Kesetiaan yang dibalas dengan pengkhianatan, membuat Bianca rela menyamar menjadi pembantu di rumah wanita yang menjadi istri siri suaminya tercinta.
" Bersiap-siaplah mas, tertawalah sepuas mu. Kau dan gundikmu itu akan membayar rasa sakit dari pengkhianatan ini ".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gevha Jeany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara ingin marah atau menangis?
Happy Reading...
💞
Mereka saling pandang. Tak lama tawa mereka pecah. Menilik penampilan Nora yang sangat acak acakan.
Bayangkan saja, penampilan Nora yang sangat berantakan, belum lagi rambutnya awut awutan mirip seperti singa kelaparan, heels yang tadinya menghiasi kakinya kini tertenteng indah dikedua tangannya.
"Ckck! Keliatan banget ya pelakor kelas ikan teri" ucap Lilis sambil bersedekap.
"Apa dia udah bangkrut yak? Astagaa...jadi begini gundiknya si Yuga di balik layar?? Hahaha". Upps, jangan heran Dodi itu mulutnya pedas lho.
"Jahilin akhhh !!!"
"Ehh, mau ngapain lo?" ucap Dodi waspada. Dia sangat hapal karakter sahabatnya itu yang suka nekatan.
"Yang penting lo diem. Jangan lupa pegangan" pesan Lilis tak lupa mengukir senyuman sambil mengedipkan matanya sebelah kiri.
Dodi tertegun melihatnya, cantik.
Sedetik kemudian dia tersadar dan langsung menggelengkan kepala. Segera dia melakukan yang disuruh Lilis. Pegangan.
Lihatlah sekarang, gaya Lilis layaknya seorang pembalap internasional yang sudah handal.
Brumm..brumm...
Untung jalanan sedang tidak padat, dia langsung tancap gas dan...
Byurrrr
"Woiiiy!!! Sialan lo. Gak ada otak lo yaa..." terdengar suara Nora berteriak memaki.
Orang orang yang kebetulan berada disana bukannya membantu malah menertawakannya membuat Nora menggeram marah. Namun tidak bisa berbuat apa apa. Selain menerima nasib.
Dodi dan Lilis kompak melihat pada kaca spion. Tawa puas mereka kembali pecah.
"Gilak!!! Parah lo" ucap Dodi sambil memegangi perutnya.
"Mumpung ada genangan air bekas ujan semalem yaa di manfaatin dong. Mantap kan jadi kayak mbah dukun main sembur, hahaha.
Kali aja setan dalam tubuhnya langsung ngebirit keluar. Biar insyaf dia". Ada rasa puas dihati Lilis setelah membalas sedikit sakit hati sahabat baiknya itu.
"Itu malah belum seberapa"
Dodi mengacungi jempol pada Lilis.
"Itu akibatnya jadi pelakor!!"
Ditempat lain, tak henti hentinya mulut Nora komat kamit. Dia menggerutu, dan memaki.
"Huhuhu...sial banget sih hari ini. Mana ponsel lowbat lagi. Uang gak ada, nyampek jam berapa coba kalau pulang jalan kaki gini. Mana laper lagi belom makan seharian, kasian bayiku huhuhu..." Nora menangis meratapi nasib sambil mengelus perutnya yang masih rata.
Dengan langkah gontai dia meneruskan perjalanannya, sesekali mengibaskan tangan pada wajah letihnya karna cuaca yang begitu panas. Malang nian nasib calon istri seorang pengusaha terpandang ini.
Kesialannya bertambah kala dia melewati gerombolan anak anak nakal yang meneriakinya orang gila.
"Mimpi apa aku semalam?" tangisnya dalam hati.
🌹
Dan tibalah Bianca dirumah "majikannya" sebelumnya dia lebih dulu mengubah penampilannya di rumah kontrakannya. Keningnya mengkerut bingung menatap sekelilingnya yang tampak sepi menurutnya.
Bianca merogoh saku rok kembangnya dan mengambil ponsel jadulnya, "Udah jam segini dia belum pulang? Ckck..kemana perginya manusia satu itu?". Kemudian dia mengambil kunci yang dia letakkan dibawah pot bunga.
Dia menuju dapur, "Baiknya makanan tadi ku panaskan saja".
Setengah jam menunggu, suara pagar terdengar seperti ada yang membuka. Bianca bergegas kedepan dan mengintip dibalik gorden.
Sumpah demi apa pun, dia ingin sekali tertawa sekencang mungkin melihat sosok yang biasanya terlihat angkuh kini seperti orang yang baru kabur dari rumah sakit jiwa.
"Masih mending penampilan ku yang begini dari pada dia, hihihi". Seakan tak ingin kehilangan moment, dia langsung mengambil ponsel pintarnya dari kantong celana jeans di balik rok kembangnya.
Cekrek...cekrek. Selesai!!! Saatnya berakting.
"Astaga Bu, apa yang terjadi?" ucap Bianca khawatir. Tepatnya pura pura sih.
Nora kaget. Dia lupa kalau dirumahnya kini ada art.
"Gak apa apa. Saya mau ke kamar dulu" ucapnya ketus.
Bianca mengedikkan bahunya, lalu masuk kembali ke dapur. Dia menghempaskan badannya ke kursi seraya menangkupkan wajahnya dengan kedua tangan sambil mengulum senyum.
"Sebenarnya dia kenapa ya, kondisinya memprihatinkan gitu?". Bukannya khawatir cuman kepo aja.
🌹
Pagi ini Bianca sudah disibukkan dengan rutinitasnya sehari hari sebagai ibu rumah tangga. Meski rasa cintanya kian menyurut tapi dia mencoba bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa apa.
Saat sarapan sudah tertata rapi, dia bermaksud membangunkan suaminya yang dia pikir masih berbalut selimut. Namun langkahnya terhenti, dugaannya salah. Yuga sudah berpenampilan rapi tengah berjalan kearahnya itu pun dengan tergesa gesa.
Ternyata Yuga menolak untuk sarapan dirumah dengan alasan ada meeting dadakan dikantor.
Setelah pamit, Yuga tanpa menunggu jawaban dari istrinya langsung melenggang pergi membuat Bianca terpaku ditempat. Suaminya melupakan kebiasaannya, meninggalkan kecupan sebelum pergi.
Meski Bianca sering merasa jijik membayangkan jika dia sudah berbagi dengan wanita lain, tetap saja ada rasa nyeri dihatinya.
Seolah wanita itu sudah benar benar menggeser posisinya dihati Yuga, yang selalu mementingkannya dari pada istrinya.
Tidak ingin terlarut dalam luka, Bianca juga bergegas untuk pergi ke rumah gundik suaminya. Karna dia harus secepatnya tiba disana.
🌹
Prang
Sesampainya di depan pagar rumah Nora, Bianca mendengar suara ribut dan juga suara barang yang di lempar. Tanpa berpikir panjang dia langsung berlari memasuki halaman rumah.
Akan tetapi langkahnya kemudian melambat.
"Mobil mas Yuga?" batinnya lirih dengan tatapan nanar. Karna setaunya Yuga tadi pamit hendak kekantor karena ada meeting, namun ternyata...
Tanpa menimbulkan suara, Bianca mengendap masuk dan mengintip di balik jendela. Dia bisa melihat dengan jelas suaminya sedang membawa tubuh wanita itu dalam pelukannya, menenangkannya dan menciumi puncak kepalanya.
Sakit?? Itu pasti.
Kecewa?? Jelas.
Dari awal dia sudah menyiapkan hati untuk hal ini tapi tetap saja, sangat sakit bila melihat ada wanita lain dipelukan suami sendiri.
Bianca menajamkan pendengarannya saat mendengar Yuga membuka suara.
"Dengarkan penjelasan mas dulu. Mas salah, gak seharusnya mas membiarkan mu sendiri" Yuga berusaha membujuk agar mood wanita itu membaik.
"Kamu tau mas, aku sangat malu. Jalan dari Mall hingga kerumah, aku kelaparan. Uang sedikit pun gak kamu tinggalin untuk ku. Apa kamu gak kuatir dengan bayi kita, Hah??" Nora membentak Yuga, dia terus meronta agar terlepas dari pelukan Yuga.
"Mas minta maaf sayang. Gak terjadi sesuatukan sama bayi kita? Atau kita periksa kedokter saja?" ucap Yuga khawatir sambil mengelus perut Nora.
"Gak perlu. Pernikahan kita tinggal berapa hari lagi. Belikan aku berlian dan aku mau pesta yang mewah, baru aku memaafkan mu"
"Ra..mas kan udah bilang. Setelah bayi kita lahir, mas akan menceraikan Bianca setelah itu baru kita resepsi seperti yang kamu mau. Dengar, yang orang tau Bianca adalah istriku, mas gak mau kamu di tuduh pelakor. Percayalah mas hanya ingin melindungimu"
Gak mau dituduh sebagai pelakor?
Apa sebutannya untuk wanita yang berani merebut suami orang? Pelakor kan?.
Bianca meremas bajunya menyalurkan kemarahan dan kesedihan yang menyatu bersamaan.
"Ternyata ini udah kamu rencanakan mas. Apa tadi? Menceraikan ku?"
"Ingat gak buku tabungan yang sempat mas lempar ke kamu? Itu mas bikin yang baru menggantikan yang hilang kemarin. Ntar mas transfer ya" Nora yang masih sesegukan hanya mengangguk.
Tak ingin berlama lama, Bianca keluar dari persembunyiannya.
"Maaf Bu, Pak...saya telat" ucapnya pelan.
"Jam segini baru datang niat kerja gak sih, hah??" Nora yang masih marah melampiaskannya pada Ica.
"Tadi sakit Ibu saya kumat, Bu. Saya gak tega ninggalinnya. Maaf bu"
"Ya udah...ya udah. Kamu masak sana, saya ingin sarapan" Yuga langsung memotong sebelum Nora berbicara.
Ica pun langsung menuju ke dapur.
"Mas gak masuk kantor?"
"Agak siangan aja sayang, mas masih kangen sama kamu".
Semua tak luput dari pandangan Bianca. Tubuhnya meluruh di lantai, dia bingung antara ingin marah atau menangis?
.
.
.
.
Bianca / Ica : Orang yang sama ya gaiiss.
💞
😭😭