Dark Wife Mr. JEF

"Biarkan saja, ma. Kimmy pandai memasak juga," sahut Jef dan mendapat tatapan tajam dari Belle.

"Dari mana kau tahu?" tanya wanita itu seraya menghunuskan matanya pada Jef.

"Aku sudah mencoba masakannya kemarin malam dan tadi," jawab Jef tanpa beban.

Belle ingin meluapkan kekesalannya pada Kimmy, namun ia masih sadar jika itu bukan waktu yang tepat. Yang ada, keluarga Jef akan membencinya. Dan bisa jadi mereka bukan hanya akan akan memberi Jef pilihan, melainkan meminta langsung untuk menceraikannya. Dan Belle tidak ingin itu terjadi, ia tidak ingin merusak reputasinya dengan menjadi seorang janda.

"Ya sudah, kalau begitu mama temani, ya!" tawar Anelis dan mendapat anggukan dari Kimmy.

Sementara Kimmy dan ibu mertuanya pergi ke dapur, Jef, Belle serta Abellard duduk di sofa ruang keluarga tersebut. Ekspresi wajahnya masih menunjukkan kekesalan di sana, Jef bisa lihat saat wanita itu tengah mengepal kuat-kuat kedua tangan.

"Aku tidak bermaksud memuji Kimmy untuk menjatuhkanmu di hadapan mama dan papaku, Belle. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya," ucap Jef lirih dan itu semakin menyulut emosi Belle.

"Harusnya kau tidak melakukan hal itu, Jef! Kau baru saja membuat aku malu," seru wanita itu dengan nada bicara pelan namun penuh kekesalan.

Jef meraih kedua buah tangan Belle yang terkepal, menggenggamnya cukup erat.

"Maafkan aku, Belle. Jangan marah, ya!" bujuk Jef seketika meluluhkan hati Belle.

"Jangan pernah mengulanginya!" pinta wanita itu penuh harap, dan mendapat anggukan dari suaminya.

"Mau ke dapur juga, tidak?" tawar pria itu.

Awalnya Belle ingin menolak dan memilih menunggu di sana saja, tapi hal itu pasti akan membuatnya akan berada di bawah Kimmy. Ia harus bisa meyakinkan Jef dan mertuanya jika ia lebih unggul dari pada gadis itu.

"Iya," jawab Belle sembari menganggukan kepalanya.

Mereka pun bangun dari duduknya dan beranjak menuju dapur.

"Harusnya pakai perasan jeruk nipis atau limau sedikit, agar rasanya lebih segar," saran Kimmy pada ketua juru masak di sana.

"Tapi rasanya pasti akan masam, nona," jawab wanita yang di ketahui bernama Rami.

"Coba saja dulu sedikit, pasti rasanya bakal lebih enak!"

Rami pun menambah sedikit perasan jeruk nipis. Setelah di cicipi, ternyata rasanya beneran lebih enak dan segar.

"Benar, nona. Enak, segar. Wah wah wah, nona Kimmy sepertinya pandai memasak, ya?"

"Berarti Jef tidak salah, Kimmy. Kau memang pandai memasak," puji Anelis seraya menatap menantunya kagum.

"Ah tidak juga. Hanya bisa, bukan berarti pandai. Bukankah seorang wanita memang di tuntut untuk bisa memasak, kan?"

Saat Kimmy melontarkan pertanyaan barusan, Belle dan Jef datang. Belle merasa jika Kimmy tengah mencari perhatian pada siapapun yang ada di rumah ini.

"Punya skill tidak seberapa saja sudah membuatmu sombong!" sahut Belle, membuat semua pasang mata yang ada di sana tertuju padanya.

"Sudah, jangan membuat keributan di sini! Belle, mau ikut bantu juga, kan?" tanya Anelis pada menantu pertamanya itu.

Sedikit ragu, selain tidak pernah turun ke dapur, Belle juga tidak pernah memasak karena tidak bisa. Bukan tidak bisa, tapi tidak pernah mau mencoba. Ia bingung harus membantu apa.

"Aku ke dalam lagi, ya!" pamit Jef usai mengantarkan istrinya ke dapur, begitupun dengan Anelis.

Sementara Kimmy membantu memindahkan kuah soto pada mangkuk besar, Belle masih memilih diam. Melihat semuanya tengah sibuk pada pekerjaannya, tiba-tiba saja ide buruk melintas di kepala wanita itu.

"Kau pikir kau layak jadi bagian dari keluarga Abellard, Kimmy? Tidak usah bermimpi, kau hanya gadis yang sedang di manfaatkan oleh kita semua," cetus Belle lirih.

Belle berjalan mendekati Kimmy yang tengah memindahkan kuah panas dari panci ke mangkuk besar. Niat buruknya semakin meembuatnya bersemangat untuk melakukan hal tersebut. Ia ingin kuah panas itu bukan berpindah ke mangkuk, melainkan ke tubuh Kimmy dengan dalih ia tidak sengaja menyenggolnya.

Ketika hendak menjalankan aksinya, ujung ekor Kimmy menangkap gerak-gerak wanita yang mencurigai. Dengan cepat ia menuangkan kuah soto tersebut. Saat sudah kosong, ia mengangkat panci tersebut dan berdiri menghadap ke arah datangnya wanita mencurigakan tersebut.

"Aaaakkkhhh..."

Teriak Belle saat panci yang Kimmy pegang menyentuh kulit tangannya. Hal tersebut menarik perhatian semua orang yang berada di sana termasuk orang yang sedang berada di ruang keluarga.

"Apa yang terjadi denganmu, nona Belle?"

"Kak Belle, kau baik-baik saja? Maafkan aku, aku tidak sengaja!" ucap Kimmy seraya menyentuh tangan yang sedang merasakan panas itu.

"Diaaam..!" sentak Belle pada Kimmy.

"Ada apa ini?" seru Anelis yang baru saja datang.

"Apa yang terjadi denganmu, Belle?" tanya Jef khawatir.

Kimmy melihat Belle akan bicara, namun ia segera mendahului. Sebab ia yakin Belle pasti akan berkata macam-macam yang akan menyudukan dirinya.

"Kak Belle menghampiri aku ketika aku baru saja selesai menuangkan kuah soto. Jadi, panci yang sedang aku pegang tidak sengaja mengenai tangannya," jawab Kimmy dengan cepat.

Belle langsung melayangkan sorot mata tajam pada gadis itu.

"Benar begitu, Belle?" tanya Jef hendak di bantah oleh wanita itu, namun seseorang membuat pernyataan Kimmy kuat.

"Benar begitu, tuan Jef. Aku juga melihatnya tadi," sahut salah satu pelayan di sana, hal tersebut memperkecil kesempatan Belle untuk menyudutkan kesalahan Kimmy.

"Harusnya kau hati-hati, Belle! Kau juga, Kimmy!" ucap pria itu mengingatkan.

"Iya, Kimmy. Lain kali lebih hati-hati, ya!" tambah Anelis yang juga ikut khawatir dengan kondisi tangan Belle yang memerah.

"Iya, maafkan aku! Sebagai bentuk perminta maafanku, bagaimana kalau kak Belle aku obati?"

"Tidak usah!" tolak Belle mentah-mentah.

"Kimmy benar, Belle. Lukamu harus segera di obati," sahut Anelis.

"Iya, Belle. Kimmy obati lukamu, ya!" tambah Jef membuat wanita itu tidak bisa menolak.

"Ayo, kak Belle. Aku obati," ajak Kimmy, sementara Anelis segera meminta Jef untuk segera mengambilkan P3K.

Sebelum mereka beranjak, Kimmy membisikkan sesuatu di telinga Belle.

"Rencanamu terlalu pasaran, kak Belle. Mudah sekali aku tebak."

Wajah Belle seketika merah padam, rahangnya mengeras dan ingin melayangkan tamparan pada gadis yang tersenyum mengejek padanya. Tapi ia di sadarkan oleh sakit di tangannya sehingga ia tidak bisa melakukan hal tersebut.

Bersambung...