Klan yang kalian kira sudah punah akan kembali
Klan yang kalian takuti dan kalian benci akan menjadi jawaban dari kesembuhan alam di bumi
Gadis itu, telah kembali dengan anugrah kekuatan dari seorang legenda yang pernah dikagumi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MyNamesEel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Aku memegang kembali kalung itu perlahan, menelusuri setiap ukiran halus yang menghiasi rantai perak itu. Mataku terpaku pada liontinnya, memantulkan cahaya lembut seakan menyimpan banyak rahasia. Dengan jariku, penuh hati-hati aku menyentuh liontin yang entah kenapa seperti akan membawaku ke kenangan lampau. Setiap lengkuk dan garisnya bagaikan menyimpan cerita dan aku ingin tahu asal usulnya. Perlahan liontin itu memancarkan cahaya yang membangkitkan rasa penasaranku semakin dalam. Aku mengamatinya lagi kali ini dengan seksama, mencari petunjuk tersembunyi yang mungkin ada dalam ingatanku.
"Ada apa, Mate? Apa ada sesuatu di kalung itu?" tanyanya
"Tidak. Hanya saja aku merasa tidak asing dengan liontin ini," kataku lalu menyimpannya di balik bajuku, "Aku akan membersihkan diriku dulu," kataku sambil berlalu ke kamar mandi
Aku membuka kancing gaunku perlahan dan membiarkan mataku yang sembab karena tangisan tadi jatuh pada bayanganku di cermin. Aku berjalan menuju bak dan mengisinya dengan air hangat dan sabun. Sementara menunggu air itu penuh, kuurai rambutku dan membiarkannya jatuh bebas menutupi punggung.
Tak lama kemudian, kurendamkan tubuhku kedalam air hangat. kututup mataku membiarkan aroma sabun membawaku ke relaksasi dalam. Terkadang tanganku bergerak menyiramkan air ke bahu, membasuh lelah akan pikiran seiring dengan irama nafasku yang mulai tenang.
"Jangan terlalu lama berendam, Sayang. Suhu diluar masih terlalu dingin," kata Alpha King dibalik pintu yang terlihat kabur karena uap kamar mandi.
"Aku tahu, biarkan aku sendiri dulu," kataku sambil membenamkan diri dalam kehangatan air dan membiarkan pikiranku melayang bebas
"Aku tak bisa melakukan itu," kata Alpha. Aku mendengar dia memutar ganggang pintu yang lupa kukunci, membiarkan celah kecil muncul sebelum akhirnya mendorongnya dengan lebar, "Kau lupa handukmu." katanya sambil meletakan handuk berwarna putih itu di meja rias yang tersedia di kamar mandi
"Aku tak mengijinkanmu masuk," kataku sambil berusaha menutup tubuhku yang telanjang dengan buih-buih sabun yang ada di bak tempat aku berendam
"Aku tak butuh ijinmu," katanya sambil membuka keseluruhan bajunya tanpa segan
"Apa kau tak malu telanjang di depanku?" tanyaku tak habis pikir dengan ke-spontan-an perilakunya
"Kenapa aku harus malu? Aku melakukannya di depan mate ku sendiri. Tidak ada sesuatu yang harus kurahasiakan darimu, termasuk tubuhku," katanya sambil melangkah hingga ia tepat berada di samping bak mandiku.
"Kau..mau..apa?" tanyaku gugup sambil memalingkan mukaku dari godaan bentuk tubuhnya yang sempurna itu
"Membersihkan diri sama sepertimu," katanya dengan senyum rileks. Dan tanpa persetujuanku, ia bergabung denganku dalam bak mandi yang sama. Tidak disamping atau didepanku, ia lebih memilih duduk di belakangku dan menuntutku untuk bersender padanya.
Aku merasakan sentuhan kulit punggungku dan dadanya memberikan sensasi aliran listrik yang begitu dalam namun tidak mematikan. Tidak banyak kata yang kami lontarkan. Aku terlalu gugup dengan situasi ini. Ototku terlalu tegang karena merasakan beberapa bagian tubuhnya yang begitu hangat dan nyaman,
Sementara dia menikmati kesunyian ini dengan nyaman, seakan dia telah menemukan oasis kecil untuk membuatnya lupa akan dunia luar sejenak. Seakan dia menimati momen kebersamaan yang sunyi dan tampak mesra ini.
"Kenapa kau gugup Mate? Kita sudah pernah tidur bersama, dan kau nyaman hingga tertidur dengan nyenyak. Kau tidak bisa menikmati saat kita mandi berdua?" tanyanya lembut
Lengan kuatnya menarikku untuk lebih bersandar pada dadanya, setelah itu ia merapatkan tangannya yang kekar itu pada perut rataku, menyentuh bibirnya pada tengkukku sehingga membuatku merasakan nafasnya yang sangat hangat dan lembut. Pelukan ini membuatku bisa merasakan detak jantunya yang berirama tenang, tidak sepertiku yang seolah terkena serangan jantung. Aku menerima tanpa protes perlakuannya padaku saat ini karena jujur, pelukan ini membangkitkan rasa aman pada diriku. AKu seperti berada di tempat yang paling terlindungi. Dalam keheningangan sesaat ini, mungkin aku tengah memberikan kesempatan pada hatiku untuk memberinya cinta tanpa kata-kata. Aku tidak tahu dimulai dari kapan, tapi hatiku mulai tertarik dengannya. Tubuhku tidak mau menolaknya. Otakku serasa diambil alih olehnya.
"Mate... bolehkah?" tanyanya kali ini sambil mengeratkan pelukannya padaku
"hm?" tanyaku lagi sambil memiringkan kepalaku ke kiri menunggu kelanjutan pertanyaannya
"Bolehkah aku menandaimu?"
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Bolehkah aku menandaimu?" tanyanya lagi karena tak mendapat respon jawaban dariku
Ya, aku tidak bisa mengiyakan permintaannya. Aku juga tidak mau menolaknya. Kenyataan bahwa aku mulai merasakan cinta pada mahkluk yang tampan ini ini. Namun ada satu hal yang benar-benar mengganjal pikiranku. Aku benci kenyataan bahwa aku masih belum percaya dengan orang yang tulus mencintaiku. Apakah ini saatnya aku jujur dengan perasaanku sendiri?
"Alpha, bolehkah aku jujur padamu tentang perasaanku?"
"Tentu saja, itu yang kumau," katanya sambil membenamkan kembali wajahnya ke tengkukku
"Aku tidak tahu apakah rasa yang kau miliki untukku sama dengan apa yang kurasa saat ini. Aku tidak mau dengan enteng mengatakan bahwa aku mulai mencintaimu. Yang bisa kukatakan adalah benar bahwa aku mulai menaruh minatku padamu,"
"Lalu?" tanyanya kali ini terlihat antusias dengan apa yang kukatakan
"Aku dapat merasakan bahwa ketulusan cinta yang kau berikan padaku lebih besar daripada yang aku rasakan. Tapi itu bukan berarti aku tak berusaha untuk mengimbanginya,"
"Kau berusaha?" godanya, "Aku tak merasakan usahamu itu," katanya sambil menaruh dagunya pada bahuku
"Jika aku tak berusaha, maka aku sudah membunuhmu saat kau masuk ke kamar mandi ini. Tidak, aku akan melakukannya bahkan saat kau meminta Alpha Douglas untuk satu kamar denganku," kataku
"Aku tak perlu ijin dari Alpha Douglas untuk bersama denganmu," katanya
"Bukan itu intinya, Maksudku adalah..,"
"Aku mengerti,"katanya memotong perkataanku, "Aku hanya menggodamu. Tapi Mate, apa kau tidak merasa kasihan padaku? Aku harus menahan untuk tidak memelukmu, menciummu, menandaimu bahkan melakukan penyatuan denganmu setiap aku melihatmu"
"Bukannya aku tidak mau. Hanya saja aku tidak mau menyesal di kemudian hari. Jangan salah paham dengan perkataanku. Aku tidak mau melakukannya hanya karena terburu-buru nafsu belaka. Aku ingin saat aku melakukannya, itu benar-benar karena hatiku telah memutuskan untuk itu. Saat aku benar-benar telah menerimamu sebagai pasangan yang akan menemaniku sampai akhir hidupku nanti. Aku bukanlah werewolf sepertimu yang bisa langsung mengenali dan mencintai pasanganya dengan setia. Aku butuh waktu," terangku
"Dan sampai kapan aku harus menunggu menahan rasa ini?" tanyanya
"Well, kau tidak harus sepenuhnya menahannya. Lihat saja, kau bahkan tidak bisa menahan melihatku mandi dan langsung ikut bergabung denganku disini,"
"Jadi maksudmu aku boleh untuk melakukan ini lagi?" tanyanya kali ini sambil mengelus mesra punggungku
"Tidak!" kataku sambil menepis tangannya lalu membalikkan dan memundurkan tubuhku hingga kini aku berhadapan dengannya, "Aku akan mengijinkan jika kau mau memeluk atau menciumku. Bahkan tidak masalah jika tidur satu ranjang. Tapi hanya sebatas itu," kataku sambil mengacungkan jari telunjukku seakan tengah mengajarinya, "Akan kuanggap itu sebagai latihan kontak fisik denganmu. Aku tidak mau terlihat bodoh dan gugup setiap kali kau melakukan itu sedangkan kau tersenyum bahkan menyeringai seakan mengejekku,"
"Kau tahu Mate, sudah kubilang aku tak perlu ijin darimu untuk melakukan semua itu. Tapi aku berterima kasih jika kau sudah memberiku kesempatan untuk bebas melakukannya," katanya sambil memajukan badannya, mendorongku hingga terhimpit disisi seberangnya, dan menciumku. Kali ini ciuman yang lebih lama dan bergairah, yang membuatku tak sungkan untuk membalas ciuman manisnya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagi yang suka novel panjang, Last Clan: The Living Legend ini bisa menjadi pilihan kalian
mohon tinggalkan kritik dan saran di kolom komentar untuk perbaikan kedepan ya
terima kasih
dan ga kecewa sih
ceritanya bagus