NovelToon NovelToon
Berakhir Di Aku

Berakhir Di Aku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Matabatin / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: ibu ditca

Di usia mudanya, Falya terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Padahal sebelumnya kehidupannya sangat sempurna. Tapi karena kesalahan fatal ayahnya, akhirnya ia dan keluarganya menanggung beban yang sangat berat.

Dan suatu hari,ia tak sengaja bertemu dengan sosok arwah penasaran yang justru mengikutinya ke mana pun dia pergi.

Siapakah sosok itu sebenarnya? Dan seberapa kuatnya seorang Falya menjalani kehidupannya???/

########
Untuk pembaca setia tulisan receh mak othor, mangga....di nikmati. Mohon jangan di bully. Mak othor masih banyak belajar soalnya. Kalo ngga ska, skip aja ya! Jangan di ksaih bintang satu hehehehe

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.11

Jes sedang berada di sebuah klub malam. Diam tak sendiri, ada teman-temannya yang turut menemaninya di tempat yang ramai itu. Entah sudah berapa gelas alkohol yang ia minum sejak dua jam yang lalu. Mungkin tingkat kesadarannya pun sudah menurun.

Jes meletakkan kepalanya di atas meja bar.

"Pulang yuk Jes, lo udah mabok berat!'' ujar temannya.

"Hah? Apa? Gue ngga mabok kali hahahah heuk-heuk!'' sahut Jes sambil sesekali cegukan.

"Jes, ayo kita anterin Lo pulang! Bentar lagi lo mau merit. Kalo calon laki lo liat kondisi lo kek gini, dia bisa ilfeel ngga sih?''

"Psssssttt! Rayan masih koma, dia belum sadar dari komanya! Heuk-heuk...gue ngga mau nikah sama si cupu Arvino. Gue maunya Rayan! Heuk-heuk! Tapi Rayan masih belom sadar juga hiks-hiks-hiks....'' kata Jes yang terdengar membingungkan.

"Lo ngomong apa sih Jes?''tanya teman Jes.

"Rayan masih di rawat di rumah sakit. Gue mau merit sama Arvino, padahal gue cintanya sama Rayan! Dan...dan pernikahan gue ngga bisa di batalin. Kalian tahu sendiri bokap gue kaya mana! Hah!''

Jes memukul-mukul dadanya dengan cukup keras.

"Udah Jes! Sakit dada lo nanti!'' temannya menghentikan Jes.

Jes tiba-tiba saja sudah hilang kesadaran, mungkin karena terlalu banyak minum. Teman-temannya memapah Jes menuju ke mobilnya untuk di antarkan pulang.

.

.

.

Pagi hari, Falya bertukar shift dengan suster Rita. Gadis itu pun langsung pulang ke rumahnya untuk beristirahat. Minimal meluruskan punggung setelah sejak kemarin siang istirahatnya kurang.

Sesampainya di rumah, justru sudah ada tamu yang menunggunya. Baru saja turun dari roda duanya, sepasang suami istri dan perempuan berusia remaja menatapnya dengan sinis.

Falya menghela nafas berat beberapa saat hingga akhirnya ia menuruni motornya. Gio yang keluar sambil membawakan nampan berisi minuman itu menoleh ke kakaknya.

"Kak Falya!'' sapa Gio dengan tenang meski dari wajahnya terlihat tegang. Falya memberi salam lalu melepaskan alas kakinya.

"Kak, orang tua Celin mau bicara'' kata Gio.

"Emang ya, harus banget gitu pagi-pagi buta begini bertamu?'' sindir Falya. Walaupun Falya tahu, mungin ini memang tak sopan di katakan ketika ada tamu berkunjung ke rumahnya. Tapi...tergantung tamunya seperti apa sih!

"Kak....!'' Gio menggoyang-goyangkan salah satu lengan Falya. Orang tua Celin yang memang merasa bertamu terlalu pagi pun tak menyahuti ocehan Falya.

Gadis itu memilih duduk bersebarangan dengan papanya Celin. Falya berusaha menata hatinya agar emosinya tak meledak-ledak.

"Kami ke sini hanya meminta kepastian dari Gio! Makin hari perut Celin membesar, jadi semakin lama pernikahan di tunda...yang ada semua orang akan tahu kalau Celin hamil!'' kata papa Celin.

Falya memijat keningnya.

Menikahkan Gio? Aku sendiri saja belum terpikir untuk menikah. Dan aku malah harus menikahkan?? Batin Falya.

"Gio akan menikahi Celin secara siri karena mereka belum cukup umur untuk menikah. Nanti kalau usia mereka sudah mencukupi, baru legalkan pernikahan mereka.''

"Tinggal bayar orang saja buat bikinin surat keterangan kalau mereka cukup umur! Kami ngga mau ya, Celin sudah banyak di rugikan! Jadi kalau cuma nikah siri, itu namanya percuma!'' ujar mamanya Celin.

"Ya silahkan kalau kalian mau melakukannya. Saya mah ngga mau ya! Udah berbuat di luar norma masih mau melanggar hukum'' kata Falya yang masih berusaha untuk bersikap tenang meski sebenarnya ia pun sudah kesal di luar nurul.

Orang tua Celin tak berbicara apa pun tapi dalam hatinya mereka ngedumel.

Gio sudah berdebar hebat takut kalau sang kakak tak bisa lagi mengendalikan emosinya palagi orang tua Celin tipe manusia kolot yang secara usia jauh lebih tua dari Falya apalagi dirinya.

"Oke, jadi kapan mereka akan di nikahkan? Kami capek bolak balik ke sini!'' ujar papa Celin.

''Kalian sendiri yang bolak balik ke sini, bukan salah saya. Lagi pula saya sudah menjanjikan nanti kalau saya libur kerja kan?'' tanya Falya sambil meletakkan sikunya di atas lutut dengan badan agak mencondong ke depan.

"Ya...ya kami khawatir lah kalau kalian ingkar janji!'' kata mamanya Celin. Falya tersenyum tipis.

"Sebentar!!'' Falya bangkit dari sofanya lalu berjalan menuju ke sebuah kamar yang tak lain kamar mendiang sang mama. Gadis itu membuka lemari pakaian almarhumah mamanya. Ia mengambil sebuah kotak perhiasan satu set juga beberapa cincin.

Di pandanginya perhiasan tersebut lalu ia menghela napas panjang.

"Susah payah Falya ingin mempertahankan perhiasan mama! Sekalipun Falya butuh uang, Falya sama sekali ngga ingin jual perhiasan mama. Tapi...tapi sekarang terpaksa Falya ambil salah satu cincin mama buat mahar nikahan Gio sama Celin ya Ma. Semoga mama ngga keberatan. Insyaallah Falya akan segera menggantinya'' monolog Falya.

Setelah mengambil cincin itu, Falya kembali mengunci lemari sang mama lalu menyimpan kunci itu lagi di tasnya yang ia jadikan gantungan. Ia bukan tak percaya pada adik atau kakaknya, hanya saja benda-benda peninggalan mamanya begitu berharga bagi Falya hingga ia berusaha menjaganya sebaik mungkin.

Falya pun keluar kamar mamanya masih dengan tas yang menggantung di bahunya.

Gio meremas kedua tangannya yang basah. Ia menoleh ke kakaknya yang kembali duduk di sofa.

"Terus terang Gio tidak bisa memberikan mahar yang banyak. Hanya ini yang bisa kami berikan sebagai pengikat kalau Gio tidak akan lari dari tanggungjawab!'' kata Falya memberikan cincin bermata batu putih.

Mamanya Celin langsung mengambilnya dari atas meja lalu memeriksanya. Celin memilih diam sejak ia tiba di rumah Gio.

"Berapa gram ini?'' tanya mama Celin.

"Lima gram!'' jawab Falya. Mamanya Celin mengangguk samar.

"Dan ini, saya hanya bisa memberikan segini untuk pernikahan mereka!'' Falya kembali meletakkan amplop di atas meja. Kali ini papanya Celin yang mengambilnya lalu membuka dan menghitung isi amplop itu.

"Satu juta? Bisa apa uang satu juta?'' papanya Celin melempar uang itu di atas meja dengan kasar. Falya berdiri dari sofanya.

"Kamu urus saja sendiri Gio! Kakak capek!'' kata Falya yang langsung meninggalkan ruang tamu. Walaupun dia tahu, sikapnya amat sangat tidak sopan.

Falya sempat mendengar orang tua Celin yang sengaja menggunjingnya tapi saat gadis itu masuk ke dalam lkamar, suara itu pun lenyap.

"Keren banget kakak satu ini!'' kata Zidan melipat tanganya di dada. Hantu tampan itu sedang bersandar di dinding dekat pintu. Beruntung Falya sudah kebal jadi tak lagi terkejut dengan kedatangan teman hantunya yang suka tiba-tiba itu.

"Capek aku bang!''

Bruggg!!!

Falya menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Ia merentangkan kedua tangannya dan membiarkan kakinya menjuntai ke bawah.

Zidan ikut berbaring di samping Falya dengan tangan kanannya sebagai penopang.

"Kenapa lagi, heum?'' tanya Zidan. Falya menoleh pada hantu tampan itu.

"Gio baru  belasan tahun lewat bang. Tapi dia udah hamilin anak orang. Memangnya dia mau tanggungjawab yang kaya gimana sih bang? Kenapa pendek sekali pikirannya!"

Rasanya air mata Falya sudah kering untuk menghadapi semua ini.

"Mereka masih labil, Ya!'' kata Zidan. Falya mengangguk pelan.

"Iya bang! Dan aku harus selalu waras agar bisa menjadi orang tua buat mereka!'' kata Falya tanpa menatap Zidan.

Zidan menggigit bibirnya sendiri karena ia baru menyadari bahwa posisi mereka saat ini sangat dekat. Entahlah, Zidan merasa nyaman dengan gadis yang kadang cengeng tapi juga galak ini.

"Aku capek tahu bang kaya gini terus! Tapi...semakin ngeluh...semakin berat aja rasanya!'' Falya menoleh pada Zidan yang tengah menatapnya dari samping.

Kedua pasang mata itu saling menatap dalam diam.

"Kalau aku bangun nanti, aku janji akan jadi orang yang selalu mendengarkan keluh kesah mu. Bahkan mungkin aku akan selalu jadi donatur tetap mu biar kamu ngga kecapekan kerja !'' kata Zidan.

Falya terkekeh kecil dan itu menular pada Zidan.

"Belum tentu kamu inget aku bang!'' kata Falya. Tangan Zidan spontan mengusap kepala Falya dengan lembut.

"Abang janji! Abang akan selalu ada buat kamu!'' kata Zidan. Bukannya terpukau, Falya justru bangkit dari ranjangnya.

"Halah! Gombal! Udah sana ah keluar! Aku mau mandi terus bobo cantik. Mending abang ke rumah sakit, kali aja tiba-tiba tubuh mu ngajak balikan!'' kata Falya sambil mengikat tinggi rambutnya dengan asal. Zidan memang hantu, tapi dia lelaki normal.

Dia menelan salivanya dengan perlahan. Entah dapat keberanian dari mana, tiba-tiba saja Zidan memeluk Falya dari belakang. Lalu meletakan dagunya di bahu Falya. Falya terkejut beberapa detik hingga akhirnya ia hanya bisa menghela nafas panjang.

"Ngga usah kaya gini bang! Kita berbeda!'' kata Falya.

"Jadi kamu ngga berharap abang hidup lagi?'' tanya Zidan yang masih setia memeluk Falya.

"Aku bersyukur banget kalau abang atau Rayan kembali sehat. Tapi...abang pasti ngga akan inget aku! Aku cuma....!''

Ucapan Falya tiba-tiba berhenti saat Zidan mendaratkan sebuah kecupan di bahunya. Sontak gadis itu menegang.

"Abang janji, bakal ingat kamu Ya!'' janji Zidan. Falya tak menyahuti ucapan Zidan. Untuk pertama kalinya ia merasa nyaman di dalam pelukan seorang laki-laki...oops ralat, sesosok hantu tampan.

******************

Terimakasih

1
dewi rofiqoh
Rayan hubungan seperti apa yang kamu inginkan? Jika kamu memiliki perasaan istimewa pada falya Jangan sampai boy tahu
hidagede1
ayo donk papi hanan gercep buat selidiki mas boy...
dewi rofiqoh
Mulai sedikit terbuka teka-tekinya. Selidiki terus dan tetap waspada
hidagede1
pernyataan nya ambigu bang...🤭
dewi rofiqoh
Temanin gimana bang Zidan 🙄🙄
hidagede1
tp kan suster angel dan suster rita udah punya pasangan... lain lagi sama kamu yg masih ting" falya🤭🤣
dewi rofiqoh
Sepertinya o yang dekat dan peduli dengan rayan harus berhati-hati. Si boy mengawasi setiap gerg gerik mereka
dewi rofiqoh
Bis jadi adegan divideo rayan itu ayah falya, rayan dan ayah falya dijebak
dewi rofiqoh
Hati-hati falya, kamu masih diawasi
dewi rofiqoh
Si boy benar-benar menargetkan falya, sampai2 dia ngirim orang untuk mengawasinya
dewi rofiqoh
Wah si boy musuh dalam selimut. Kayaknya, apa dia yang menyukai rayan? Ataukah benci sehingga ia membuat seolah rayan kaum pelangi
hidagede1
ternyata yg menyimpang tuh mas boy... (pake logat nya emon)
dewi rofiqoh
Akhirnya rayan sadar juga, falya bersyukur meskipun menahan Sakit karena dilupakan oleh Zidan/rayan
dewi rofiqoh
Syukurlah, rayan masih hidup
dewi rofiqoh
Apa yang terjadi dengan rayan?
hidagede1
nah loh,,, dua" nya pake topeng
hidagede1
misterius.. ada apa sebenar nya sama rayan🤔
hidagede1
kudu di ciriin nih yg nama nya BOY
hidagede1
pasti zidan 🤭
hidagede1
mampir thor☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!