NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti Anak Sponsor Ku

Ibu Pengganti Anak Sponsor Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Ibu Pengganti / Pengasuh / Chicklit
Popularitas:26.2k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

"Aku ingin kau menjadi orang yang menyusuinya."

Sienna menatap pria di hadapannya dengan mata membelalak, yakin bahwa ia pasti salah dengar. “Maaf, apa?”

Arsen Ludwig, pria yang baru diperkenalkan sebagai sponsor klub ice skatingnya, menatapnya tanpa ekspresi, seolah yang baru saja ia katakan adalah hal paling wajar di dunia.
“Anakku, Nathan. Dia menolak dot bayi. Satu-satunya cara agar dia mau minum susu adalah langsung dari sumbernya.”

Jantung Sienna berdebar kencang.
“Aku bukan seorang ibu. Aku bahkan belum pernah hamil. Bagaimana bisa—”

“Aku tahu,” potong Arsen cepat. “Tapi kau hanya perlu memberikan dadamu. Bukan menyusuinya secara alami, hanya membiarkan dia merasa nyaman.”

Ini adalah permintaan paling aneh yang pernah ia terima. Namun, mengapa ia tidak langsung menolaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

...****************...

Rasa nyeri di lututku makin menjadi. Aku mencoba bangkit, tapi tubuhku langsung limbung. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisku, dan napasku tersengal karena menahan sakit yang menjalar tajam dari lututku.

"Nona Sienna, kami akan membawa Anda ke rumah sakit," suara kepala pelayan terdengar cemas di dekatku.

Aku menelan ludah, ingin menolak, tapi rasanya aku benar-benar gak bisa berdiri. Lututku terasa lemas, dan aku takut kalau aku memaksakan diri, kondisiku malah makin parah.

"Nathan… gimana dengan Nathan?" suaraku lemah, setengah berbisik.

"Tuan kecil Nathan masih tertidur," salah satu pelayan meyakinkanku. "Kami akan menjaganya sampai Anda kembali."

Aku menggigit bibir, masih ragu, tapi saat kepala pelayan dan supir pribadi Arsen membantuku berdiri, aku akhirnya menyerah.

Mereka membawaku ke luar rumah dan dengan cepat membantuku masuk ke mobil. Rasa sakit makin menusuk setiap kali aku sedikit bergerak, dan aku hanya bisa menggigit bibir sekuat tenaga untuk menahan erangan.

Mobil melaju dengan cepat menuju rumah sakit, sementara aku bersandar di kursi dengan napas yang masih tidak beraturan. Aku masih berusaha mencerna semuanya—kejadian tadi, Tiara, amarahnya, dan yang paling membuatku semakin kesal adalah kenapa aku harus selemah ini?

Aku mengepalkan tangan, merasakan amarah bercampur frustrasi dalam diriku. Aku bahkan gak bisa melawan saat dia menginjak lututku tadi.

"Tolong lebih cepat," suara kepala pelayan terdengar panik saat berbicara pada supir.

Aku hanya bisa diam, menatap ke luar jendela dengan pandangan kosong. Aku gak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi yang pasti, setelah ini aku gak akan tinggal diam.

...****************...

Setelah pemeriksaan selesai, aku duduk di ranjang rumah sakit dengan perasaan campur aduk. Lututku masih berdenyut nyeri, tapi pikiranku lebih kacau daripada rasa sakitnya. Aku gak tahu harus gimana setelah ini.

Saat pintu ruangan terbuka, aku mengangkat wajah dan langsung bertemu dengan mata gelap Arsen.

Wajahnya… kelihatan kacau. Ada kemarahan yang tertahan di sorot matanya, tapi di saat yang sama, aku bisa lihat dia juga sedih. Rahangnya mengeras, napasnya terdengar berat seolah dia baru saja menahan diri untuk gak melakukan sesuatu yang gila.

"Sienna…" suaranya dalam, tapi aku bisa dengar emosi di baliknya.

Aku mengalihkan pandangan, gak mau menatapnya lama-lama. Aku terlalu capek buat menjelaskan semuanya sekarang.

Arsen melangkah mendekat, berdiri di sisi ranjang dengan tangan mengepal. Aku bisa lihat dia berusaha keras menahan emosinya.

"Siapa yang melakukan ini?" suaranya dingin, tapi aku tahu dia sudah bisa menebak jawabannya.

Aku menghela napas panjang, akhirnya menatapnya lagi. "Kau pasti sudah tahu."

Mata Arsen menyipit, ekspresinya makin gelap. "Aku ingin dengar langsung dari kau."

Aku menggigit bibir. Aku tahu Arsen pasti sudah dapat laporan dari pelayan atau siapa pun yang menelponnya tadi. Tapi aku juga tahu dia gak akan tenang kalau aku gak bicara langsung.

"Tiara datang ke rumah," suaraku datar, tapi di dalam hati aku masih kesal mengingat kejadian tadi. "Dia marah, bilang kalau kau cuma mencintai dia, dan aku gak ada artinya. Dia mau ambil Nathan."

Aku bisa dengar Arsen menghembuskan napas panjang, seolah berusaha mengendalikan diri.

"Lalu?"

"Kami berdebat, dia makin marah. Dan… dia dorong aku sampai jatuh, terus dia injak lututku." jawabku sedikit gugup.

Ruangan langsung hening. Aku gak berani lihat ekspresi Arsen sekarang, tapi aku bisa rasain kalau dia lagi berusaha menahan amarahnya.

Tiba-tiba, suara dentuman keras terdengar di sampingku. Aku terlonjak kaget dan langsung menoleh. Arsen baru saja menghantam dinding dengan tinjunya. Napasnya kasar, matanya penuh kemarahan.

"Brengsek," desisnya.

Aku mengerutkan kening, merasa sedikit tidak nyaman melihatnya semarah ini.

"Arsen… sudah, aku baik-baik saja."

Dia langsung menatapku, matanya tajam.

"Kau pikir aku bisa tenang setelah tahu dia menyakitimu sampai seperti ini?"

Aku terdiam.

Arsen mengusap wajahnya dengan kasar, lalu duduk di kursi samping ranjangku. Aku bisa lihat bahunya masih tegang.

"Aku janji, dia gak akan pernah bisa menyentuh kau atau Nathan lagi," katanya, suaranya rendah tapi penuh ketegasan.

Aku menelan ludah, perasaan dalam hatiku jadi gak karuan. Arsen terlihat benar-benar marah… dan untuk pertama kalinya, aku sadar kalau dia benar-benar peduli.

Aku belum sempat merespons ucapan Arsen ketika tiba-tiba dia menarikku ke dalam pelukannya.

Pelukannya erat, hangat… dan terasa begitu nyata.

Aku sempat membeku, tidak tahu harus berbuat apa. Tapi aku bisa merasakan sesuatu yang berbeda dalam cara dia memelukku kali ini. Seolah dia benar-benar takut kehilanganku.

"Maaf…" bisiknya di samping kepalaku. "Maaf, Sienna."

Aku terdiam.

Arsen menarik napas panjang, tangannya sedikit gemetar saat mengusap punggungku.

"Aku yang seharusnya melindungi kau, tapi malah membiarkan ini terjadi. Kalau saja aku gak meninggalkan kau sendiri di rumah…"

Aku menggigit bibir, mataku tiba-tiba terasa panas. Sejujurnya, aku juga menyalahkan diri sendiri. Kalau saja aku lebih berhati-hati, kalau saja aku tidak terpancing amarah Tiara, mungkin aku tidak akan berakhir seperti ini.

Tapi sekarang, bukan saatnya mencari siapa yang salah.

Aku mengangkat tangan, perlahan menyentuh punggung Arsen. "Ini bukan salahmu." Suaraku pelan, hampir seperti bisikan.

Arsen menggeleng, masih memelukku erat.

"Pemulihanmu akan lebih lama lagi… Aku gak mau ini terjadi. Aku gak mau kau semakin menderita."

Aku terdiam, merasakan dadanya naik turun saat dia menghela napas berat.

Dia benar.

Dokter tadi bilang kalau cedera lututku semakin parah. Ada pembengkakan di sekitar ligamen, dan itu akan membuat proses pemulihanku lebih lama dari yang seharusnya.

Aku yang awalnya berharap bisa pulih dalam beberapa bulan, sekarang harus menghadapi kenyataan kalau aku mungkin harus menunggu lebih lama.

Mungkin… lebih dari satu tahun.

Dan itu berarti… aku semakin jauh dari impianku untuk kembali ke dunia ice skating.

Aku mengepalkan tangan di punggung Arsen, berusaha menahan air mata yang ingin keluar.

"Aku gak tahu harus bagaimana…" suaraku bergetar, akhirnya mengakui apa yang kurasakan.

"Kau gak sendiri, Sienna. Aku janji aku akan ada untuk kau." Arsen semakin mempererat pelukannya padaku.

Aku mendesah pelan saat seorang perawat membantuku duduk di kursi roda. Rasanya agak menyebalkan, mengingat sebelum insiden kemarin, aku sudah bisa berjalan meskipun masih agak pincang. Sekarang? Kembali ke awal lagi.

Arsen berdiri di sampingku, wajahnya serius. Aku bisa melihat rahangnya mengeras sejak tadi, seperti menahan sesuatu.

"Kalau kau gak hati-hati, bisa saja kau harus pakai kursi roda lebih lama," kata dokter dengan nada tegas. "Aku harap kau benar-benar istirahat dan gak memaksakan diri. Lututmu butuh waktu lebih lama untuk pulih sekarang."

Aku hanya mengangguk lemah.

Setelah beberapa arahan lain, akhirnya aku diizinkan pulang. Arsen sendiri yang mendorong kursi rodaku keluar rumah sakit. Kepala pelayan dan supir pribadi juga ikut, memastikan semuanya berjalan lancar.

Begitu sampai di mobil, aku menarik napas panjang. Jujur, aku sedikit khawatir pulang ke rumah itu lagi.

"Nathan?" tanyaku, memecah keheningan.

"Dia baik-baik saja," jawab kepala pelayan. "Masih tertidur saat kami meninggalkan rumah tadi."

Aku mengangguk, sedikit lega. Setidaknya, anak itu gak melihat kekacauan yang terjadi kemarin.

Arsen membantuku masuk ke dalam mobil dengan hati-hati, lalu duduk di sampingku. Sepanjang perjalanan, dia gak banyak bicara. Tangannya sesekali mengepal di atas pahanya, tapi dia tetap diam.

Aku meliriknya sekilas. "Kau marah?" tanyaku pelan.

Arsen menoleh, tatapannya dalam. "Tentu saja aku marah."

Aku menelan ludah.

Dia mengusap wajahnya kasar sebelum kembali menatapku. "Aku gak habis pikir Tiara bisa berani melakukan itu. Aku sudah peringatkan dia untuk gak mendekat lagi… tapi dia malah menyakitimu."

Aku bisa merasakan kemarahan dalam suaranya, tapi di balik itu, ada sesuatu yang lain. Rasa bersalah.

Aku mengalihkan pandangan ke luar jendela. "Aku juga salah. Aku gak hati-hati."

"Jangan menyalahkan diri sendiri," potong Arsen cepat. "Kau gak salah apa-apa, Sienna."

Aku terdiam.

Mobil melaju dalam hening. Aku gak tahu harus berkata apa lagi. Yang jelas, ada banyak hal yang harus dihadapi setelah ini. Aku belum tahu bagaimana semuanya akan berjalan, tapi satu hal yang pasti… kehidupanku di rumah itu gak akan sama lagi.

.

.

.

Next 👉🏻

NT lagi eror ya? 🤔

Btw, sambil nunggu ini bisa baca ceritaku yang lain. Judulnya "Istri Tengil Jenderal Impoten".

1
Jenny
waahh... kado pernikahannya langsung lounching adiknya Nathan. .
Jenny
pokoknya bikin pesta pernikahan yang paling wow... ngalahin pas Tiara nikah sama Arsen dulu ya kak 😃😃😃
Alen's Vy: Iyaaa
total 1 replies
Jenny
padahal selalu ditunggu2 updatenya lhooo 😄
Alen's Vy: Makasih udah nungguin/Grievance/
total 1 replies
Ririn Susanti
aku yg panas arsen/Grin/
Alen's Vy: /Chuckle/
total 1 replies
kei
Luar biasa
Alen's Vy: Terima kasih dukungannyaaa /Chuckle//Kiss/
total 1 replies
Jenny
memang jalan satu2nya biar Tiara itu sadar bahwa Arsen sudah bahagia dengan istri barunya adalah memberi adik pada Nathan.
Alen's Vy: Iya kann maunya di gaskan Arsen aja tiap hari🤣😭 tapi pun biniknya juga kebesaran gengsi
total 1 replies
Jenny
yang penting mantan istri Arsan gak ganggu lagi
Alissia
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Slight/
Tyaz Wahyu
kalo aq jd arsen aq culik tiara lalu aq kasih makan buaya atau hiu spy dia mati tanpa jejak n g ganggu lg #halu
Jenny
bodoh banget jadi Sienna... kenapa tidak ganti nomor saja setelah kejadian di Milan??
Alen's Vy
Eya Eya eyaaakk udahlah gas kan aja sen..
Semangat
Thor yg istri tengil jenderal impoten kapan lanjutt?/Grievance/
Alen's Vy: Malam yaaa
total 1 replies
Semangat
lanjut thor.. mereka ini malu2 bgt. kebesaran gengsi dua²/Smug/
jenny
status Tiara sudah bercerai atau belum sih thor?
jenny: iya kak, aku tau... tapi knp Tiara kayaknya gak ikhlas gitu ketika melihat ada wanita yang menggantikan posisinya?
Alen's Vy: Udah kak, di bab 22 kan ada gosip mereka yg dari fitnahan mantannya(Rizky). Trus Sienna baca komentar netizen godain duda. Gitu..
Mereka juga udah cerai pas Nathan lahir karena selingkuh..
total 2 replies
muna aprilia
lanjut
jenny
Mulia banget hatinya Sienna... padahal tidak ada darah Sienna yang mengalir di tubuh Nathan tapi dia memikirkan Nathan sampai sebegitunya.
Semangat
lanjut thor
Alen's Vy: Iyaa ntar sore yakk
total 1 replies
Alen's Vy
Bagusss
Anonymous
Yang baca juga shock ko sienna, ga kamu doang/Facepalm//Awkward/
Semangat
jahat bgt. untung putus ya thor
Alen's Vy: Iya ih, untung aja.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!