NovelToon NovelToon
Bangkitnya Permaisuri Yang Terlupakan

Bangkitnya Permaisuri Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romansa / Reinkarnasi / Harem / Mengubah Takdir
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Setelah terpeleset di kamar mandi, Han Sia, gadis modern abad 25, terbangun di tubuh Permaisuri Han Sunyi tokoh tragis dari novel yang dulu ia ejek sebagai “permaisuri paling bodoh”.

Kini terjebak di dunia kerajaan kuno, Han Sia harus berpura-pura sebagai permaisuri yang baru sadar dari koma, sambil mencari cara untuk bertahan hidup di istana penuh intrik dan penghianatan. Namun alih-alih pasrah pada nasib, ia justru bertekad mengubah sejarah. Dengan kecerdasan modern dan lidah tajamnya, Han Sia siap membalikkan kisah lama dari permaisuri lemah menjadi wanita paling berkuasa dan akan membuat mereka semua menyesal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15— “Jejak dari Utara”

Senja perlahan tenggelam di balik perbukitan lembah Phoenix. Langit berubah jingga keemasan, dan suara serangga mulai terdengar dari semak-semak. Han Sunyi berdiri di tepi paviliun, memandang lembah yang mulai diselimuti kabut tipis sore hari. Di belakangnya, aroma kaldu dari dapur kecil yang dijaga Yuyi dan Yuyu serta Nuan mengalun lembut.

“Nuan,” panggil Han Sunyi tanpa menoleh.

“Ya, Nona?” sahut Nuan sambil keluar dari dapur membawa nampan berisi mangkuk-mangkuk kecil. “Makan malam sudah siap. Tapi… tamu itu belum mau makan kalau belum dipanggil Nona sendiri.”

Han Sunyi menatapnya sejenak, lalu menghela napas. “Baiklah, aku akan ke sana.”

Ia berjalan perlahan menuju ruang tamu utama. Di sana, Zhi Dao dan Jin Yue sedang memeriksa perban di bahu pria yang terluka, sementara Bai Ren duduk di kursi sebelahnya, sibuk mengupas apel dengan cara yang aneh memutar pisau di udara seolah sedang bermain sulap sedangkan Feng Yu hanya memandangi mereka.

“Bai Ren,” tegur Han Sunyi pelan. “Jangan buat tamu kita gugup.”

“Aku hanya berusaha mencairkan suasana,” jawab Bai Ren, tersenyum cerah. “Tapi sepertinya yang satu ini terlalu kaku.”

Pria yang terluka yang diketahui bernama Chen Lu hanya menatapnya tanpa ekspresi. Bahunya kini sudah dibalut rapi, dan warna wajahnya mulai membaik setelah diberi ramuan penyembuh oleh Han Sunyi.

“Bagaimana lukanya?” tanya Han Sunyi pada Zhi Dao.

“Sudah membaik, tapi dia kehilangan cukup banyak darah. Butuh waktu dua hari untuk pulih total,” jawab Jin Yue dengan tenang.

Han Sunyi mengangguk, lalu menoleh pada Li Feng yang duduk tenang di sisi lain ruangan. “Kau belum makan sejak pagi. Bergabunglah dengan kami.”

Li Feng menatapnya sesaat, lalu berdiri dengan sopan. “Aku tak ingin merepotkan.”

“Sudah terlanjur,” potong Han Sunyi datar. “Lembah ini bukan tempat yang membiarkan orang kelaparan.”

Bai Ren tertawa kecil. “Itu artinya kau tak bisa menolak. Duduklah, Pangeran Misterius.”

“Bai Ren.” Han Sunyi melirik tajam, membuat Bai Ren langsung mengangkat tangan tanda menyerah. “Baik-baik, aku diam.”

Mereka akhirnya duduk bersama di meja rendah yang terbuat dari kayu cendana. Hidangan malam sederhana tapi hangat, bubur ayam lembut, sayuran rebus, dan teh jahe. Yuyi menuangkan teh ke cangkir satu per satu dengan rapi.

Suasana makan malam awalnya tenang, hanya terdengar suara sendok dan mangkuk. Namun Bai Ren, seperti biasa, tak tahan dengan keheningan.

“Jadi,” ujarnya sambil menatap Li Feng, “kau dari mana sebenarnya? Dari cara bicaramu, jelas bukan dari kota terdekat.”

Feng Yu mengerling. “Bai Ren…”

“Apa? Aku hanya ingin tahu,” balasnya santai. “Tadi kau bilang kehilangan rumah. Maksudmu… diserang, terbakar, atau?”

“Cukup,” potong Han Sunyi. Nada suaranya lembut, tapi cukup untuk membuat Bai Ren terdiam.

Li Feng menatap Han Sunyi sejenak, lalu menaruh sendoknya perlahan. “Tidak apa. Aku memang kehilangan rumah. Tapi bukan karena api atau perang. Karena pengkhianatan.”

Ruangan seketika hening.

Zhi Dao menatapnya serius. Bai Ren mengedip beberapa kali, tidak yakin harus menanggapi bagaimana. Hanya Han Sunyi yang tetap tenang, matanya tak berpaling dari pria itu.

“Pengkhianatan?” ulang Han Sunyi perlahan.

Li Feng mengangguk. “Aku pernah melindungi seseorang yang kukira saudara. Tapi ketika keadaan berbalik, dialah yang menusukku dari belakang. Sejak itu, aku dan pengikutku terus diburu.”

“Termasuk Chen Lu?” tanya Zhi Dao.

“Ya. Dia adalah satu-satunya orang yang masih setia.”

Han Sunyi memandangi Li Feng cukup lama. Wajah pria itu tenang, tapi dalam matanya ada kelelahan yang dalam bukan hanya fisik, tapi juga batin. Ia bisa merasakannya.

“Kalau begitu,” kata Han Sunyi akhirnya, “untuk malam ini, kau aman di sini. Tapi begitu hari cerah, aku sarankan kau melanjutkan perjalanan. Lembah ini bukan tempat bagi orang yang dikejar.”

Li Feng tersenyum samar. “Aku mengerti.”

Mereka makan dalam diam setelah itu, namun Bai Ren tak bisa menahan diri terlalu lama. Ia mencondongkan tubuh dan berbisik pada Zhi Dao, cukup keras hingga Han Sunyi bisa mendengar.

“Dia bilang pengkhianatan. Aku yakin dia ini bekas bangsawan. Mungkin dari Utara? Lihat gelang di pergelangan tangannya ukiran naga putih. Itu lambang keluarga kerajaan Qing!”

“Bai Ren.” Zhi Dao menghela napas panjang. “Kau bicara seperti pedagang gosip.”

“Tapi aku tidak salah, kan?” gumamnya pelan.

Han Sunyi menatap gelang yang dimaksud, dan memang benar ukiran naga kecil terlihat samar di balik lengan baju Li Feng. Namun ia tidak menanyakan apa pun. Ada waktunya untuk bertanya, tapi bukan malam ini.

Malam semakin larut. Udara di lembah menjadi dingin, dan kabut tipis mulai naik dari dasar sungai. Han Sunyi belum tidur. Ia berdiri di balkon paviliun, menatap langit yang dipenuhi bintang. Suara jangkrik terdengar lembut di kejauhan.

“Tidak bisa tidur juga?” suara Zhi Dao terdengar dari belakang.

Han Sunyi menoleh sedikit. “Kau juga?”

Zhi Dao berjalan mendekat, berdiri di sampingnya. “Naluri penjaga tak pernah benar-benar bisa tidur. Apalagi dengan dua orang asing di bawah satu atap.”

Han Sunyi tersenyum samar. “Kau masih tidak percaya pada mereka?”

“Aku tidak percaya pada siapa pun yang menyembunyikan identitasnya,” jawab Zhi Dao jujur. “Dan aku tahu nona juga begitu.”

Ia benar. Tapi Han Sunyi tetap menatap langit. “Aku merasakannya, Zhi Dao. Mereka bukan orang jahat. Tapi mereka membawa masalah yang besar.”

Feng Yu dan Jin Yue datang dan berdiri di sebelah Han Sunyi. “Nona Han sering berkata begitu. Tapi setiap kali kau menolong seseorang, masalah besar itu selalu datang ke lembah ini.”

Han Sunyi tertawa kecil. “Kalian benar.”

Namun sebelum mereka sempat melanjutkan percakapan, langkah cepat terdengar dari bawah. Bai Ren muncul tergesa-gesa, wajahnya serius—jarang sekali ekspresi itu muncul padanya.

“Nona! Ada yang mencurigakan di sisi barat lembah!”

Mereka berdua langsung menegakkan tubuh. “Apa?” tanya Han Sunyi cepat.

“Aku melihat tiga orang berkuda berhenti di balik tebing, di dekat gerbang bambu. Mereka berpakaian hitam, dan sepertinya mencari seseorang.”

“Sudah pasti Li Feng dan Chen Lu,” gumam Zhi Dao.

Han Sunyi segera mengambil busurnya. “Zhi Dao, Jin Yue dan Feng Yu lindungi penghuni paviliun. Aku akan lihat.”

“Tunggu, aku ikut!” seru Bai Ren.

Han Sunyi mengangguk singkat. “Baik. Tapi jangan bertindak gegabah.”

Mereka bergerak cepat menuju sisi barat lembah. Tanah berembun membuat langkah mereka nyaris tanpa suara. Dari balik semak, Han Sunyi melihat tiga sosok berpakaian hitam dengan kuda berwarna kelam. Mereka tampak gelisah, berbicara cepat dalam bisikan.

“… jejaknya berhenti di sini. Mereka tak mungkin menyeberangi sungai tanpa meninggalkan tanda,” ujar salah satu.

“Kalau begitu, mereka bersembunyi di lembah,” jawab yang lain. “Kita bagi dua kelompok. Laporkan segera pada Tuan Muda jika menemukan mereka.”

Han Sunyi memberi isyarat tangan, menandakan agar Bai Ren tetap di tempat. Ia lalu melangkah keluar dari semak dengan tenang.

“Sedang mencari seseorang?” suaranya lembut tapi menggema di antara kabut.

Ketiga pria itu langsung memutar badan. “Siapa kau?!”

“Penduduk lembah ini,” jawab Han Sunyi, menegakkan tubuh. “Dan kalian membuat hewan-hewan di sini resah.”

“Kami tidak bermaksud mengganggu,” sahut salah satu dengan nada licik. “Kami hanya mengejar dua buronan.”

“Buronan?” Han Sunyi menatap mereka dalam-dalam. “Dua orang pemburu yang terluka, mungkin?”

Mereka saling berpandangan cepat. Wajah-wajah itu menunjukkan kejutan sesaat—cukup bagi Han Sunyi untuk tahu bahwa dugaannya benar.

“Jadi mereka memang di sini,” gumam salah satu. “Tangkap perempuan ini!”

Begitu perintah keluar, dua orang langsung maju, tapi dalam sekejap, Han Sunyi sudah menarik busurnya. Cahaya biru lembut melesat dan menghantam pedang pertama sebelum sempat menyentuhnya. Dentuman lembut terdengar, dan percikan energi menari di udara.

Pria itu terpental ke belakang dan memuntahkan darah hingga tidak bernyawa, Yang lain mencoba menyerang dari sisi kiri, tapi Bai Ren muncul dari balik batu besar sambil menembakkan panah beruntun.

“Lembah Phoenix bukan tempat bermain!” serunya lantang.

Pertarungan berlangsung singkat. Dua dari mereka tumbang, sementara satu hampir melarikan diri tapi langsung mati terkenal panah Han Sunyi.

“Bai Ren, buang mereka ke bawah lembah hitam” kata Han Sunyi cepat. “jika tidak mereka pasti akan kembali ke kelompoknya.”

Bai Ren mendengus. “Berarti mereka akan datang lagi.”

“Ya,” Han Sunyi menurunkan busurnya perlahan. “tapi jika kita menghilangkan jejak ini mereka pasti tidak akan ada yang tau.”

Bersambung

1
Cindy
lanjut kak
kaylla salsabella
lanjut thor
Wahyuningsih
d tnggu upnya kmbli thor yg buanyk hrs tiap hri sehat sellu thor n jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪 dlm upnya😁😁😁😁
Cindy
lanjut kak
inda Permatasari
sebenarnya baik ingin mencari Han Sunyi untuk balas Budi dan juga merasakan cinta padanya tapi Han Sunyi tidak mau bertemu
kaylla salsabella
aku kok masih bingung ya ini li feng itu baik apa gak sama han sunyi
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
li feng bukannya kabur jadi buronan?? kok uda di istana lg thor??
Wahyuningsih
wahhhh mkin sru thor d tnggu upnya kmbli yg buanyk n hrs tiap hri sehat sellu thor n jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪
Vivi❄️❄️
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kirain si bawah panah cinta ala cupid 🤣🤣🤣
sahabat pena
Luar biasa
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Fransiska Husun
keren banget
🌸 Maya Debar 🌸
Semangat terus Thor 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘❤️🥰🥰🥰🥰🥰🥰❤️❤️❤️❤️❤️🤩🤩
Tiara Bella
semangat 😍
🌸 Maya Debar 🌸
Tak tunggu selalu upnya Thor, Keren buanget ❤️❤️❤️❤️❤️🥰🥰🥰😍😍😍🤩🤩🤩😍😍😍😍🤩🤩🤩❤️❤️❤️🥰🥰🥰🥰
Wahyuningsih
q penasaran lanjutannya thor d tnggu upnya kmbli yg buanyk n hrs tiap hri jgn lma2 upnya thor ntar lumutan loh 😁😁😁 sehat sellu thor jga keshtn n tetp 💪💪💪 dlm upnya 😄😄😄
Wahyuningsih
q mampir thor mga2 critanya seeeeruuuu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!