haikal sudah selesai memeriksa ayahnya. Dan kembali keruangannya.
Saat mereka sarapan. Perawat datang membawa memberitahu kalau Eri sudah diizinkan pulang hari ini. Alea yang mendengar merasa heran sekaligus senang. Perawat juga membawa obat untuk dimakan Eri dirumah. Ternyata Haikal sudah mempersiapkan apa saja yang diperlukan Eri sebelum pulang kerumah.
Mereka segera membereskan semua perlengkapan yang akan dibawa pulang.
''Kita cari angkot aja didepan kak. Kasihan ayah harus naik motor pulang dengan kondisi sekarang'' kata Alan.
''Iya, biar kak yang temani ayah diangkot. Kamu yang bawa barang-barang lain pakai motor'' jawab Alea.
Selesai berberes mereka pergi keluar. Tapi sebelumnya Alea mau membayar biaya pengobatan dan perawatan ayahnya selama dirumah sakit kebagian administrasi.
Ayah Alea menunggu dikursi antri bersama Alan. Sedangkan Alea pergi kebagian pembayaran.
''Permisi kak Ria, Berapa biaya pengobatan atas nama bapak Eri suhanda?'' tanya Alea.
''Tunggu bentar ya Lea'' jawab Ria bagian pembayaran. Dia mulai mencari nama ayah Alea di komputer.
''Biaya pengobatan atas nama bapak Eri Suhanda sudah lunas. Ini bukti pembayarannya'' kata Ria menyerahkan bukti pembayaran kepada Alea. Alea terkejut dan Binggung karna dia sama sekali belum membayarnya.
''Tapi saya belum membayarnya kak. Kalau boleh saya tahu siapa yang membayarkannya kak?'' tanya Alea.
''Maaf Lea disini tidak disebutkan nama pembayarnya'' jawab Ria. Alea akhirnya menerima bukti pelunasan biaya pengobatan ayahnya. Dalam hatinya masih bertanya siapa orang yang telah membayarkannya. Alea ingin berterima kasih dan ingin membayar kembali uang orang tersebut. Tapi dia tidak tahu harus mencari kemana orangnya.
Alea masih berjalan sambil melamun. Dia bahkan berjalan melewati ayahnya dan Alan yang sedang menunggu.
''Kak Lea'' panggil Alan. Tapi Alea tidak mendengar. Dia masih berjalan.
''Kak Lea'' Teriak Alan sambil mengejar Alea dan menepuk bahunya. Alea terkejut melihat kearah Alan.
''Kakak kenapa dipanggil tidak menjawab?'' tanya Alan.
''Ah, kakak tidak mendengar'' jawab Alea
''Gimana kakak akan dengar kalau kakak berjalan sambil melamun gitu. Sampai kakak tidak sadar sudah melewati kami''kata Alan menunjuk ayahnya yang masih duduk.
''Ya Allah maafin kakak dek'' ucap Alea.
''Ada masalah apa sih kak? Sampai kakak berjalan melamun gitu? Apa uang kakak kurang untuk membayar biaya pengobatan ayah?'' tanya Alan tidak sabaran.
''Bukan, masalahnya uang pengobatan ayah sudah lunas dibayar'' jawab Alea.
''Siapa yang membayarkannya kak?'' tanya Alan.
''Itu yang kakak tidak tahu'' jawab Alea.
''Anggap saja yang membayarnya malaikat tanpa sayap yang dikirim Allah untuk menolong kita'' ucap Alan.
''Kamu seperti tidak kenal kakak saja. Kakak paling tidak suka berutang budi sama orang'' jawab Alea.
''Terus kakak mau mencari kemana? Sedangkan kakak sendiri tidak tahu'' tanya Alan.
''Kakak juga binggung'' jawab Alea pasrah.
''Ya udah kita pulang dulu. Nanti dipikirkan lagi. Kasihan ayah menunggu disana'' kata Alan.
''Iya'' jawab Alea.
Mereka kemudian mengajak Eri pulang. Mereka berjalan keparkiran dulu. Untuk mengantar barang kemotor Alan. Tapi sebelum mereka sampai diparkiran sebuah mobil berhenti didepan mereka. Alea heran mobil siapa yang berhenti.
Ketika pintu mobil terbuka. Haikal keluar dari sana. Alea mengrenyitkan kening melihat Haikal.
''Dokter'' sapa Eri sambil tersenyum
''Biar saya antar bapak pulang'' kata Haikal ramah. Eri menatap Alea dan Alan.
''Terima kasih dok. Tapi kami tidak mau merepotkan dokter'' tolak Eri tidak enak hati.
''Saya tidak merasa direpotkan pak. Lagian saya juga ada perlu diluar sebentar'' jawab Haikal.
''Kami bisa naik angkot pulang dok. Kalau dokter ada perlu silakan pergi dulu'' ucap Alea. Dia merasa tidak nyaman didekat Haikal. Apalagi mengingat kejadian di apotek beberapa hari yang lalu.
''Hhmm, iya tapi sekalian saya antar pulang. Kasihan ayah kamu harus menunggu angkot dulu. Dia belum sembuh total. Kalau sampai kenapa-napa selama menunggu angkot kamu juga yang repot'' kata Haikal patang menyerah.
''Iya kak, lebih baik diantar dokter Haikal pulang. Ayah juga belum kuat berdiri terlalu lama'' sambung Alan. Alea melototin mata kepada Alan. Tanda dia tidak setuju dengan ucapan Alan.
''Bagaimana yah?'' tanya Alea meminta pendapat ayahnya.
''Ya kalau dokter memaksa, kami tidak bisa menolak. Sebelumnya maaf kalau kami merepotkan dokter'' kata Eri. Alea sebenarnya tidak mau diantar Haikal. Tapi karna ayahnya sudah bicara seperti itu dia terpaksa setuju juga.
''Tidak usah sungkan pak. Saya dan Alea sama-sama berkerja diapotek. Jadi anda bisa mengangangap saya sebagai teman Alea'' ucap Haikal. Alea memandang tidak suka sama Haikal. Dia merasa selama ini Haikal tidak pernah berprilaku seperti menganggapnya sebagai teman. Bahkan dia lebih memperlakukan Alea sabagai bawahannya dan sering menghina.
''Terima kasih anda sudah menganggap anak bapak seperti itu. Bapak sangat senang. Jarang-jarang ada dokter yang mau berteman dengan Alea yang hanya karyawan Apotek. Dokter sungguh baik hati'' puji Eri. Haikal hanya tersenyum.
''Hmm, apa yang sedang dipikirkan sama dokter satu ini. Tumben dia bersikap ramah hari ini. Biasanya judes minta ampun'' batin Alea.
Alea bahkan tidak bisa menemukan maksud dari sikap ramah Haikal. Haikal hanya tersenyum melihat Alea menatapnya curiga. Tapi dia tidak menghiraukan itu semua.
''Barang-barang di masukan ke bagasi mobil saja Al'' kata Haikal kepada Alan. Dia membuka bagasi mobilnya.
''Baik dok'' jawab Alan memasukan barang-barang kebagasi mobil. Haikal juga membuka pintu mobil untuk ayah Alea. Sedangkan Alan lebih memilih pulang mengunakan motornya.
Setelah Eri masuk. Alea berencana duduk disamping ayahnya dikursi belakang. Tapi tangannya ditahan Haikal. Haikal kemudian menutup pintu mobil.
''Kamu duduk didepan'' ucap Haikal singkat.
''Tapi saya mau duduk bersama ayah'' protes Alea.
''Tapi aku bukan sopir'' ucap Haikal penuh penekanan. Alea yang malas berdebat akhirnya duduk didepan disamping Haikal. Haikal tersenyum melihat Alea menurut tanpa membantah terlebih dahulu.