Deskripsi Novel: Batu Rang Bunian
"Batu Rang Bunian" adalah sebuah petualangan seru yang membongkar batas antara dunia kita yang penuh cicilan dan deadline dengan alam Bunian yang misterius, katanya penuh keindahan, tapi faktanya penuh drama.
Sinopsis Singkat:
Ketika seorang pemuda bernama Sutan secara tidak sengaja menemukan sebongkah batu aneh di dekat pohon beringin keramat—yang seharusnya ia hindari, tapi namanya juga anak muda, rasa penasaran lebih tinggi dari harga diri—ia pun terperosok ke dunia Bunian. Bukan, ini bukan Bunian yang cuma bisa menyanyi merdu dan menari indah. Ini adalah Bunian modern yang juga punya masalah birokrasi, tetangga cerewet, dan tuntutan untuk menjaga agar permata mereka tidak dicuri.
Sutan, yang di dunia asalnya hanya jago scroll media sosial, kini harus beradaptasi. Ia harus belajar etika Bunian (ternyata dilarang keras mengomentari jubah mereka yang berkilauan) sambil berusaha mencari jalan pulang. Belum lagi ia terlibat misi mustahil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epilog Akhir: Jembatan Waktu dan Janji yang Kekal
Epilog Akhir: Jembatan Waktu dan Janji yang Kekal
Bagian I: Harga Niat dan Perpisahan yang Sunyi
Keseimbangan kembali pulih.
Direktur OPD berhasil ditangkap dan divonis ke dalam pengasingan dimensional yang tak terjangkau. Warung Kopi Pak Leman kembali hidup, dan Sutan, sang Duta Keseimbangan, kembali menjadi dirinya yang utuh, kini dengan dua Permata: Permata Pak Leman (Niat Murni) dan Batu Rang Bunian (Jantung Kedaulatan, yang telah kembali kepada Ratu Puspa Sari).
Namun, kemenangan ini datang dengan harga yang menyedihkan.
Sutan kini menyadari konsekuensi dari posisinya sebagai Duta. Ia telah sering melintasi dimensi, dan hukum waktu telah mulai berlaku. Waktu di dunia Bunian dan di dimensi lain bergerak sangat berbeda dengan waktu di dunia manusia.
Di suatu sore yang sunyi di kantor kristal, Sutan sedang merapikan laptop Buniannya. Raja Pualam dan Pangeran Senja berdiri di sampingnya, wajah mereka muram.
"Aku... aku tidak menyadarinya, Pualam," bisik Sutan, suaranya parau. "Setiap misi, setiap portal... aku membayar dengan waktu di dunia ini."
Pualam menghela napas panjang. "Waktu di alam kita lebih lambat, Sutan. Kita, para Bunian, hidup ratusan tahun. Kau... Kau telah menjadi pahlawan dimensi kami dalam waktu yang singkat, tapi kau membayar masa mudamu untuk itu."
Sutan tahu itu benar. Ia telah menghabiskan beberapa tahun di dimensi lain, namun di dunia manusia, lebih dari dua puluh tahun telah berlalu.
Sutan kembali ke kampungnya, dan menemukan kenyataan yang pahit. Neneknya—satu-satunya keluarga yang ia miliki dan alasan ia bekerja keras—telah meninggal sepuluh tahun yang lalu. Warisan dari utang kopinya, yang dulu terasa ringan, kini terasa berat seperti timbunan janji yang tak sempat ia tepati.
Ia mengunjungi warung kopi Pak Leman. Pak Leman, yang kini sudah menjadi kakek tua dengan rambut sepenuhnya putih, duduk di kursi favoritnya. Pak Leman menatap Sutan, matanya berkerut karena usia.
"Kau kembali, Nak?" tanya Pak Leman, suaranya bergetar. "Kau terlihat... tidak menua sedikit pun. Kau masih seperti Sutan yang berutang kopi padaku dua puluh tahun lalu."
Sutan hanya bisa tersenyum pahit. Ia telah menyelamatkan niat Pak Leman, tetapi ia tidak bisa menyelamatkan waktu mereka. Ia adalah jembatan dimensi, dan jembatan harus berdiri sendiri, di antara dua tepi yang berbeda.
"Aku... aku harus pergi lagi, Pak Leman," kata Sutan, air matanya tertahan. "Tapi aku sudah melunasi semua utangmu. Dan aku janji, kau tidak akan pernah perlu khawatir lagi."
"Sudah, Nak. Sudah. Kau sudah lunas sejak lama," kata Pak Leman, menepuk tangan Sutan yang terasa dingin.
Sutan harus membuat keputusan. Ia tidak bisa lagi hidup di dunia manusia, karena waktu akan terus berlari meninggalkannya. Ia harus sepenuhnya menerima takdirnya sebagai Duta Keseimbangan.
Sutan kembali ke kantor kristalnya. Ia menatap Pualam dan Pangeran Senja.
"Aku harus pergi. Aku harus memutuskan ikatan. Aku tidak bisa melihat dunia ini menua tanpaku lagi," kata Sutan.
Kesedihan mendalam itu membuat suaranya hampir tidak terdengar.
Pualam, yang selalu kaku, kini melembut. Ia menepuk bahu Sutan. "Kau adalah pahlawan bagi kami, Sutan. Kau telah memilih tanggung jawab yang abadi. Bunian akan selalu mengingatmu."
Pangeran Senja mendekat. Ia membungkuk hormat, menghapus semua arogansi lamanya. "Pergilah, Duta Sutan.
Kau akan menjadi legenda. Dan janji kami: Kerajaan Bunian akan melindungi tempat ini. Kami akan menjaga agar Keseimbangan dan kenangan Nenekmu tetap hidup di alam ini."
Bagian II: Janji Kekal dan Keseimbangan yang Abadi
Sutan mengangguk. Ia memeluk Pualam dan Pangeran Senja—dua makhluk dari dunia lain, kini menjadi keluarga sejatinya. Itu adalah perpisahan yang sunyi, yang hanya disaksikan oleh keheningan dimensi.
Sutan melangkah ke tepi portal. Sebelum melangkah, ia melakukan satu hal terakhir.
Ia menggunakan Permata Pak Leman (Niat Murni) dan Batu Putihnya. Ia memfokuskan semua niat murni, semua kenangan hangat, semua tawa dan janji yang ia miliki di kampung itu.
Ia tidak mencoba sihir. Ia melakukan tindakan Keseimbangan yang paling murni: Memberi Kenangan Abadi.
Sutan mengalirkan energi Niat Murni itu ke akar Beringin Larangan.
"Aku tidak bisa menghentikan waktu, tapi aku bisa menjaga kenanganmu abadi," bisik Sutan.
Di kampung itu, di bawah Beringin Larangan, Niat Murni Sutan menyebar.
Mulai saat itu, setiap anak muda yang melewati Warung Kopi Pak Leman, setiap kali mereka mencium bau kopi yang kuat, akan merasakan dorongan samar: rasa tanggung jawab. Mereka akan memilih untuk tidak berutang. Mereka akan memilih untuk bekerja keras. Mereka akan memilih untuk membayar janji-janji kecil mereka.
Warung Kopi Pak Leman kini dikenal bukan hanya karena kopinya enak, tetapi karena selalu memberikan perasaan aneh bagi pelanggan: rasa tanggung jawab yang tak terduga.
Sutan melangkah ke dalam portal. Ia kini menjadi pengembara dimensi, Duta Keseimbangan yang abadi. Ia akan terus melawan ancaman OPD di dimensi yang tak terhitung, sendirian, ditemani oleh dua batu kecil di sakunya.
Ia akan selalu menjadi Duta yang mengerti Chaos, yang mampu meretas server dimensi, dan yang paling penting, yang selalu mengingat Neneknya dan utang kopi pertamanya.
Ia telah menemukan Keseimbangan. Bukan di antara kekuatan dan kelemahan, tetapi di antara Perpisahan dan Janji.
Tamat
(Kisah Sutan Raja Nata Sastra akan hidup selamanya, di antara dua dunia, sebagai Duta Keseimbangan yang Abadi.)