NovelToon NovelToon
Pembalasan Istri Tersiksa

Pembalasan Istri Tersiksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor jahat / Menantu Pria/matrilokal / Penyesalan Suami / Selingkuh / Dijodohkan Orang Tua / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: BI STORY

MONSTER KEJAM itulah yang Rahayu pikirkan tentang Andika, suaminya yang tampan namun red flag habis-habisan, tukang pukul kasar, dan ahli sandiwara. Ketika maut hampir saja merenggut nyawa Rahayu di sebuah puncak, Rahayu diselamatkan oleh seseorang yang akan membantunya membalas orang-orang yang selama ini menginjak-injak dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BI STORY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tendangan Maut

Suara tawa Andika dan Santi berangsur menjauh, digantikan oleh suara langkah kaki yang menaiki tangga. Rahayu bisa mendengar percakapan mesum mereka yang diselingi tawa rendah sebuah penghinaan terakhir bagi harga dirinya.

Pintu kamar di lantai atas tertutup dengan debuman keras, menyisakan kesunyian yang mencekam di ruang makan, hanya ditemani denting sendok Bu Citra yang masih menikmati sisa hidangannya.

​Rahayu keluar dari balik pilar. Gerakannya sunyi, seringan bulu, namun dengan tujuan yang mematikan. Di tangannya, gunting kertas itu terasa dingin dan haus akan darah.

​Bu Citra sedang menyesap wine-nya saat ia merasakan embusan angin dingin di belakang lehernya. Sebelum ia sempat menoleh, sebuah tangan kasar membekap mulutnya, dan ujung tajam gunting menekan kulit pipinya yang mulai keriput.

​"Ini untuk setiap air mata yang kau paksa keluar dari mataku, Bu Citra," bisik Rahayu tepat di telinga wanita itu.

​"Rahayu?!" Bu Citra membelalak, mencoba berteriak, namun bekapan Rahayu terlalu kuat.

​Dalam pergulatan itu, gunting di tangan Rahayu terayun, menggores bahu Bu Citra. Pekikan tertahan pecah dari mulut Bu Citra saat ia berhasil menyentak sedikit pegangan Rahayu.

​"JONI! JONI, TOLONG!" teriak Bu Citra histeris.

​Pintu samping terbuka kasar. Joni, kepala preman mansion yang bertubuh besar, masuk dengan wajah garang. Di belakangnya, empat anak buahnya Rio, Jojo, Martin, dan Evan

mengikuti. Mereka adalah orang-orang yang juga ikut menikmati penderitaan Rahayu, orang-orang yang pernah menghancurkan kehormatannya di bawah perintah Bu Citra.

​"Lepaskan Nyonya, Buta!" geram Joni.

​Melihat musuh-musuhnya berkumpul, Rahayu tidak mundur. Ingatan akan malam jahanam saat mereka memperkosanya berputar seperti film rusak di kepalanya.

Amarahnya meledak. Dengan teriakan yang membelah malam, Rahayu menerjang ke arah suara Joni.

​Ia berhasil menusukkan gunting itu ke lengan Joni, membuat pria itu melolong. Namun, Rahayu lupa bahwa ia sedang melawan lima pria dewasa.

​"Sialan! Tangkap dia!" perintah Joni sambil memegangi lengannya yang berdarah.

​Rahayu sempat memberikan perlawanan yang sengit. Ia menendang tulang kering Rio dan menyikut wajah Martin hingga hidungnya berdarah. Namun, penglihatannya yang gelap menjadi kendala saat serangan datang dari berbagai arah secara bersamaan.

​Evan menjegal kaki Rahayu dari belakang, membuatnya jatuh tersungkur. Sebelum ia sempat bangkit, tangan-tangan kekar itu sudah menekan tubuhnya ke lantai yang dingin.

​"Kamu pikir kamu siapa? Pahlawan?" Jojo meludahi punggung Rahayu, lalu menghantamkan kepalan tangannya ke tengkuk Rahayu hingga wanita itu pening.

​Bu Citra berdiri di samping mereka, merapikan bajunya yang berantakan dengan wajah yang kini merah berdarah padam karena murka.

"Seret dia ke gudang! Ikat dia sampai dia membusuk! Joni, pastikan dia gak bisa

bergerak lagi!"

​Dengan kasar, mereka menyeret tubuh Rahayu yang mulai lemas. Gunting senjatanya telah dibuang entah ke mana. Mereka membawanya ke sebuah gudang tua di bagian belakang mansion yang lembap dan berbau tikus.

​Di dalam gudang itu, Rahayu diikat di sebuah tiang kayu penyangga. Rantai besi melilit pergelangan tangan dan kakinya, mengunci pergerakannya sepenuhnya.

​"Nikmati tempat menjijikkan ini, Nyonya Besar," ejek Joni sambil menarik ikatan rantai itu hingga melukai pergelangan tangan Rahayu.

"Besok pagi, kita punya banyak rencana untukmu."

​Pintu gudang dibanting ditutup, menyisakan Rahayu dalam kegelapan yang sesungguhnya. Tubuhnya memar, punggungnya perih, dan kekuatannya seolah terkuras habis.

Tangga kayu di lantai atas berderit saat Andika dan Santi turun dengan langkah terburu-buru. Suara teriakan histeris Bu Citra tadi telah memutus gairah mereka, menggantinya dengan rasa waswas.

Namun, pemandangan di ruang makan jauh lebih mengerikan dari yang mereka bayangkan.

​"Ibu! Apa yang terjadi?" seru Andika, suaranya bergetar melihat ibunya terduduk di kursi dengan bahu yang bersimbah darah.

​Santi menutup mulutnya dengan tangan, matanya membelalak menatap luka robek di kulit Bu Citra.

"Astaga, Bu Citra! Siapa yang melakukan ini? Apakah si buta itu benar-benar sudah gila?"

​Bu Citra mendesis menahan perih saat Joni mencoba membalut lukanya dengan serbet meja. Wajahnya yang agak keriput kini memerah padam, dipenuhi kebencian yang mendarah daging. Ia menoleh ke arah Santi, matanya berkilat penuh dendam.

​"Rahayu... dia mencoba membunuhku dengan gunting!" Bu Citra mencengkeram lengan Santi dengan kuku-kukunya yang tajam.

"Dia ingin merusak wajahku, Santi! Sekarang dia ada di gudang belakang, terikat seperti binatang. Aku ingin dia merasakan hal yang sama. Aku ingin wajah cantiknya yang sok suci itu hancur!"

​Santi menyeringai tipis. Rasa iri yang selama ini ia pendam terhadap kecantikan alami Rahayu seolah mendapat lampu hijau untuk meledak.

"Dengan senang hati, Bu. Aku akan memastikan dia tidak akan berani bercermin lagi seumur hidupnya."

​Andika sempat ragu sejenak, namun bayangan luka di bahu ibunya dan provokasi Santi membuatnya ikut tersulut.

"Ayo, Santi. Biar aku yang memeganginya jika dia mencoba melawan."

​Lantai gudang yang lembap terasa dingin di bawah kaki Rahayu yang tanpa alas. Bau apek dan karat memenuhi indra penciumannya yang kini menjadi jauh lebih tajam sejak ia kehilangan penglihatan.

Tiba-tiba, suara engsel pintu yang berkarat menjerit, disusul cahaya lampu neon yang berkedip-kedip menyakitkan bagi sisa-sisa saraf matanya.

​"Wah, lihatlah 'Ratu' kita yang malang," suara Santi bergema di ruangan sempit itu.

Langkah sepatunya yang berhak tinggi terdengar seperti lonceng kematian.

​Rahayu hanya diam, kepalanya tertunduk, namun telinganya menangkap setiap detail gerakan di depannya. Ia merasakan kehadiran Andika di sisi kanan Santi.

​"Masih mau sombong, Rahayu?" Andika mengejek, berdiri di depan Rahayu yang terantai.

"Kamu udah kalah. Kamu hanya sampah di mansion ini."

​Santi mendekat, jemarinya yang dingin menyentuh dagu Rahayu, memaksa wajah wanita itu mendongak. Di tangan kanan Santi, sebuah gunting kertas berkilat di bawah cahaya redup gunting yang sama yang tadi digunakan Rahayu.

​"Wajah ini... wajah yang selalu membuat aku darah tinggi," desis Santi penuh racun.

"Mari kita lihat bagaimana rupanya setelah aku beri sedikit 'hiasan'."

​Crat!

​Goresan pertama mendarat di pipi kiri Rahayu. Darah segar mulai merembes. Rahayu mengerang, namun ia tidak berteriak.

Ia mengumpulkan sisa tenaganya, membiarkan kemarahan menjadi bahan bakar otot-ototnya yang mulai kaku.

​"Ini karena kamu selalu merasa lebih baik dariku!" Santi tertawa melengking, lalu mengayunkan gunting itu lagi.

​Crat!

​Goresan kedua membentuk tanda silang di pipi yang sama. Perihnya luar biasa, namun Rahayu tetap fokus. Ia merasakan posisi tubuh Santi yang terlalu condong ke depan, terlalu percaya diri karena menganggap korbannya sudah tak berdaya dalam belenggu.

​"Dan yang ketiga ini... untuk matamu yang buta itu agar makin tak berguna!" Santi mengangkat tangannya tinggi-tinggi, bersiap menghujamkan ujung gunting.

​Pada detik yang sama saat Santi mengayunkan tangannya, Rahayu yang sedari tadi menekuk kakinya secara tersembunyi, meledakkan seluruh kekuatannya dalam satu serangan balasan. Dengan posisi punggung yang masih terikat di tiang, Rahayu melontarkan kedua kakinya ke depan dengan tendangan ganda tepat ke arah ulu hati Santi.

​Bugh!

​"Aakh!" Santi terlempar ke belakang seolah dihantam godam.

​Tubuh Santi melayang, tak sempat menyeimbangkan diri. Karena lantai gudang yang licin oleh lumut dan tumpahan minyak tua, kaki Santi terpeleset hebat. Kepalanya terayun ke belakang dan menghantam sudut lantai semen yang keras dengan bunyi 'thud' yang memilukan.

​Santi jatuh terjerembap. Tubuhnya sempat kejang sekali, lalu seketika lunglai. Ia pingsan seketika, matanya terpejam dengan wajah pucat.

​Andika membeku. Dunia seolah berhenti berputar baginya saat melihat Santi tak bergerak di bawah kaki wanita yang ia anggap remeh.

​"Santi? Santi!" teriak Andika panik, namun Rahayu hanya menyeringai di kegelapan, meski wajahnya sendiri kini berlumuran darah.

BERSAMBUNG

1
Ariany Sudjana
ini ga ada ceritanya gimana agung bisa menemukan Rahayu? tahu-tahu Rahayu sudah sadar dari koma
Anonymous: ada kak baca lagi di episode 30
total 1 replies
Anonymous
makin seru thor pembalasan dendam dimulai
Ara putri
semangat nulisnya kak.
jangan lupa mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB🙏
Ariany Sudjana
semoga ada yang datang menyelamatkan Rahayu dan pak Rio
Ariany Sudjana
he citra kamu beneran yah iblis berwujud manusia, sudah jelas kamu salah, masih juga mau berkelit dan mau membunuh pak Rio, jangan coba-coba kamu yah citra. sudah pa Rio bawa saja semua orang yang terlibat dalam penganiayaan Rahayu, biar hukum dunia bawah yang bertindak
Anonymous
makin gregetan thor
Ariany Sudjana
mampus kalian Andika dan citra, siap-siap saja kalian menghadapi papanya Rahayu
Anonymous
apa yg akan terjadi selanjutnya😍
Anonymous
seruu
Anonymous
mkin seru👍
Anonymous
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!