Aku Dan Maduku

Arman melirik tajam sang istri, dia tidak mau ada dokter yang memeriksa istri nya dan membuatnya sembuh tapi walau Hana tahu Arman tidak menyukainya dia akan tetap menerimanya.

"Terima kasih pak Andre, saya senang sekali jika memang dokter itu sesuai rekomendasi para petinggi perusahaan, saya tidak mungkin mengecewakan mereka dengan tidak menerimanya".

Tangan Arman mengepal, dia melirik istri mudanya untuk membantunya melarang Hana menerimanya tapi hanya gelengan kepala diberikan Kayya kepadanya agar dia tidak membantah.

"Ya sudah kalau begitu bu Hana, ini dokternya, mulai hari ini mereka akan bertugas datang kesini memantau anda, dan anda nona Rupanya sebaiknya anda kembali kekantor untuk bekerja begitu juga dengan anda tuan Arman, jangan hanya karena kalian dekat Hana, kalian jadi melalaikan kewajiban kalian".

"Iya Pak". Kompak keduanya dengan malas.

Setelah Andre pergi dokter dan suster itu langsung membawa Hana masuk kedalam kamarnya untuk diperiksa keadaannya sedangkan diruang tamu tinggallah Kayya dan juga Arman.

"Kamu kenapa diam saja sih sayang, gimana kalau mereka bisa menyembuhkan Hana, bisa dalam masalah kita". Ucapnya memelas kepada istri nya itu.

"Lalu mas mau membuat mereka curiga dengan kita karena menolak mereka, kan mas tahu Andre itu seperti apa, dia sangat terpercaya didalam perusahaan terutama petinggi, kalau kita menolaknya dia akan bilang kepada mereka yang tidak-tidak". Kayya melipat tangannya menatap tajam sang suami.

Arman menghela nafas, istrinya benar, itu jadi masalah jika mereka curiga apalagi para petinggi perusahaan sangat percaya pada pak Andre

"Terus bagaimana??, kita tidak mungkin diam saja, kamu ini santai banget loh". Rengek Arman kepada istri nya itu.

Dalam hati Kayya sangat jijik melihatnya tapi tidak mungkin dia menunjukkannya, walau sangat risih.

"Tenang saja mas, aku mengenal dokter dan susternya, nanti aku akan berusaha bujuk mereka untuk bisa bekerjasama dengan kita, cukup kita bayar mahal saja". Kayya menatap Arman dengan sombong.

"Wah, wah, kamu memang istri yang aku idamkan, bisa melakukan apa saja, makin suka". Ucapnya dengan gombal.

Kayya pura-pura tersipu malu dan memukul lengan Arman dengan manja.

"Apa sih mas, toh kalau kita berhasil menyingkirkan Hana, ini semua jadi milik kita dan kita akan kaya raya tanpa harus bekerja keras".

Arman mengangguk senang, dia beruntung mendapatkan Kayya walau mereka baru berkenalan dan langsung menikah tapi Kayya sangat tahu bagaimana cara menyenangkan dirinya dalam segala hal.

Kayya menyeringai tanpa Arman ketahui, " Sebelumnya kau yang akan aku hempaskan keluar dari sini, dasar benalu tidak tahu diri".

Hana juga telah selesai diperiksa dan diberikan obat oleh dokter, dia sengaja menyimpan obat itu ditempat aman agar Arman tidak tahu, obat khusus untuk menyembuhkan kakinya

"Nanti ibu belajar terapi yah, setelah seminggu meminum obatnya".

"Iya, aku akan bicara dengan Kayya nanti".

Dokter dan suster itu pun keluar dan Hana segera menyembunyikan obat yang diberikan oleh mereka tanpa diketahui siapapun.

Arman masuk kedalam kamar Hana dengan menggandeng Kayya dengan sombong dan kini menatap tajam perempuan itu, dia harus menegaskan Hana untuk tidak membuka mulut nantinya.

"Jangan pernah kau buka mulut tentang apa yang terjadi selama ini, jika tidak maka kamu akan kami siksa lagi seperti sebelumnya, kamu mau?? ".

Hana pura-pura menundukkan kepalanya ketakutan walau dia menyeringai sinis tanpa Arman tahu.

"Kamu tidak akan bisa menguasai semua milikku Arman, aku masih hidup dan tidak akan diam saja atas semua perbuatanmu". Ucapnya mengangkat kepalanya dan menatap tajam Arman.

Arman langsung tertawa terbahak-bahak karena ucapan Hana yang menurutnya ngelantur dan tidak tahu diri. Bisa apa coba perempuan cacat yanga hanya bisa mengandalkan dirinya diatas kursi roda.

"Ululu dan kau pikir aku takut padamu gitu?? ". Tawanya mengejek.

"Tidak juga, kamu akan lihat kehancuran dirimu sendiri setelah ini Arman, aku akan pastikan itu, kau akan lihat apa yang bisa dilakukan perempuan cacat yang tersakiti ini dan kau akan nangis darah".

Arman menyeringai sinis dan mendekati Hana dsn mencengkram wajahnya dengan keras, emosinya kini mulai terpancing sedangkan Kayya yang berada dibelakang pun kini berubah waspada.

"Dengar baik-baik, aku bisa melenyapkan kamu sekarang juga tanpa takut Hana, jadi jangan membuat kesabaran ku habis karena tingkahmu, jika bukan karena perusahaan, sudah ku singkirkan kau dari muka bumi sejak lama".

Arman tidak tahun sejak tadi Hana merekam pembicaraan mereka dan akan menjadikannya bukti suatu saat nanti.

"Sudahlah mas, biarkan saja dia berceloteh tidak jelas, toh nantinya kita yang akan jadi penguasa". Ucapnya berpura-pura peduli.

"Diam saja kau perempuan perebut suami orang, kamu hanya mau karena kamu pikir dia lelaki kaya tapi nyatanya, jika bukan karena membohongi dan menipu istrinya dia itu bukan siapa-siapa, dia hanya gembel yang beruntung aku pungut dari jalanan

Arman meradang mendengar perkataan Hana yang menginjak harga dirinya dan juga istrinya, dia mengangkat tangannya dan akan menampar Hana tapi tangannya terhalang oleh Rukayya yang menggelengkan kepalanya

"Jangan halangi aku, biarkan aku menghajar wanita cacat tidak tahu diri ini, berani sekali dia menghina kamu dan aku seperti itu". Rahangnya mengeras, tangannya Mengepal bahkan kepalan tangannya siap menghabisi Hana saat ini juga.

" Sudahlah mas, dia hanya perempuan cacat, jika kamu menghajarnya, bukankah itu sama seperti lelaki pecundang, tidak pantas rasanya kamu melakukan hal itu, kamu terlalu hebat untuk sekedar melawan perempuan cacat". Kaya menatap Hana dengan penuh permohonan agar dirinya tidak mengatakan hal yang tidak-tidak lagi.

Tapi Hana tak bergeming, dia akan tetap pada rencananya, dia akan mendapatkan bukti kekerasan agar proses perceraiannya dengan Arman nantinya akan berjalan cepat dan dia tidak bisa mengambil apapun dari miliknya.

"Hebat darimana coba, dia hanya lelaki Parasut dan Mokondo tidak tahu diri, begitu juga dengan keluarganya, mereka hanya keluarga tidak tahu malu, sudah menumpang, eh malah mau mengambil milik orang lain, memalukan sekali".

Wajah Arman memerah, tangannya kini melepaskan tangan Kayya dan hendak melambangkan tamparan keras pada Hana.

"Plak".

Wajah Hana terlempar kesamping dan kursi rodanya nyaris limbung sedangkan sudut bibirnya robek dan berdarah.

Tangan Kayya mengepal erat, matanya melotot penuh amarah, dia ingin memakan Arman hidup-hidup.

Hana terkekeh pelan seakan mengejek Arman, melihat itu Arman meradang dan mengertakkan giginya, bunyinya terdengar nyaring, matanya menyala.

"Kurang ajar". Makinya mengangkat tangannya dan ingin memukul Hana.

Kayya yang melihat itu menepis kasar tangan Arman sehingga tangan itu tidak sampai ke tubuh Hana.

Arman mengalihkan pandangan nya pada Kayya yang kini juga menatapnya penuh amarah, amarah yang berkobar langsung berubah jadi kebingungan.

"Apa yang salah??, kenapa kamu menghentikan ku??"..