NovelToon NovelToon
Dia Dan 14 Tahun Lalu

Dia Dan 14 Tahun Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Enemy to Lovers / Cintapertama / Romantis / Romansa / TimeTravel
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Spam Pink

ini adalah perjalanan hidup clara sejak ia berumur 5 tahun membawanya bertemu pada cinta sejatinya sejak ia berada di bangku tk, dan reymon sosok pria yang akan membawa perubahan besar dalam hidup clara. namun perjalanan cinta mereka tidak berjalan dengan mulus, akankah cinta itu mempertemukan mereka kembali.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Spam Pink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 22

Hanya suara detik jam yang terdengar. Reymon berdiri di ruang tamu, sementara ibunya mematung di depan kompor, tangan bersedekap, mata menatap tajam seperti mencoba membaca seluruh isi kepalanya.

“Reymon,” ulang ibunya, nadanya menurun tapi tetap tegas. “Kamu punya pacar?”

Reymon menelan ludah, berusaha menenangkan napasnya. “Bu… boleh aku jelasin dulu?”

Ibunya tidak menjawab, tapi jelas menunggu.

Reymon menarik napas panjang. “Itu… bukan pacar, Bu. Ibu salah lihat.”

Ibunya mengangkat alis. “Salah lihat? Lha itu apa di lehermu?” Ia menunjuk kalung setengah hati yang menggantung tepat di tengah dada Reymon. “Dari siapa? Teman? Saudara?”

Reymon sadar ia harus cepat berpikir, cepat menjelaskan, tapi tidak bohong total. “Itu… hadiah, Bu. Dari temen. Temen deket, iya… tapi bukan pacar.” Ia mencoba tersenyum kecil, seolah semuanya biasa saja. “Aku cuma nganterin dia pulang karena hujan tadi. Ibu kebetulan lihat pas aku balik.”

Ibunya memicingkan mata. “Temen? Tapi kamu keliatan terlalu senyum-senyum.”

Reymon mengusap tengkuknya, sedikit gugup. “Ya… temen dekat kan wajar, Bu. Apalagi dia perempuan. Masa aku harus jutek?”

Ibunya menghela napas panjang, tapi nada bicaranya mulai melunak. “Rey… kamu itu masih muda. Ibu bukan nggak bolehin kamu punya temen perempuan. Yang Ibu nggak mau itu kamu bohong.”

Reymon langsung menggeleng keras. “Aku nggak bohong, Bu. Sumpah.” Ia menatap ibunya dengan mata setenang mungkin. “Aku cuma takut Ibu salah paham.”

Ibunya terdiam lama. Perlahan, tatapannya melembut. “Ya sudah. Tapi tolong, lain kali kalau kamu dekat sama seseorang… bilang aja sama Ibu. Biar Ibu nggak mikir macam-macam.”

Reymon mengangguk cepat. “Iya, Bu. Maaf ya.”

Ibunya menghela napas, menepuk bahunya pelan. “Sudah sana mandi. Muka kamu itu kelihatan bingung.”

Reymon tertawa lega, pura-pura santai. “Hehe… iya Bu.”

Tapi saat ia masuk kamar, pintu tertutup pelan di belakangnya… Reymon langsung mengembus napas sangat panjang.

Yang ia pikirkan cuma satu nama.

Clara.

Esok sore

Clara duduk di tepi tempat tidur, memainkan ujung bantal dengan gelisah. Ia baru membaca pesan Reymon:

"Aku tadi kena marah sama mama gara-gara kalung setengah hati… Maaf ya Clar, nanti kalo kamu free aku ceritain."

Clara tertegun.

Jantungnya berdegup pelan tapi sakit.

Ia mengetik cepat:

"Rey… gara-gara aku ya? Maaf… sumpah, aku jadi nggak enak banget."

Balasan Reymon datang dalam sepersekian detik.

"Hei. Jangan gitu. Ini bukan salah kamu. Mama cuma salah paham."

"Tapi tetap aja… kamu kena marah."

"Clar. Denger dulu. Aku nggak apa-apa. Asli."

Clara menggigit bibir. “Rey…”

Seolah tahu Clara belum tenang, ponselnya tiba-tiba berdering. Reymon menelpon.

“Clar,” suara Reymon terdengar lembut, lebih lembut daripada biasanya. “Kenapa kamu yang sedih?”

Clara mengusap mata yang sedikit panas. “Ya… karena kamu dimarahin… gara-gara barang dari aku.”

“Eh bukan. Bukan karena itu,” Reymon membantah cepat. “Mama bakal marah juga kalau aku pulang malam sama siapapun. Kalau kalungnya dari kamu atau bukan, sama aja.”

“Tapi tetap aja…”

“Clar.” Reymon terdengar tersenyum kecil. “Yang penting aku senang kamu pakai kalung itu. Dan aku juga senang pakai bagian aku. Jadi jangan dibikin rumit.”

Clara diam, akhirnya tersenyum kecil. “Makasih… Rey.”

“Selalu.”

Beberapa hari kemudian — masalah baru muncul

Clara berjalan ke warung kecil dekat rumah neneknya. Di sana, seperti biasa, ada Nisa—teman kecilnya di desa yang akhir-akhir ini… terlalu sering muncul.

Nisa menghampirinya dengan wajah ceria. “Claraaa! Mau kemana?”

“Jajan,” jawab Clara singkat.

Dan seperti menunggu momen itu, Reymon lewat dengan motor. Ia melambat begitu melihat Clara.

“Hei Clar!” panggilnya sambil tersenyum.

Clara ikut tersenyum… tapi Nisa langsung melambai-lambai lebay.

“Rey!” teriaknya. “Haiii! Kamu mau kemana? Ih kemarin kamu lewat sini ya? Aku liat!”

Reymon mengerutkan kening kecil. “Oh… iya. Mampir beli bensin.”

Nisa maju selangkah, senyum sok imut. “Kamu kalau lewat sini panggil aku dong. Kita ngobrol.”

Clara mematung.

Reymon jelas canggung.

“Oh… iya, iya…” jawab Reymon seadanya.

Nisa mencondongkan tubuh. “Eh, kamu ganteng banget kalo pake jaket gitu.”

Clara langsung menahan napas.

Sumpah… panas.

Reymon mengangguk kaku. “Hehe… makasih.”

Nisa masih belum selesai. “Kamu punya pacar nggak sih, Rey? Atau masih bebas?”

Clara tanpa sadar memegang lengan sendiri, hatinya mencelos.

Reymon menoleh ke Clara sekilas, tahu Clara pasti nggak nyaman. Tapi ia tidak bisa bilang terang-terangan karena Nisa teman Clara juga.

Akhirnya Reymon menjawab aman. “Aku… lagi dekat sama seseorang.”

Senyum Nisa langsung pudar.

Clara berpura-pura sibuk melihat jajanan, padahal dalam hati ingin menendang kerikil sekuatnya.

Sore itu — Clara mendiamkan Reymon

Di chat, Clara hanya jawab:

"Oh."

"Iya."

"Hmm."

Reymon langsung sadar.

Sangat sadar.

Ia menelpon tanpa mikir.

“Clar, kamu marah ya?”

“…nggak.”

“Kamu pasti marah.”

“Enggak.”

“Clar.”

Clara mengembuskan napas. “Ya… aku cuma… nggak suka.”

“Karena Nisa?”

Clara diam sebentar. Lalu berkata pelan, “Dia suka kamu, Rey.”

“Terus?”

“Terus kamu tau lah! Dia caper banget!”

Reymon tertawa kecil, tapi bukan mengejek, lebih seperti menenangkan. “Clar, denger ya. Dia itu… nggak ada apa-apanya buat aku.”

Clara menggigit bibir. “Tapi dia cantik.”

“Cantik iya,” Reymon mengakui santai. “Tapi bukan kamu.”

Clara terdiam.

“Iya, Clar… kamu itu beda. Kamu yang aku suka. Nisa cuma kayak… angin lewat.”

Clara hampir tersedak napas. “Angin lewat?”

“Iya. Lewat doang. Tanpa efek.”

Mendengar itu… Clara akhirnya tersenyum.

“Jadi kamu nggak bakal keambil dia?”

“Clar,” Reymon menjawab tegas. “Yang aku cinta cuma kamu.”

Clara memejam mata, pipinya panas. “Oke… aku percaya.”

“Nah gitu dong.”

Setelah suasana kembali hangat, mereka memutuskan makan mie rebus di warung dekat lapangan.

Malam itu nyaman. Banyak lampu kuning temaram. Angin dingin tapi tidak menusuk.

Reymon memotong telur rebusnya lalu menaruh setengah ke mangkuk Clara. “Ini buat kamu.”

Clara tersenyum. “Kamu kenapa baik banget sih?”

“Biar kamu nggak pindah ke cowok lain.”

Clara mencubit lengannya. “Sakit!”

“Ya biar inget.”

Mereka makan sambil bercanda, lalu jalan kaki sebentar sebelum Reymon mengantar Clara pulang.

Tapi saat sampai di rumah

Clara menatap pagar dengan wajah pucat. “Rey… pagar rumah dikunci.”

Reymon berhenti. “Lho? Kok bisa?”

“Kayaknya nenek pikir aku udah tidur di kamar…” Clara panik, wajahnya berubah seperti anak kecil ketahuan kabur malam-malam.

Reymon memegang kepala. “Aduh… terus gimana?”

Clara menggigit bibir. “Aku… harus manjat kayaknya.”

“HAH?” Reymon membelalak. “Clar, itu pagar tinggi!”

“Tapi aku nggak mungkin bangunin orang rumah jam segini…”

Reymon langsung panik sendiri. “Yaudah, aku pegangin dari bawah. Kamu naik perlahan.”

Clara mengangguk, meski gemetar.

Maka dimulailah drama paling kocak dalam hidup mereka.

“Rey, pegangin kaki aku!”

“Iya! Tapi jangan injak tanganku—EH JANGAN KE SITU!”

“AKU JATUH NANTI!”

“YA JANGAN JATUH!”

Clara berusaha menarik tubuhnya ke atas pagar, rok tidurnya tersangkut sedikit.

“Reyyy! Rokku ketarik!”

“AKU NGGAK LIAT APA-APA TENANG AJA!”

“YA TETEP MALU!”

“CLAR NAIK AJA DULU JANGAN NGOMEL!”

Dengan usaha setengah mati, Clara berhasil naik ke bagian atas pagar, lalu perlahan turun ke dalam halaman.

Begitu kakinya menyentuh tanah, ia langsung menutup mulut menahan tawa.

“Reyyy!” bisiknya keras. “Kacau banget tadi!”

Reymon tertawa sampai membungkuk. “Sumpah, itu lucu banget! Apalagi bagian kamu bilang rok ketarik!”

“Ya iya malu tau!”

Reymon menenangkan dirinya sambil mengusap wajah. “Astaga… aku nggak bakal lupa ini. Serius.”

Clara masih tertawa kecil. “Aku juga.”

Reymon menatapnya lembut dari balik pagar. “Udah masuk ya. Chat aku kalau udah di kamar.”

Clara mengangguk. “Iya. Makasih banyak ya, Rey.”

“Selalu.”

Di kamar

Begitu masuk kamar, Clara langsung membalas pesan Reymon.

Clara:

Rey… sumpah aku masih ketawa inget adegan tadi.

Reymon:

AKU JUGA! Kamu nggak liat ekspresi kamu sendiri tadi.

Clara:

Aku panik tapi malu tapi takut jatuh HAHAHA.

Reymon:

Terus rok kamu—

Clara:

JANGAN LANJUTIN 😭😭😭

Reymon:

HAHAHA iya iya. Tapi kamu hebat bisa manjat.

Clara:

Aku bisa manjat karena kamu pegangin dari bawah 😭

Reymon:

Besok-besok jangan pulang telat. Nanti harus panjat lagi.

Clara:

Jangan nakut-nakutin!

Mereka tertawa lewat chat, terus mengetik panjang, suara kalimat yang saling membalas seperti musik.

Dan akhirnya…

Reymon:

Clar… malam ini seru banget. Makasih ya.

Clara:

Makasih juga, Rey.

Setelah obrolan pesan mereka selesai, clara terus memikirkan kejadian tadi dengan senyum berseri-seri di wajah nya sampai ia tertidur dengan memeluk ponsel nya.

BERSAMBUNG…

1
mindie
AAAAAA saltinggg bacanya😍😍🤭
Caramellmnisss: terimakasih kak☺️
total 1 replies
mindie
layak di rekomendasikan
Charolina Lina
novel ini bagus banget 👍🏻
Caramellmnisss: terimakasih kak😍🙏
total 1 replies
mindie
baguss bngt tidak sabar menenunggu updatetanny author🤩
Caramellmnisss
kami update tiap malam yah kak, jangan ketinggalan setiap eps nya yah☺️
Miu miu
Jangan lupa terus update ya, author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!