NovelToon NovelToon
Gadis Polos Itu Milik Tuan Muda Xavier

Gadis Polos Itu Milik Tuan Muda Xavier

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Xavier remaja dingin yang hidup dalam keluarga penuh rahasia, dipertemukan dengan Calista—gadis polos yang diam-diam melawan penyakit mematikan. Pertemuan yang tidak di sengaja mengubah hidup mereka. Bagi Calista, Xavier adalah alasan ia tersenyum. Bagi Xavier, Calista adalah satu-satunya cahaya yang mengajarkan arti hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harapan di ujung waktu

Calista berkedip perlahan, rasa sakit masih menggerayangi tubuhnya. Cahaya lembut dari lampu rumah sakit menusuk matanya yang setengah terpejam. Tubuhnya terasa lemah, tapi setidaknya ia sadar—ia masih hidup.

"Calista... kamu bangun!" suara Vero terdengar parau, penuh campuran lega dan tangis. Ibu itu segera meraih tangan putrinya, menggenggam erat-erat.

Nathan ikut menunduk di sisi ranjang, wajahnya merah dan mata sembab.

"Sayang... papa di sini. Jangan takut, papa jaga kamu."

Calista mengedip beberapa kali, mencoba menyesuaikan pandangannya dengan lingkungan sekitar. Suara monitor medis berdetak pelan, selang oksigen menempel di hidungnya, membuat setiap napas terasa berat.

"Ma... pa... aku..." suaranya serak, nyaris tak terdengar.

Vero menunduk, menempelkan pipinya ke tangan putrinya. "Shh... tenang, Nak. Mama di sini."

Nathan menepuk bahu Calista dengan lembut. "Kamu harus kuat, Sayang. Kita semua ada di sini untuk kamu."

Calista menelan, matanya mulai berkaca-kaca, namun senyumnya tipis muncul—sebuah tanda kecil bahwa harapan masih ada di tengah rasa sakitnya.

"Mah..." suara Calista lirih, bibirnya masih lemah.

"Iya sayang... Mama di sini," ucap Vero lembut, menggenggam tangan putrinya dengan penuh kasih.

"H-haus..." Calista tersengal.

Nathan segera mengambilkan air mineral, membantu putrinya bersandar dengan hati-hati. Ia menempelkan sedotan ke bibir Calista, menuangkan air perlahan agar tidak membuatnya tersedak.

"Mama dan Papa senang... kamu akhirnya sadar, Nak," ucap Nathan dengan suara bergetar, mata sembab menatap putrinya.

Calista menatap mereka berdua secara bergantian, senyum tipis muncul di wajahnya. "Bagaimana dengan penyakit aku, Mah... Pa?Apakah ada kemungkinan aku bisa sembuh?"

Nathan menelan ludah, lalu menjawab cepat. "Pasti ada, Sayang. Semua penyakit... ada jalan untuk disembuhkan. Kita tidak akan menyerah."

Vero mengangguk, menambahkan dengan suara lembut tapi penuh keyakinan, "Iya, sayang... Mama dan Papa yakin kamu bisa sembuh. Kita akan selalu ada untukmu, melewati semuanya bersama."

Calista menutup mata sebentar, menghela napas panjang, merasakan kehangatan dan keberanian yang mengalir dari orang tuanya. Walaupun tubuhnya masih rapuh, hatinya sedikit demi sedikit mulai percaya.

Nathan menyentuh pundak Calista, "Sekarang yang paling penting, kamu harus kuat. Kita akan cari cara terbaik untuk membuatmu pulih, langkah demi langkah. Tidak ada yang mustahil, Nak."

Calista membuka mata, menatap kedua orang tuanya. "Aku... akan berusaha," bisiknya lirih.

Vero tersenyum sambil menahan air mata. "Itu anak Mama yang kuat. Kita semua akan lewati ini bersama-sama."

Suasana di ruang rumah sakit tetap hening, hanya terdengar detak monitor dan Calista yang mulai stabil. Di dalam hati mereka, ada harapan baru yang perlahan tumbuh—meski jalan masih panjang, keluarga ini tahu mereka tidak akan menyerah, dan Calista tidak akan menghadapi semua ini sendiri.

Klik! Pintu terbuka, membuat semua mata menoleh. Terlihat Dokter Rangga masuk bersama seorang perawat, senyum khasnya menenangkan suasana.

"Calista... Kakak senang akhirnya kamu sadar," ucap Dokter Rangga lembut sambil mendekat, mulai memeriksa kondisi Calista dengan teliti.

"Bagaimana Dokter?" tanya Nathan nadanya penuh harap dan sedikit cemas.

Dokter Rangga menatap Nathan, tersenyum tipis. "Kondisi saat ini sudah kembali stabil, Pak. Tidak ada tanda kritis lagi."

Ia kemudian menoleh pada Calista, menatap matanya dengan serius namun hangat. "Calista, kalau merasa ada yang sakit atau tidak nyaman, jangan ditahan sendiri, ya. Katakan pada Mama, Papa atau Kakak. Kita tidak ingin kamu menanggung sendirian."

Calista tersenyum malu di balik bibir pucatnya. "Hehe... iya, Kak."

"Sus, catatan medisnya sudah lengkap?" tanya Dokter Rangga pada perawat di sampingnya.

"Sudah, Dok," jawab perawat, mengangguk penuh pengertian.

"Calista, Kakak akan kembali nanti, ya. Nanti kakak periksa kamu lagi," ucap Dokter Rangga sambil menepuk lembut tangan Calista.

"Siap, Dok," jawab Calista sopan, menatap Dokter dengan mata yang kini lebih cerah.

Dokter Rangga tersenyum, lega melihat kemajuan putri kecil itu. Namun di balik senyumnya, ada kekhawatiran yang tetap melekat—penyakit itu bisa saja kembali menyerang jika tidak hati-hati. Ia menoleh pada Nathan.

"Pak Nathan, boleh ikut saya sebentar ke ruang kerja saya?"

Nathan mengangguk, menelan rasa cemasnya, lalu mengikuti Dokter Rangga keluar, ditemani perawat. Sementara itu, Calista dan Vero tersisa di ruang perawatan.

"Mama..." suara Calista terdengar lemah, tapi jelas.

"Iya sayang..." balas Vero sambil tersenyum hangat, merangkul putrinya.

"Calista... lapar," gumam Calista seperti anak kecil, matanya berbinar.

Vero terkekeh lembut. "Pantas kamu lapar... sudah dua hari kamu tidak bangun dari tidur." Calista terdiam sejenak, matanya membulat menatap Vero. "Dua hari..." gumamnya pelan, seolah mencoba mencerna waktu yang terlewat ia menyadari selama dua hari itu, ia tidak hanya absen dari sekolah, tapi juga belum bertemu Xavier. Rasa rindu dan kekhawatiran kecil menghimpit dadanya, membuatnya ingin segera bangkit, meski tubuhnya masih lemah. Ia menatap jendela kamar, bayangan sinar pagi masuk melalui tirai tipis, seakan mengingatkannya bahwa dunia di luar sana tetap berjalan.

Vero menepuk lembut bahu putrinya. "Iya sayang. Tapi sekarang yang penting kamu fokus makan dan istirahat dulu. Nanti kita urus semuanya perlahan."

Calista menatap tangan Vero, rasa lapar dan lelah bercampur dengan kerinduan yang belum tersampaikan. Di balik mata pucatnya, ada tekad kecil yang mulai tumbuh—ia harus kuat, demi dirinya, demi orang tuanya, dan demi Xavier yang pasti khawatir.

••

Nathan duduk di kursi ruang dokter Rangga, wajahnya masih tampak tegang meski hatinya bertekad. Dokter Rangga menatap layar komputer yang menampilkan daftar calon donor sum-sum tulang, raut wajahnya serius.

"Pak, Nathan," ucapnya pelan, "saya sudah menghubungi semua bank sum-sum tulang yang bekerja sama dengan rumah sakit kami. Namun, hingga kini belum ada yang cocok dengan Calista."

Nathan mengepalkan tangannya, suara napasnya berat. "Kalau begitu... kita harus mencari lebih luas, Dok. Saya tidak peduli seberapa jauh atau seberapa sulit. Yang penting Calista harus selamat."

Dokter Rangga mengangguk. "Itu yang akan kita lakukan. Saya akan memperluas pencarian ke seluruh jaringan donor nasional, bahkan internasional. Kita juga akan memeriksa kemungkinan kecocokan dari keluarga terdekatnya, siapa tahu ada yang cocok secara genetik.

Nathan menatap layar komputer, matanya tak lepas dari data calon donor. "Dok, kalau ada satu kemungkinan pun, kita ambil. Jangan tunggu lebih lama lagi."

Dokter Rangga menepuk bahu Nathan dengan lembut. "Kita akan lakukan sekuat tenaga. Saya akan mengkoordinasi tim medis, menghubungi semua rumah sakit yang memiliki stok sum-sum tulang, dan menyiapkan prosedur segera jika ada yang cocok. Tapi Pak Nathan, anda juga harus tetap kuat di sisi Calista. Dukungan orang tua sama pentingnya dengan pengobatan."

Nathan menunduk sejenak, menahan emosi. "Saya mengerti, Dok. Saya tidak akan menyerah. Calista harus sembuh."

Di layar komputer, daftar calon donor terus dianalisis. Setiap kemungkinan dicek ulang, setiap nama diperiksa teliti. Waktu terus berjalan, tapi semangat Nathan dan ketegasan Dokter Rangga membuat ruangan itu terasa lebih penuh harapan, meski bayangan satu bulan terakhir semakin menekan pikiran mereka.

1
kaylla salsabella
wah kirain yang lulus Xavier dan calista
kaylla salsabella
lanjut
kaylla salsabella
semoga jangan kambuh calista
kaylla salsabella
semangat calista😍😍😍
kaylla salsabella
pasti bella lagi rencana in sesuatu
kaylla salsabella
wah daddy leo ternyata kalah telak😁😁
kaylla salsabella
ayo vier...... semangat🤣🤣
kaylla salsabella
bagus opa... si calista juga di lindungi
kaylla salsabella
satu kata untuk Leon bodoh🤣🤣🤣
kaylla salsabella
lanjut thor.... jangan sampai bela nyentuh calista thor
kaylla salsabella
pasti si Ibu tiri Xavier
Lisa
Sombong banget cewe itu..mungkin fansnya Xavier tuh 🤭😊
Nona Jmn
Salting kak?😁
kaylla salsabella
cie... cie Xavier saling ya🤣🤣🤣
kaylla salsabella
semoga Bianca tulus meminta maaf sama calista
kaylla salsabella
wah..... kenapa cuman 1 part thor😭😭
Nona Jmn: Aamin😭
total 3 replies
Lisa
Wah Bianca sampe minta maaf seperti itu 🤭
kaylla salsabella
semoga sembuh
Nona Jmn
Mohon doanya gays, semoga dapat lolos penilaian🫶
kaylla salsabella
semoga calista sembuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!