Pesona Si Gadis Desa

Malam semakin larut, Gamian dan teman-temannya kini tengah memeriksa kamera CCTV di area rumah dan juga di pinggir jalan dekat rumah Gamian. Masih belum mendapatkan dimana keberadaan Lana maupun siapa yang membawa Lana. Rasanya laki-laki itu sangat frustasi sekarang. Bagaimana bisa paa penculik itu lihai dan lolos dari kamera pengawas di rumah nya

"Bagaimana bisa seseorang menerobos keamanan rumah ini? Itu sangat konyol," ucap Angga tak habis pikir.

"Pasti ada orang dalam," sahut Ren. Sontak ketiga pria itu terdiam an memandangi pak Wong.

Melihat tatapan tuan muda nya, pak Wong langsung tersenyum. "Bukan saya, tuan," ucap pak Wong.

Yah Gamian rasa itu bukan pak Wong karena laki-laki tua itu sudah berkerja sangat lama dengannya. Lalu siapa?

"Apa mungkin laki-laki itu?"

"Siapa? Maksudmu David?" tanya Gamian.

"Iya, diakan menyukai istrimu. Mana tahu dia menculik istrimu," terka Angga.

"Tidak mungkin, laki-laki itu hanyalah karyawan restoran yang berlagak hebat. Itu tidak mungkin," sanggah Gamian.

"Tapi bisa saja dia, memang siapa lagi musuh mu selain dia? Kalau musuh semasa kita masih menjadi mafia kurasa sudah tidak ada, mereka semua sudah ada di pintu neraka. Aku rasa dialah yang menculik istrimu," jelas Angga.

"Benar juga. Ren, cari lokasi laki-laki bajingan itu."

"Untuk apa?" tanya Ren.

"Untuk apa katamu? Untuk mencari Istriku," jawab Gamian emosi.

"Kau kan tidak menginginkan istrimu lalu untuk apa kau bersusah payah mencarinya. Ini adalah kesempatan mu untuk terlepas darinya," tutur Ren membuat Gamian terdiam membisu sejenak. Benar juga, untuk apa ia mencari istrinya. Ia sendiri yang menginginkan istrinya pergi, lalu ketika istrinya tak ada untuk apa ia mencarinya.

"Meski aku tidak menginginkan nya, dia tetap istriku. Memang aku menginginkan nya untuk pergi dari hidup ku, tapi semua itu akan terjadi ketika ia sudah tak berstatus sebagai istriku lagi. Jadi, cepat cari dimana tempat tinggal pria itu," jelas Gamian membuat Ren dan Angga saling menatap lalu tersenyum.

"Baiklah." Ren pun langsung mencari tempat tinggal David. Beberapa menit kemudian akhirnya tempat tinggal David pun di temukan. Gamian dan teman-temannya langsung bergegas menuju alamat yang sudah di dapat.

"Akan ku patahkan tulang-tulang bajingan itu!"

*****

Hutan.

Lana membuka matanya mencoba menetralkan penglihatannya.

"Gelap," lirih Lana memegang kepalanya yang pusing. Perlahan ia duduk dari baringnya, di edarkan nya penglihatannya ke setiap penjuru ruang alam.

"Dimana ini?" lirih Lana melihat sekitaran nya yang asing. Di pandangnya pepohonan dan juga tempat ia tidur tadi.

"Apa ini hutan? Mengapa aku bisa di hutan? Dimana suamiku?" deretan pertanyaan Lana lontarkan, ia mencoba berdiri dan memandang kesana-kemari.

"Apa ini?"

Lana merasa ia memegang sesuatu, seperti selembar surat. Tapi, karena gelap ia tak bisa membaca nya, jadi ia pun memilih meletakkan surat itu di dalam saku baju tidur nya.

Lana mencoba berjalan perlahan menelusuri hutan belantara yang gelap. Ia bukanlah kelelawar yang bisa melihat dalam kegelapan, ia hanya mengandalkan sentuhan benda-benda di kakinya. Jika terasa seperti rumput, maka jalannya tidak berbahaya menurut Lana.

"Mengapa aku bisa ada di hutan?" Lana bergumam sembari matanya terus mencoba menembus kegelapan. Tak ada bulan maupun bintang, jika ini di siang hari maka keadaannya pasti sedang mendung.

Suara-suara hewan malam membuat Lana merinding ketakutan. Ia berusaha menahan air matanya walau sebenarnya ia sudah tidak tahan lagi untuk menangis.

"Seseorang tolong aku," lirih Lana terus berjalan menuju arah yang tak tahu entah kemana.

Kembali pada Gamian.

Laki-laki itu sudah tiba di sebuah kompleks perumahan sederhana, tepatnya di depan rumah target mereka.

Gamian langsung mengetuk pintu rumah dengan keras tanpa memikirkan ketukan itu akan membangunkan warga di sekitar mereka.

"Iya sebentar," sahut orang yang ada di dalam rumah.

Ceklek..

Pintu terbuka, belum sempat orang itu berbicara bahkan melihat siapa tamunya. Gamian langsung masuk bersama Angga dan Ren lalu mengunci pintu rumah.

"Siapa kalian?" tanya David terkejut.

"Kau sudah melupakan aku, ha?" tanya Gamian mencengkeram baju David.

"Aku mengenal mu, bajingan. Yang aku tanya itu yang ada di belakang mu," jawab David tersenyum mengejek.

"Baguslah jika kau masih mengenaliku."

Bughh...

Satu kepala keras mendarat di wajah David. Tidak sampai di situ, Gamian langsung memberikan pukulan bertubi-tubi yang di jamin membuat David merasakan sakit yang luar biasa.

"Apa yang kau lakukan? Apa salah ku?" tanya David terbatuk-batuk.

"Kau masih bisa berlagak tidak tahu, ya. Baiklah akan ku beri tahu apa salah mu, kau sudah menculik istriku. Sekarang, katakan dimana istrku!"

"Istrimu? Maksudmu nona Lana?" tanya David tampak kebingungan.

"Iya, bodoh! Kalau bukan Lana siapa lagi!" hardik Gamian.

"Mengapa kau bertanya padaku, apa hubungannya dengan ku?" tanya David.

"Jawab saja pertanyaan ku, sialan!"

"Aku tidak tahu," jawab David.

Bughh...

"Kau pikir aku akan percaya, ha? Kau sangat menginginkan istriku, bukan? Kau juga ingin balas dendam padaku seperti yang kau ucapkan di pantai kemarin. Jadi, jangan berpura-pura, katakan dimana Istriku!" tegas Gamian.

"Aku bilang aku tidak tahu! Memangnya apa yang bisa aku lakukan? Aku hanya seorang karyawan, aku bahkan tak bisa melunasi cicilan mobil ku, bagaimana bisa aku membayar orang lain untuk menculik istrimu. Itu sangat konyol!" teriak David sembari memegangi wajahnya.

"Oho, kau tidak mau mengaku yah dan pura-pura miskin, tuan David." Angga mendekat sembari tersenyum, mengeluarkan sebuah gunting kuku.

"Mau apa kau? Aku tidak tahu apa-apa, tolong percayalah."

"Jika kami tidak percaya, bagaimana?" sahut Ren.

Sontak tubuh David bergetar melihat Angga yang mendekat dan memainkan gunting kuku itu hingga menciptakan suara yang nyaring.

"Percayalah, aku tidak tahu." David menyatukan kedua telapak tangannya lalu bersujud memohon.

"Aku tidak tahu apa-apa, masalah aku mengancam mu, aku hanya menggertak saja. Aku hanyalah orang miskin yang berlagak hebat dan kaya, maafkan aku, tuan."

David memohon dengan tubuh yang bergetar membuat ketiga pria itu saling bertatapan.

Di saat momen tegang itu berlanjut, Ren mendapatkan panggilan dari pak Wong.

"Ada apa, pak?" tanya Ren. Sejenak suasananya hening, menunggu Ren selesai menelepon.

"Ada apa?" tanya Gamian.

"Penjaga rumah menangkap pria asing yang di duga telah menculik istrimu, Gami."

"Kalau begitu, ayo kita kesana." Gamian langsung pergi meninggalkan rumah an masuk ke dalam mobil, begitu juga dengan Angga dan Ren. Mereka bertiga dengan cepat meninggalkan rumah David yang sudah berantakan begitu juga dengan laki-laki itu sendiri. Ia menyentuh wajahnya yang sakit sembari meringis kesakitan.

"Sakit sekali."

_

_

_

_

_

_

Segini aja dulu yah, author banyak tugas nih😷

Besok di sambung lagi, tetap nantikan 🤗

Kalau ada kritik maupun saran boleh di sampaikan dengan komentar yang bijak. Author akan menerima dengan lapang dada 🤗

Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah

jangan lupa like komen dan juga vote nya.

tbc.