Shaqila Ardhani Vriskha, mahasiswi tingkat akhir yang sedang berada di ujung kewarasan.
Enam belas kali skripsinya ditolak oleh satu-satunya makhluk di kampus yang menurutnya tidak punya hati yaitu Reyhan Adiyasa, M.M.
Dosen killer berumur 34 tahun yang selalu tampil dingin, tegas, dan… menyebalkan.
Di saat Shaqila nyaris menyerah dan orang tuanya terus menekan agar ia lulus tahun ini,
pria dingin itu justru mengajukan sebuah ide gila yang tak pernah Shaqila bayangkan sebelumnya.
Kontrak pernikahan selama satu tahun.
Antara skripsi yang tak kunjung selesai, tekanan keluarga, dan ide gila yang bisa mengubah hidupnya…
Mampukah Shaqila menolak? Atau justru terjebak semakin dalam pada sosok dosen yang paling ingin ia hindari?
Semuanya akan dijawab dalam cerita ini.
Jangan lupa like, vote, komen dan bintang limanya ya guys.
Agar author semakin semangat berkarya 🤗🤗💐
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rezqhi Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesempatan
Shaqila berjalan lemas, pundaknya merosot, langkahnya menyeret-nyeret lantai. Dadanya masih sesak, pikirannya masih sibuk memutar percakapan di ruangan Reyhan dan juga pak Wira.
Gadis itu menghembuskan napas panjang.
"Sial banget… hidup siapa lagi yang lebih drama dari gue?” gumamnya lirih.
Langkahnya terhenti tepat di depan gerbang kampus.
Namun tiba-tiba sebuah ide melintas di otaknya.
Ia pun mengambil ponsel untuk memesan taksi online. "Semoga aja supir taksi online kali ini tidak mesum," lirihnya.
Dua puluh menit kemudian, gadis itu sampai di rumah bernuansa putih dari luar. Ia pun mengetuk pintu.
Tidak lama kemudian, pintu berderit menampilkan seorang wanita paruh baya menggunakan daster kuning kombinasi biru dengan motif abstrak.
"Shaqila? ya ampun nak, tumben banget kamu kesini," ucap Melati dengan antusias kemudian mencipika cipiki menantunya.
"Hehehe, Shaqila cuma bosan di rumah aja ma. Makanya dari kampus, Shaqila kesini. Tidak papa kan ma?" tanya Shaqila dengan nada gugup.
Sebenarnya ia juga takut kalau mertuanya itu sama dengan dinginnya Reyhan.
"Ya nggak papa lah. Malahan mama senang banget, jadi ada temannya. Soalnya jam segini papa masih dikantor. Kita masak-masak yuk. Kamu makan malam disini aja, nanti kabarin Reyhan juga kesini." ucap Melati dengan senang.
Shaqila memasang wajah sedihnya. Melati yang melihat itu menjadi bingung. "Loh kok sedih, mama ada salah bicara ya. Atau kamu ada masalah sama Reyhan?" tanya Melati.
Wajah Shaqila yang tadinya hanya terlihat letih, kini tampak jelas menyimpan sesuatu. Ia menggigiti bibir bawahnya, bola matanya bergerak gelisah seakan memilih-milih kata.
Melati yang melihatnya semakin penasaran, "Duduk dulu yuk, ayo cerita sini sama mama," ucap Melati.
"Ja-jadi gini ma, Shaqila takut banget tahun ini tidak lulus. Soalnya orang tua Shaqila juga berharap banget Shaqila bisa lulus tepat waktu," ucap Shaqila dengan sendu.
"Kamu nggak usah khawatir sayang, kan dospem kamu Reyhan," ujar Melati.
"Nah itu dia ma, pak Rey-"
"Kok pak sih, harusnya kamu manggil dia mas. Tapi kalau di kampus tidak papa kamu manggilnya begitu," potong Melati.
Shaqila nampak gugup saat mendengar itu. "Heheh, ma-maksudnya ma-mas Reyhan nggak mau bimbing Shaqila hanya karena dia tidak sengaja mendengar Shaqila curhat sama teman bahwa Shaqila capek skripsinya di tolak terus."
"Apa? nggak bisa begitu donk. Pokoknya mama harus suruh Reyhan kesini. Tunggu sebentar biar mama telpon," ucap Melati dan mengambil ponselnya.
'Yess sesuai rencana. Rasain tuh mang enak dimarahin,' sorak Shaqila dalam hati.
"Halo...pulang ke rumah mama sekarang juga! mama tidak mau dengan alasan,"
'Wow mamanya ternyata serem juga kalau marah. Tapi nggak papa sih. Nggak ada jalan lain, daripada gue beneran nggak di bimbing lagi,' batin Shaqila.
Melati masih memegang ponsel di telinganya, raut wajahnya tegang namun tegas. Suara Reyhan samar-samar terdengar dari speaker, tapi tidak cukup jelas untuk dimengerti. Yang jelas, nada Melati tidak memberi ruang untuk debat.
"Pokoknya kamu pulang ke rumah mama sekarang. Mama tunggu,jangan lama-lama!"
Melati mengakhiri panggilan tanpa memberi kesempatan Reyhan menjelaskan.
Melati kembali duduk di sofa, wajahnya berubah lembut saat menatap Shaqila yang tampak kecut.
"Udah sayang, kamu nggak usah takut. Reyhan itu memang suka gitu. Tapi aslinya dia baik kok."
Shaqila mengangguk kecil. Dalam hati ia tahu sebenarnya salahnya juga karena bicara begitu dibelakangnya. Mungkin dosen dosen yang lain akan merasa kesal juga jika mendengar mahasiswanya bicara hal yang buruk tentangnya.
Sebelum Melati angkat suara terdengar suara mobil berhenti di depan rumah.
Suara klakson mobil yang memerintah satpam untuk membuka pagar jauh lebih nyaring.
Shaqila reflek tegang.
'Anjir udah datang…serem banget,' batinnya.
Melati berdiri sambil merapikan dasternya. "Udah, diam aja di sini. Biar mama yang ngomong."
Detik berikutnya, pintu depan terbuka.
Reyhan muncul di ambang pintu, masih mengenakan kemeja putih dari kampus, wajahnya tampak lelah… dan jelas tidak senang dipanggil mendadak.
Matanya langsung menangkap Shaqila di sofa dengan wajah memelas dan tangan meremas ujung baju.
Reyhan mengembuskan napas. "Ada apa, Ma?"
Melati berkacak pinggang. "Sini kamu!"
Reyhan nurut. Tapi posisi tubuhnya langsung tegang seperti anak TK yang disuruh maju sama gurunya karena ketahuan nyontek.
"Kenapa kamu nggak mau bimbing istri kamu sendiri?" bentak Melati tanpa basa basi.
Reyhan memejamkan mata sebentar. Lalu melirik Shaqila yang langsung mengalihkan pandangannya ke lantai seperti kucing ketahuan mencuri ikan.
"Dia ngadu ke Mama?" suara Reyhan datar.
Reyhan mendesah lagi. "Ma, ini bukan tentang suami istri. Reyhan harus profesional, kalau dia salah dan tidak punya etika makan Reyhan sebagai dosen berhak kasih sanksi."
Shaqila mengangkat wajah pelan-pelan. Mata mereka bertemu sesaat—dan Reyhan terlihat seperti sedang menimbang harus marah atau kasihan.
Melati menyambar cepat, “Pokoknya kamu bimbing. Titik. Kamu janji sama mama.”
Reyhan menghela napas panjang. "Tidak akan ma, Reyhan cuma mengajarkan istri Reyhan untuk bertata krama yang baik.
Laki-laki itu masih menatap Shaqila, "Lagi pula dia sudah menyuruh -"
"Ma, sebenarnya mas Reyhan menikahi Shaqila ka-" potong Shaqila cepat dengan raut wajah khawatir.
Reyhan menyipitkan mata sedikit, nada suaranya rendah. "Karena Reyhan memang jatuh cinta sama dia. Tapi bukan berarti dia berhak seenaknya mentang-mentang suaminya dospemnya sendiri."
Nafas Shaqila tercekat mendengar itu. 'Anjir benar-benar manipulatif,'
Melati menghela napas panjang lalu menatap Reyhan tajam, "Pokoknya malam ini kalian makan di sini. Dan setelah kamu, Reyhan…," ia mengarahkan jari telunjuknya ke dada putranya, "Bimbing dia. Minimal kasih arahan, jangan cuma marah. Kalau sampai tahun ini Shaqila tidak lulus maka jangan pernah anggap mama ini mama kamu."
Reyhan ingin protes, tapi tatapan ibunya membuat seluruh argumen hancur sebelum sempat keluar.
Shaqila nyaris bersorak dari dalam hati. Tapi ia pura-pura sedih dan menyesal agar tidak ketahuan.
Melati berdiri, mengangkat dasternya sedikit agar tidak terseret. "Udah, kalian berdua duduk disini. Mama masak dulu, kalian ngobrol berdua."
Kini, ruang tamu kembali sunyi.
Reyhan duduk sedikit condong ke depan, sikunya bertumpu pada lutut, sementara Shaqila merasa kursi yang ia duduki tiba-tiba menjadi tempat eksekusi.
"Saya beri kamu kesempatan satu kali, gunakan sebaik mungkin," ucap dosen itu dengan nada yang sangat mengintimidasi.
Shaqila menelan ludahnya mendengar hal itu. Namun disisi lain, dirinya merasa lega.
"Te-terimakasih pak. Saya permisi dulu mau bantu mama anda," ucapnya Shaqila dengan gugup.
...***...
"Shaqila, ini kan rumahnya pak Reyhan. Ngapain lo disini?"
Halo guys, sesuai janji author kemarin,
Hari ini author dobel up.
Terimakasih bintang limanya😍😍💐
Jangan lupa like, komen, vote, dan bintang lima ya guys, 😉 💐
See you next part.
tapi bener juga sih instruksi dan kata-kata tajamnya itu.. skripsi itu mengerti apa yang dikerjakan😌