NovelToon NovelToon
Cinta Terlarang Dengan Abang Tiri

Cinta Terlarang Dengan Abang Tiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Cinta Terlarang / Cintapertama
Popularitas:39.6k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

“Jika mencintaimu adalah dosa, biarkan aku berdosa selamanya.”

Sejak ayahnya menikah lagi, hidup Davina terikat aturan. Ia hanya boleh ke mana pun ditemani Kevin, abang tiri yang dingin, keras, dan nyaris tak tersentuh.

Delapan belas tahun bersama seharusnya membuat mereka terbiasa. Namun siapa sangka, diam-diam Davina justru jatuh pada cinta yang terlarang … cinta pada lelaki yang seharusnya ia panggil 'abang'.

Cinta itu ditolak keluarganya, dianggap aib, dan bahkan disangkal Kevin sendiri. Hingga satu demi satu rahasia terbongkar, memperlihatkan sisi Kevin yang selama ini tersembunyi.

Berani jatuh cinta meski semua orang menentang? Atau menyerah demi keluarga yang bisa menghancurkan mereka?
Sebuah kisah terlarang, penuh luka, godaan, dan cinta yang tak bisa dipadamkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Dua Puluh Dua

Pagi menyelinap masuk lewat celah gorden yang setengah terbuka. Cahaya keemasan memantul pelan di dinding kamar ketika Davina merasakan sesuatu yang lembut menyentuh pipinya. Ia mengerjap pelan.

Begitu membuka mata, wajah Kevin sudah ada di depannya, dekat sekali. Begitu dekat sampai ia bisa merasakan hangat napasnya.

“Pagi, Davi,” ucap Kevin lirih sambil tersenyum kecil. “Pagi, Sayang.”

Davina spontan menutup wajah dengan telapak tangan. “Bang … jangan gitu.”

Kevin tertawa pelan, suara rendahnya terdengar renyah di pagi yang masih sunyi. Ia menarik tangan Davina dari wajahnya, lalu mengecup keningnya sekali lagi, lebih lama.

Wajah Davina memanas. “Abang bikin aku malu.”

“Emang harus,” jawab Kevin ringan. “Biar kamu tahu kalau abang sayang banget.”

Sebelum Davina sempat membalas, Kevin sudah bangun dan tanpa peringatan mengangkat tubuh Davina dari tempat tidur.

“Bang! Astaga! Aku bisa jalan sendiri!” Davina spontan memeluk lehernya.

“Abang tahu,” sahut Kevin dengan santainya. “Tapi abang mau begini.”

Davina hanya bisa mende'sah pasrah sambil menyembunyikan wajah di dada Kevin. Jantungnya sendiri berdetak jauh lebih cepat dibanding langkah ringan Kevin menuju kamar mandi.

Mereka masuk ke dalam kamar mandi dengan tawa kecil dan kehangatan yang sulit disembunyikan. Tanpa perlu dijelaskan panjang-lebar, suasana mandi mereka tidak ribut, tidak meledak-ledak, lebih banyak cengiran malu Davina dan Kevin yang sekali-dua kali menggoda tapi dengan cara yang tidak membuat Davina panik. Intim, tapi tetap lembut.

Setelah selesai dan kembali ke kamar, Davina tertegun melihat pakaiannya sudah tersusun rapi di atas kasur, kemeja kerja, rok hitam, outer tipis, sampai peralatan makeup kecil yang biasanya ia taruh di tas.

Davina menatap Kevin. “Abang nyiapin dari kapan?”

“Dari tadi subuh,” jawab Kevin sambil mengambil handuk. “Takut kamu kesiangan kalau harus balik dulu ke rumah.”

Ujung senyum Davina terangkat. “Makasiih .…”

“Hmm.”

Kevin duduk di belakang Davina yang sudah bersiap untuk mengeringkan rambut. Ia menyalakan hair dryer dan mulai mengeringkan rambut Davina dengan hati-hati.

“Bang, pelan dikit,” ujar Davina yang merasa tulang tengkuknya ikut geli.

Kevin terkekeh kecil. “Iya, iya. Kamu ini sensitif banget.”

“Aku bukan sensitif!” bantah Davina sambil mendorong bahunya pelan.

“Tuh kan,” Kevin menimpali cepat, “sensitif.”

Davina ingin manyun tapi tertawa sendiri.

Setelah rambutnya kering dan mereka selesai berpakaian, Kevin membuat sarapan cepat, roti bakar isi telur dan segelas susu hangat untuk Davina. Sementara itu, Davina duduk di meja makan sambil memainkan tali tasnya, memandang Kevin yang mondar-mandir di dapur dengan apron hitam.

Sejak semalam, dunia mereka terasa aneh. Bukan negatif. Hanya baru. Baru dan menegangkan.

“Bang,” panggil Davina pelan saat Kevin duduk di depannya. “Kamu nyadar nggak sih, kita tuh kayak udah pacaran lama padahal baru semalem resmi jujur.”

Kevin memotong rotinya, lalu mengangkat bahu. “Kan emang udah lama tinggal bersama, dan hidup bersama. Dari kecil. Cuma kamu aja yang nggak sadar.”

“Heh?” Davina mencibir. “Yang nggak sadar itu Abang. Dari dulu.”

Kevin tersenyum tipis. “Kalau abang sadar dari dulu, kamu pasti sudah abang culik dari rumah.”

Davina tersedak roti. “Bang!” Kevin menertawakannya.

Suasana hangat itu terhenti saat bel apartemen berbunyi nyaring. Keduanya saling menatap.

“Jam segini? Siapa?” gumam Davina sambil berdiri.

Kevin sudah berjalan ke pintu. “Abang liat dulu.”

Begitu pintu dibuka, suara Kevin hilang. Berganti dengan wajah yang tiba-tiba kaku.

“Papa …? Mama …?” suara Kevin terdengar pelan karena kaget.

Davina hampir tersandung saat ikut mendekat. Begitu melihat siapa yang berdiri di depan pintu, wajahnya langsung memucat.

Papa dan Mama mereka. Mama membawa tas kecil, Papa menyilangkan tangan di dada sambil menaikkan satu alis.

“Selamat pagi,” sapa Papa datar.

Davina spontan berdiri tegap seolah sedang apel pagi di sekolah. “Pa ... Papa? Mama? Kenapa pagi-pagi ke sini?”

Papa tidak menjawab dulu. Matanya menatap Davina yang berdiri dengan pakaian kerja lengkap, rambut sudah rapi, dan wajah yang malu-malu tak mau, masih menyimpan sisa kehangatan semalam.

“Papa cuma mau nanya,” ucap Papa akhirnya. “Kenapa Davina tidur di apartemen Kevin?”

Davina terkejut karena tak menyangka papanya akan bertanya begitu.

Kevin menghirup napas, hendak bicara. “Pa, sebenarnya ....”

Davina dengan cepat menoleh dan menggenggam lengan Kevin sambil mengedipkan mata tajam.Seolah berkata 'jangan'.

Kevin menahan napas. Pipinya mengencang.

Lalu Davina dengan cepat berbalik ke arah kedua orang tuanya, tersenyum manis, memeluk lengan Papa sambil bersikap selugu mungkin.

“Pa … jadi semalam itu Davina pusing banget …,” ucapnya dengan nada memelas.

Mama langsung mengusap punggungnya. “Pusing kenapa? Masuk angin?”

“Iya, Ma. Mungkin kecapekan. Davina udah ke klinik, tapi pas pulang Bang Kevin nemuin Davina kelihatan lemes. Jadinya, dia bawa ke sini. Katanya biar nggak sendirian.”

Kevin mengangguk kecil, mendukung cerita itu. “Davina semalam pucat banget, Pa. Jadi Aku pikir lebih aman dia istirahat di sini.”

Papa menatap keduanya lama. “Hmmm.”

Davina menelan ludah. Mama tampak percaya, tapi Papa? Entahlah.

Setelah beberapa detik yang terasa seperti seabad, Papa hanya mengangguk.

“Ya sudah. Kalau kamu udah mendingan, Papa senang,” ucap Papa akhirnya.

Davina menghela napas lega dalam hati. Setelah bincang beberapa menit tentang kesehatan Davina dan pekerjaan Kevin, Papa menatap mereka bergantian.

“Kalian berdua pulang ke rumah habis kerja, ya,” katanya tenang tapi tegas. “Ada yang mau Papa dan Mama bicarakan.”

Davina dan Kevin langsung saling melirik. Nada itu bukan nada santai. Bukan nada meminta. Lebih seperti nada perintah seperti badai yang akan datang.

“Baik, Pa,” jawab Kevin.

“Siap, Pa!” Davina ikut mengangguk walau merasakan ada yang tak beres dengan perintah papanya.

Setelah orang tua mereka pergi, keheningan memenuhi apartemen. Davina memeluk tasnya erat-erat. “Bang .…”

Kevin menatap pintu yang baru tertutup. “Iya.”

“Kamu mikir apa yang akan Papa dan Mama mau bicarain?” Davina berbisik.

Kevin diam beberapa detik. Tatapannya berubah lebih serius, namun tidak sekaku kemarin. Ada kekhawatiran, tapi juga tekad.

“Entah,” jawabnya jujur.

Davina menggigit bibir. “Kamu takut, Bang?”

Kevin akhirnya menoleh pada Davina. “Iya.” Ia tidak menutupinya. “Tapi yang abang lebih takutkan kalau kamu dijauhkan dari abang.”

Davina terdiam. Tak tahu harus berkata apa

“Jadi apa pun yang mereka mau ngomong—abang siap,” lanjut Kevin. “Selama kamu ada di samping abang.”

Davina menjatuhkan pandangan ke lantai. “Bang .…”

Kevin mendekat, menyentuh kepala Davina pelan. "Kita hadapin bareng,” ucapnya. “Apa pun itu.”

Davina mengangguk kecil, meski jantungnya terasa mau copot.

Mereka berdua berangkat ke kantor dengan pikiran bercampur aduk. Masing-masing berusaha bekerja seperti biasa, tapi bayangan ucapan Papa terus mengganggu.

"Sepulang kerja, pulang ke rumah. Ada yang mau dibicarakan."

Ucapan itu menghantui mereka sepanjang hari. Entah itu kabar baik. Entah kabar buruk.

Tapi satu hal yang jelas, sesuatu sedang menunggu mereka di rumah. Dan itu pasti akan mengubah hidup mereka lagi.

1
Eka ELissa
apa ya.... hasil nya....🤔🤔🤔🤔 entah lah hanya emak yg tau
Naufal Affiq
aku pada mu kevin,kamu harus tanggung jawab,buktikan sama papa mu,kalau kau mencintai davina
Eka ELissa
kmu harus prgi juga Vina.....🤰🤰jgn brthn di cono
Eka ELissa
kmu hamil 🤰🤰🤰🤰 Vina anak ny Kevin
Ilfa Yarni
emang bener davina hamil
Yuliana Tunru
ya habis penasaran bgt tp fix davi hamil smoga papa dan mama x bisa teroma walaupun sama2 teeluka
Ida Nur Hidayati
solysi terbaik ke dokter dan memang Kevin harus sepenuhnya bertanggung jawab. hadapi bersama apapun yang terjadi
LB
berani berbuat berani bertanggung jawab ya Kevin, lelaki sejati harus begitu.
kalau sudah salah jangan menambah kesalahan lagi.
berani menghadapi apapun resikonya.
Ida Nur Hidayati
tanda tanda kamu hamil Davina...
tega niat ibunya Kevin, Davina suruh nanggung sendiri akibatnya
Sri Gunarti
di gangung 🤦‍♀️
Sri Gunarti: gantung
total 1 replies
Teh Euis Tea
hebat kevin wlupun jauh dia databg untuk tangung jawab, masalah hrs di tanggung ber2, jgn takut kevin davina apapun resikonya kalian jgn menyerah
shenina
pinisirinn... lanjut mam..
Ervina Ardianto
Apa ini novel alurnya mau dipercepat ya?
🌷Vnyjkb🌷
👍👍gitu dong, mslah d hadapi brsma, jgn ada drama davi pergi, atau ortu yg campur tangan berlebihan, malah bikin kusut mslah
semangatttt kev dg penuh tggjawab, abaikan sementara mamamu itu, yg egois🤭 aslinya ibu tiri sdh Nampak
Nar Sih
seperti nya bnr kmu hamil vina,dan mungkin ini awal dri penderitaan mu juga jauh dri kevin ,moga aja dia tau klau kmu hamil dan mau tanggung jwb
Mutia
Davina apa bodoh, gak tau resiko bakal hamil...
anju hernawati
tetaplah tegar davina dengan apa yang sudah terjadi padamu ......
olyv
woww menyalah mama tiri 🔥🫢👊
sunshine wings
Testpack dulu Davina dan kasi tau keputusannya pada bang Kevin kemudian pikirkan solusinya sama² ya sayang.. ❤️❤️❤️❤️❤️
sunshine wings
Pasti bang Kevin akan tanggungjawab..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!