Serena Halim, seorang Aktor papan atas yang mengalami Transmigrasi ke tubuh seorang Istri Pemburu.
Bagimana jadinya jika Serena yang kaya raya, tiba-tiba menjadi istri durhaka, yang hidup dalam kemiskinan di peradaban China kuno.
Note : Berdasarkan Imajinasi Author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orangtua bijaksana
Setelah Yi'er lahir, Yuwen jadi jarang kemana-mana, dia hanya pergi berburu sebentar langsung pulang dan bermain dengan Yi'er seharian.
Dia bahkan selalu berlatih kungfu dan pedang di hadapan Yi'er yang masih piyik. Yue tau alasan Yuwen melakukan itu agar Yi'er tertarik dengan ilmu bela diri, berawal dari kebiasaan melihat dan dia akan mencontoh.
Enam bulan sudah berlalu dengan cepat, kini Yi'er sudah bisa duduk dan berceloteh. Dia sering menjerit-jerit ketika melihat Yuwen memegang pedang, dia juga ingin punya pedang.
"Sayang, ajari aku kungfu dong." Ucap Yue.
"Kemarilah." Ucap Yuwen, menatap dengan hangat.
Yuwen mengajarkan Yue keseimbangan dan kekuatan, menyelami tenaga dalam dan dipadukan dengan gerakan yang indah namun kuat. Yue dan Yuwen pacaran sambil berlatih, mereka di lihat oleh Yi'er dengan mata berbinar cerah. Seakan senang melihat kedua orangtuanya yang saling mencintai.
Yue meniru gerakan Yuwen dengan gesit, dia memang sudah paham beladiri jadi bisa mencontoh tanpa kaku. Dengan gerakan dan jenius dalam kultivitasi, Yue bisa mengikuti arahan Yuwen dengan anggun mempesona.
Mereka terus bergerak dengan indah sampai ke ujung tebing, terlihat seperti menari tapi ada energi kuat yang mereka pancarkan. Mereka benar-benar terlihat serasi dan menawan sekali.
"Istriku memang hebat, kau sudah menguasainya tanpa harus belajar mati-matian." Puji Yuwen.
"Meskipun aku bisa memahaminya lebih cepat, aku perlu banyak berlatih agar semakin kuat dan tanpa celah kan." Ucap Yue.
"Benar, tapi aku yakin tidak membutuhkan waktu lama bagimu." Ucap Yuwen, tersenyum dengan hangat.
Kyahahahhaha
Ang
balalbalala
Teriakan Yi'er membuat keduanya menoleh ke belakang, mereka tersenyum senang. Berlari ke arah Yi'er yang sedang duduk diatas meja sambil memegang banyak mainan buatan tangan Yue dan Yuwen.
hap
Yuwen mengangkat Yi'er dan menciumnya dengan sayang, Yue ikut memeluk Yuwen. Mereka menikmati moment indah dan tenang, selagi menunggu badai yang akan segera datang.
"Anak Ayah, manis sekali hari ini yaa." Yuwen selalu hangat pada Yi'er.
"Ngomong-ngomong hari ini Yi'er sudah enam bulan, artinya dia sudah boleh makan untuk pertama kali." Ucap Yue.
"Benarkah?!." Yuwen berbinar cerah.
"Iya, tapi tidak ada bahan untuk membuat MPASI." Lirih Yue.
"MPASI apa itu?." Heran Yuwen.
"Makanan Pendamping Air Susu Ibu." Jelas Yue.
"Ohh.. memang apa yang kau butuhkan? aku akan segera mencarinya." Ucap Yuwen.
"Jangan buru-buru, kita mulai besok pagi saja. Lebih baik hari ini kita ke hutan, ajak aku dan Yi'er, sudah lama aku tidak ke hutan. Aku merasa bosan di rumah terus, sudah tidak ada hewan buas kan?." Ucap Yue.
"Baiklah ayo pergi, aku sudah mengamankan hutan." Ucap Yuwen.
"Yeyyy." Yue bersorak senang.
"Aaaakhh." Teriak Yi'er.
Yue dan Yuwen tertawa bahagia, mereka berangkat membawa keranjang punggung. Berjalan bersama dengan Yi'er di gendongan Yuwen, mereka berjalan dengan hati-hati.
Yue melihat hutan di sisi sangat berbeda dengan hutan dulu, hutan disini lebih luas dan tidak terlalu rimbun. Tidak terlalu terlihat menakutkan, hanya saja posisinya yang di tebing jadi terlihat menakutkan.
Yue melihat kesana kemari, mencari sayur yang sehat untuk MPASI Yi'er. Mereka berjalan sambil bercengkrama dan membicarakan masa depan.
"Akan lebih baik kalau ada telur dan ayam." Gumam Yue.
"Bagaimana jika sumsum rusa?." Tanya Yuwen.
"Aku tidak begitu tau, tapi sepertinya sumsum itu bagus. Tidak masalah jika memang ada." Ucap Yue.
Yuwen menyerahkan Yi'er pada Yue, dia mengeluarkan panah dan mulai membidik ke arah rusa gemuk di depan sana. Setelah mendapatkan buruan rusa, Yue memetik aneka macam buah gunung yang segar. Ada juga sayuran seperti pakcoy kuno, Yue masih berusaha mencari ayam hutan.
"Mungkin bubur daging rusa juga tidak buruk." Ucap Yue.
"Selagi tidak beracun." Ucap Yuwen.
"Baiklah, ayo pulang." Ajak Yue.
Yuwen memetik sesuatu diatas pohon, tubuhnya yang jenjang memudahkan dia memetik sesuatu. Itu adalah pendul atau bunga yang mirip dengan mic zaman modern. Yue dulu pernah menggunakan itu untuk bernyanyi Halo-halo Bandung saat kecil.
Yuwen memberikan itu pada Yi'er, Yi'er memegang dengan senang. Memukul-mukulkannya ke wajah Yuwen, Yue tertawa ngakak melihat itu.
"Hahahha rasakan itu." Yue puas melihatnya.
"Astaga, Yi'er. Mainkan ini ke depan saja, kenapa Ayah di pukul." Yuwen berusaha meraih tangan bayi dengan kecepatan Maximum itu.
"Kyahahahahah." Yi'er hanya tertawa bahagia.
Karena pukulan Yi'er lama-lama mencolok mata Yuwen, Yuwen pun menutup matanya dan menunduk. Pura-pura menangis, Yi'er yang tau Ayahnya menangis karena ulahnya menepuk nepuk tangan Yuwen.
"Kya Ahhh! Akkhhh! blblabalaa." Yi'er berceloteh, berharap Ayahnya membuka tangan yang menutup wajah.
Yue hanya dia mengamati, dia harus mengajarkan Yier tanggung jawab sejak dini, memukul orangtua itu tidak boleh dan tidak sopan, meksipun Yi'er belum mengerti maka mereka harus membuatnya mengerti.
"Uuuhhhhh."
Tiba-tiba Yi'er menempelkan pipi tembam nya di tangan Yuwen yang masih menutup wajahnya pura-pura menangis. Dengan nada yang merdu, Yi'er seperti sedang mengelus Yuwen agar dia berhenti menangis.
Yue mati-matian menahan tawa, itu adalah tindakan yang sering di lakukan Yuwen saat dia pura-pura merajuk atau menangis. Ternyata Yi'er bisa mencontohnya dengan menggemaskan.
"Ya ampun, Ayah menangis ya?." Yue akhirnya mendekat.
"Ayah sedih karena Yi'er pukul Ayah." Ucap Yue menatap Yi'er, wajah bayi mungil itu terlihat murung.
"Ayo minta maaf sama Ayah, cium Ayah." Yue memperagakan, mencium tangan Yuwen dengan penuh kasih sayang.
Yi'er mengamati lalu ikut mencium, lebih ke menempelkan air liurnya. Yuwen membuka tangannya dan tersenyum cerah, meminta Yi'er mencium pipinya.
Yi'er membuka mulutnya dan menempelkannya pada pipi Yuwen, meskipun penuh air liur Yuwen merasa sangat senang. Ini adalah kecupan permintaa maaf dari putranya yang sangat manis.
"Tidak boleh pukul Ayah lagi." Ucap Yue tegas, menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri.
Seakan mengerti, Yier pun membenamkan wajahnya di ceruk leher Yuwen. Sepertinya bayi kecil itu menyesal, mereka pun melanjutkan perjalanan pulang. Yuwen terus tersenyum mendekap putranya yang sedang manja.
"Pantas saja Yue sering pura-pura menangis, ternyata di bujuk rasanya menyenangkan ya. Mungkin aku harus pura-pura menangis setiap hari." Batin Yuwen, mendapatkan ide brilian.
Sampai di rumah hari mulai sore, Yue duduk sebentar di kursi karena merasa lelah. Sudah jarang ke gunung jadi merasa kelelahan, Yue harus giat berlatih supaya tubuhnya tidak kaku.
"Biar aku yang memandikan Yi'er." Ucap Yuwen.
"Jangan bermain Air!." Omel Yue.
Yuwen berlari ngacir tidak mengindahkan Omelan Yue. Yue hanya memijat kepalanya lelah, setelah memiliki anak Yuwen jadi terlihat paling kekanakan. Sepertinya inner child Yuwen muncul karena merasa ada temannya.
"Tapi itu lebih baik daripada murung, dasar bayi besar." Gumam Yue, tersenyum geli.
Di halaman samping, ada bak mandi kayu khusus milik Yi'er. Yuwen memandikan Yi'er sambil bermain air dengan gembira, Yi'er memang sangat ekspresif dan lucu.
"Ya ampun anakku sayang, kau lucu sekali seperti ikan buntal." Yuwen menarik pipi Yi'er gemas.
HUWAAAAAAAA
Menangis lah sudah, tangisan membahana milik Yi'er membuat Yue menarik nafas dalam-dalam. Berusaha menekan roh iblis yang ingin keluar dari dalam dirinya.
"YUWEN!!!!." Teriak Yue keras.
Yuwen panik, berusaha menenangkan Yi'er karena takut terkena Omelan Yue. Namun terlambat Yue sudah datang membawa rotan, dia memukul pantat Yuwen dengan gemas.
"Sudah dibilang jangan mengganggu Yi'er terus, kenapa kau suka sekali membuatnya menangis hah!!! sini kau saja yang menangis." Omel Yue, terus memukul pantat Yuwen, meskipun tidak keras.
"A-aku hanya gemas dengan pipinya saja." Jujur Yuwen.
"Kalau ditarik begitu dia kesakitan, liat pipinya memerah. Dasar kau ini, anak nakal." Yue menarik pipi Yuwen keras.
"Akkhhh." Yuwen merasa pipinya sakit.
"Sakit kan?! minta maaf sana!!." Omel Yue, berkacak pinggang dengan garang.
Yuwen mendekat ke arah Yi'er yang sudah berhenti menangis, dia bahkan terkesan menikmati tontonan. Sepertinya dia suka melihat Ayahnya yang nakal di marahi oleh Ibunya yang cantik.
Yuwen berjongkok di depan meja kayu, Yi'er menatap Yuwen dengan tatapan polos. Meksipun mata itu masih sembab dan berair.
"Ayah minta maaf ya, Yi'er kesakitan karena Ayah gemas. Ayah akan menerima hukuman." Ucap Yuwen.
"AhaksjshauahajanlaaAAAAAA!." celotehan yang di akhiri teriakan melengking dari Yi'er, seakan sedang mengomel.
"Iya-iya, Ayah bersalah. Ayah minta maaf." Yuwen mengangguk, pura-pura mengerti.
"Ayo bersalaman, harus saling memaafkan." Ucap Yue, suaranya kembali melembut.
Yuwen mengadahkan tangannya, tangan mungil gempal Yi'er menepuk telapak tangan besar Yuwen. Mereka sudah saling memaafkan dengan menggemaskan.
Yue tersenyum senang, baik orangtua ataupun anak. Jika melakukan kesalahan maka harus meminta maaf, siapa yang salah dia yang meminta maaf. Tidak peduli dia mau tua atau muda, salah tetap salah.
bila perlu bungkam juga kaisar yang bodoh itu.
semangat slalu up nya thor.
ya kali anak baru lahir bisa membunuh ibu nya langsung 🙄
minta di geprek ini pala nya kaisar biar sadar dari amnesia sesaat nya
setelah Yue sehat, baru saat nya Yue juga ikut beraksi memberantas para titisan nek lampir itu 😁