NovelToon NovelToon
Selingkuhan Om Tiri

Selingkuhan Om Tiri

Status: tamat
Genre:Romantis / Petualangan / Tamat / Romansa-Tata susila
Popularitas:15.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Clarissa icha

Davina memergoki pacarnya bercinta dengan sahabatnya. Untuk membalas dendam, Davina sengaja berpakaian seksi dan pergi ke bar. Di sana dia bertemu dengan seorang Om tampan dan memintanya berpura-pura menjadi pacar barunya.

Awalnya Davina mengira tidak akan bertemu lagi dengan Om tersebut, tidak sangka dia malah menjadi pamannya!

Saat Davina menyadari hal ini, keduanya ternyata sudah saling jatuh cinta.Namun, Dave tidak pernah mau mengakui Davina sebagai pacarnya.

Hingga suatu hari Davina melihat seorang wanita cantik turun dari mobil Dave, dan fakta mengejutkan terkuak ternyata Dave sudah memiliki tunangan!

Jadi, selama ini Dave sengaja membohongi Davina atau ada hal lain yang disembunyikannya?

Davina dan Dave akhirnya membangun rumah tangga, tetapi beberapa hari setelah menikah, ayahnya menyuruh Davina untuk bercerai. Dia lebih memilih putrinya menjadi janda dari pada harus menjadi istri Dave?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Davina Pov

Sudah 1 minggu berlalu sejak aku tinggal di apartemen Om Dave. Entah kenapa aku merasa ikatan diantara kami semakin erat. Tak hanya itu saja, aku juga merasa bahwa Om Dave memiliki perasaan padaku.

Meski Om Dave tak pernah mengungkapkan perasaannya, tapi hal itu bisa terlihat dari caranya memperlakukanku akhir-akhir ini.

Memang terkadang sikap Om Dave masih dingin dan ketus, tapi selalu menyelipkan perhatian di dalamnya.

Hari ini kami menghabiskan waktu seharian di apartemen. Baik aku ataupun Om Dave, tak ada yang keluar apartemen di hari minggu ini.

Kami sempat olahraga bersama dan berenang di sore hari. Apartemen milik Om Dave memang di lengkapi kolam renang pribadi.

Selebihnya kami hanya menonton film, atau sibuk di kamar masing-masing.

Saat ini aku sedang menonton televisi seorang diri di ruang keluarga. Om Dave ada di dalam kamarnya, dia bilang akan menyelesaikan pekerjaan.

Aku meraih ponsel milikku yang baru saja berdering. Segera ku angkat panggilan telfon dari Papa.

"Hallo Pah,,"

Aku benar-benar rindu dengan Papa. Mungkin karna sejak umur 12 tahun aku selalu berasa di sampingnya dan bergantung padanya.

"Kamu dimana sayang.?"

"Farrel bilang kamu nggak pernah menginap di rumah Mama Sandra."

"Apa kamu nggak bosan sendirian di rumah.?"

Aku sudah menduga Papa akan menanyakan hal ini. Karna sejak 1 minggu lalu, aku tak pernah menginap di rumah Mama Sandra. Hanya beberapa kali saja mampir ke rumah Mama Sandra setelah pulang kuliah. Itupun karna Farrel memaksaku untuk datang.

"Aku di rumah Pah. Akhir-akhir ini banyak tugas kuliah, jadi harus fokus mengerjakannya."

"Kalau menginap di rumah Mama Sandra, pasti di gangguin Kak Farrel."

Aku terpaksa berbohong. Tak ada yang boleh tau kedekatan ku dangan Om Dave. Karna aku sadar semua ini tidak benar. Papa pasti akan sangat marah kalau tau aku tinggal bersama Om Dave.

Ya walaupun kami tak pernah melakukan apapun di luar batas selama 1 minggu ini. Tapi tetap saja akan membuat Papa kecewa jika mengetahui semua ini.

"Davina,,,,"

Bersamaan dengan suara pintu yang terbuka, Om Dave memanggilku.

Aku langsung panik, menoleh ke sumber suara. Ku lihat Om Dave berjalan menghampiriku.

Aku memberikan isyarat pada Om Dave agar tak bicara apapun lagi.

"Ada siapa disitu.?" Tanya Papa.

Aku seketika gugup. Rupanya suara Om Dave di dengar oleh Papa.

"Ini Pah, Pak Edi bawain pesanan makanan ku."

"Aku mau makan dulu Pah,, byee,,, salam untuk Mama Sandra,,"

Segera ku matikan sambungan telfon. Semoga saja Papa percaya dan tak menelfon orang rumah.

Walaupun mereka sudah ku beri tau agar selalu mengatakan pada Papa jika aku ada di rumah.

"Hufftt,,,hampir saja,," Aku menghela nafas lega. Ku lirik Om Dave yang baru saja duduk di sampingku.

"Saya nggak tau Papamu menelfon." Ucap Om Dave. Selalu dengan suara dan tatapan datar.

"Kemari,," Om Dave menepuk pahanya. Seperti biasa, dia menyuruhku untuk duduk di pangkuannya. Bagaimana aku bisa menolak permintaannya.? Sedangkan aku selalu berharap bisa seperti itu setiap saat.

Aku sudah duduk di pangkuannya tanpa membutuhkan waktu lama.

Ku tatap teduh wajah tampan Om Dave dan mengulas senyum tipis untuknya.

Kedua tangan Om Dave memegang pinggang ku. Awalnya hanya menyentuh saja, tapi perlahan mulai memberikan remasan kecil di sana.

Aku menyukai sentuhan tangan Om Dave yang selalu membuat jantung bergemuruh, dan membuat darah berdesir.

Kini tangan Om Dave bergerak naik dan menggerayangi tubuhku. Aku menegang, saat tangan besar itu menyusup masuk ke dalam bajuku dan memainkan tangannya di dalam sana.

Sepertinya aku memang sudah gila. Entah sejak kapan aku jadi berani berbuat seperti ini dan bahkan menikmatinya. Aku sudah melanggar larangan Papa, yang tak mengijinkan ku melakukan kontak fisik dengan laki-laki lebih dari sekedar berciuman.

Sekarang lihat apa yang aku lakukan dengan Om Dave. Tubuh bagian atasku sudah ku berikan padanya sejak hari itu sampai detik ini.

"Jangan biarkan orang lain menyentuhnya.!" Ucap Om Dave sembari menatap ku. Bersamaan dengan tangannya yang meremas lembut benda kenyal milikku.

Aku hanya bisa mengangguk. Bingung harus menjawab apa. Lagipula aku juga tak pernah berfikir untuk mengijinkan laki-laki lain menyentuhku.

Ku lihat Om Dave mengulas senyum senang setelah melihatku mengangguk patuh. Dia juga semakin bersemangat memberikan sentuhan yang memabukkan.

Entah siapa yang memulai, kini bibir kami sudah menyatu. Ciuman lembut berubah menjadi ciuman panas yang membuatku candu.

Aku selalu menginginkannya, rasa tak rela kalau kami harus mengakhiri ciuman ini.

Masih dalam keadaan melu -mat bibirku, Om Dave mulai melepaskan satu persatu kancing piyama yang aku kenakan. Detak jantungku semakin tak karuan. Aku menunggu perlakuan Om Dave selanjutnya.

Ini benar-benar membuatku gila, entah bagaimana aku sangat menyukai semua ini. Sedangkan dulu tak ku biarkan Arga menyentuh aset kembar ku, apa lagi mere 'mas dan menghisapnya seperti yang sering dilakukan oleh Om Dave.

Tubuh bagian atasku sudah polos. Aku pasrah saja saat Om Dave membaringkan ku di sofa. Aku dibawah kungkungan nya saat ini.

Ku tekan kepala Om Dave saat dia melahap salah satu asetku. Rasanya tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Aku bahkan ingin Om Dave menyesapnya lebih kuat.

Tubuh ku dibuat menegang, sesekali mengeluarkan des-sahan. Mana mungkin aku tak menikmatinya semua ini. Hal yang sebelumnya tak pernah aku dapatkan dari siapapun.

Aku menatap kecewa saat Om Dave berhenti dan menyingkir dari atas tubuhku.

"Pakai lagi baju kamu. Malam ini tidur di kamar saya." Katanya sembari membangunkan ku dari sofa dan mengambilkan baju piyama yang tadi di lempar olehnya.

"Br-anya mana Om.?" Aku menatap ke bawah untuk mencari pembungkus asetku.

"Besok saya carikan. Sekarang pakai saja bajunya." Sahutnya.

Om Dave saja tidak tau dimana letak br--a ku, padahal dia yang melepas dan melemparnya.

Aku menatap ragu, bagaimana aku memakai piyama longgar ini tanpa memakai br-a.?

"Cepat pakai," Om Dave kembali menyuruhku untuk memakai piyama itu. Aku mengangguk dan langsung memakainya, setelah itu beranjak mengikuti langkah Om Dave menuju kamarnya.

Setelah 1 minggu tinggal disini, akhirnya aku di ijinkan untuk tidur di kamarnya lagi.

Bukankah ini salah.? Tapi kenapa aku tak peduli, justru senang saat harus tidur satu ranjang dengan Om Dave.

Om Dave beranjak ke kamar mandi setelah mengunci pintu. Aku duduk di ranjang untuk menunggunya.

Cukup lama Om Dave berada di dalam, dia keluar dengan rambut yang basah.

Kenapa Om Dave mandi malam-malam, padahal kami akan tidur.

"Kok mandi lagi Om.?" Manik mataku mengikuti pergerakan Om Dave.

"Kalau saja nggak mandi, kamu akan menjerit kesakitan malam ini." Katanya dengan nada dan ekspres datar.

Menjerit kesakitan.? Memangnya apa yang terjadi.?

Aku menatap bingung pada Om Dave yang sedang mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil sembari berjalan ke arahku.

"Memangnya ada apa Om.? Kenapa harus menjerit kesakitan.?" Tanyaku penasaran.

"Lupakan saja.!"

"Cepat tidur.!"

Om Dave menyimpan handuk, kemudian naik ke atas ranjang dan tidur terlentang.

Aku segera menyusulnya. Berbaring di samping Om Dave sembari memeluknya.

"Balik badan.!" Seru Om Dave.

"Kenapa harus balik badan.?"

"Lakukan saja perintah saya." Ujarnya tak mau di bantah.

Aku jadi tidak berani menolak permintaan Om Dave.

Begitu selesai berbalik badan, Om Dave langsung memelukku dari belakang.

Pantas saja dia menyuruhku berbalik badan. Tapi kenapa tidak bicara langsung saja. Hanya menyuruhku berbalik badan dan justru membuatku kebingungan.

1
Visencia Alingga
Lumayan
Ratniatin Ginoga
thor itu cerita si Aditya dan aurelia kapan di upnya
Sopiah Azzahra
Lumayan
Arma Dwi
suka bgt dg karakter dave😍
pejuang rupiah😶‍🌫️
Luar biasa
Sri Noviawati
Biasa
Hesti Pramuni
diiih..yg polooss...😣😣
Mei Prw
luar biasa
Thiva ShiRegarr II
Luar biasa
mama fia
quote yg bagus Devina..
mama fia
udah baca berulang ulang..
mama fia
Kecewa
sashi kirana
Luar biasa
Christy Ling
sangat bagus
Diedie
Luar biasa
aryuu
bener gitu orang orang di club malam sebangsat itu??
aryuu
suka sama ceritanya ya cuman agak sedikit kecewa sama karakter utamanya ... polos polos murahan gitu
aryuu
ni cewe polos tapi kok ga kapok ya diselingkuhi
Nieno Pay
Luar biasa
3sna
farel gk tau gimn rsny diposisi daviana
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!