NovelToon NovelToon
DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

Status: tamat
Genre:Keluarga / Romansa / Pihak Ketiga / Suami amnesia / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Balas Dendam / Tamat
Popularitas:490.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Abang janji akan kembali ‘kan? Berkumpul lagi bersama kami?” tanya Meutia Siddiq, menatap sendu netra suaminya.

“Iya. Abang janji!” ucapnya yakin, tapi kenyataannya ....

Setelah kabar kematian sang suami, Meutia Siddiq menjadi depresi, hidup dalam kenangan, selalu terbayang sosok yang dia cintai. Terlebih, raga suaminya tidak ditemukan dan dinyatakan hilang, berakhir dianggap sudah meninggal dunia.

Seluruh keluarga, dan para sahabat juga ikut merasakan kehilangan mendalam.

Intan serta Sabiya, putri dari Meutia dan Ikram – kedua gadis kecil itu dipaksa dewasa sebelum waktunya. Bahkan berpura-pura tetap menjalani hari dimana sang ayah masih disisi mereka, agar ibunya tidak terus menerus terpuruk, serta nekat mau bunuh diri, berakhir calon adik mereka pun terancam meninggal dalam kandungan.

Dapatkah Meutia beserta buah hatinya melewati badai kehidupan?
Bagaimana mereka menjalani hari-hari berat itu ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 30

Nyak Zainab tersenyum teduh. Tidak membalas tatapan merendahkan itu dengan sorot menghina. “Tolong sebutkan saja. Apa mau dibayar dengan uang tunai? Ladang? Perkebunan karet? Kebun sawit? Atau kontrakan ruko di kota kecil? Sawah ditanami padi? Silahkan pilih!”

Ambu merasa diremehkan sekaligus harga dirinya direndahkan. Wajahnya mengetat dan sorot mata tajam. “Jangan sombong Anda, nanti bila saya mematikan hati nurani lalu benar-benar menuntut, takutnya kalian tak sanggup berakhir malu.”

Abah menengahi, istrinya kalau sudah emosi suka tak menjaga lisan. “Maaf, maksud kami sebenarnya tak seperti itu. Bila memang kalian keluarganya Yunus_”

“Namanya Ikram Rasyid, bukan Yunus! Mulai sekarang biasakan memanggil Ikram!” Byakta menyela, hatinya sudah panas membara. Seandainya saja Ambu bukan wanita sudah dia beri salam tinju.

Pria paruh baya itu mengangguk. Sebenarnya dia malu atas sikap istrinya, tapi ada bagian dalam dirinya yang mendukung. Abah terlanjur menginginkan Ikram menjadi seorang menantu tepat untuk menjadi suami Arinta.

“Saya pun ikut senang nak Ikram bertemu kembali dengan keluarganya … tapi, disini dan sebelumnya ada sosok kecil yang sudah menganggapnya layaknya seorang ayah. Saya harap, kalian tidak egois dengan menjauhkan Ikram dari Denis,” tuturnya sedikit menyindir.

Nyak Zainab memberikan kode lewat tatapan mata, meminta lainnya diam. Biar dia saja yang menghadapi pria paruh baya terlihat seperti orang berpunya.

“Bisakah perihal itu dibicarakan nanti? Sebenarnya kalau dibilang siapa yang paling egois di sini, tentu bukan kami,” sindirnya halus.

“Namun, berhubung saya selaku ibu dari Ikram Rasyid … daripada menghakimi, dengan kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih. Berkat Anda dan lainnya, putra berharga keluarga kami selamat dari maut yang memang belum saatnya dia kembali ke pangkuan sang Ilahi,” dia menekankan setiap kata. Ingin memberitahukan kalau belum ajalnya, maka kematian itu tidak akan terjadi.

Abah merasa tertampar sampai tidak mampu berkata-kata. Dia paham makna kata-kata kiasan itu.

Nyak Zainab menatap sedikit lama wajah angkuh Ambu yang memandang tak suka kepadanya. Kemudian beralih melihat wanita dewasa terlihat gelisah, kini dirinya mulai paham atas sikap keras kepala keluarga penolong Ikram.

“Tolong jangan halangi kami membawa Ikram pergi berobat! Meskipun saya memiliki hak mutlak, tetap saja diri ini masih menghargai sosok penolongnya.”

“Dzi, Gam, Juragan … ayo berangkat! Semakin cepat kita tiba di rumah sakit, maka lebih cepat mengetahui tentang kesehatan Ikram Rasyid.” Nyak Zainab menyentuh lengan menantunya.

“Kami ikut!” daripada meminta izin, dia lebih menyatakan keikutsertaannya.

“Silahkan!” kata Nyak Zainab, tersenyum tipis melihat Ambu.

Satu persatu anggota keluarga Meutia keluar, tidak ada siapa-siapa di sana.

Bukan naik ambulance, tapi mobil milik resort hotel.

Seorang pemuda yakni Danang, duduk dibalik kemudi, dia menatap sekilas pria yang sudah dinyatakan meninggal dunia. Benaknya dipenuhi oleh tanda tanya, tapi tahu tempat dan kondisi. Sehingga dirinya memilih diam. Tadi, Meutia Siddiq memintanya menjadi sopir dadakan.

Keluarga Ambu naik mobil Abah, Denis tertidur dalam pelukan ibunya.

Ikram sudah masuk ke dalam mobil, duduk disebelah Nyak Zainab.

Juragan Byakta duduk di sebelah kemudi. Dzikri Ramadhan, dan Agam Siddiq duduk dibagian belakang.

Dua buah mobil keluar dari area resort. Saat melewati pertigaan, ada mobil lain mengikuti dalam jarak aman.

Meutia Siddiq, Dhien, dan Nirma … mereka memutuskan ikut. Namun, secara sembunyi-sembunyi.

Kiron, salah satu orang kepercayaan juragan Byakta, mengemudikan mobil dengan laju terbilang kecepatan sedang.

“Apa orang kita sudah diturunkan, Bang?” tanya Meutia, fokusnya tetap ke mobil yang mana ada suaminya.

“Sudah, Kak. Mereka mulai menelusuri dari plat nomor mobil yang dibawa bang Ikram, dan masih tertinggal diarea parkiran resort” jawabnya sopan, tetap fokus melihat jalanan di depan.

Kiron, maupun orang yang bekerja dibawah naungan keluarga Siddiq, Nugraha, Ramadhan, Rasyid – mereka tidak diperbolehkan memanggil Nyonya, Tuan. Cukup Kakak, Abang, sebagai bentuk menghormati.

Keluarga terpandang itu memang melarang, agar tidak ada jurang pemisah dikarenakan perbedaan kasta. Bagi mereka, semua orang sama rata status sosialnya.

“Apa bang Giren ikut tim yang terjun langsung, Bang Kiron?” Nirma ikut bertanya.

“Dia ketuanya, Bu. Anaknya pun diterjunkan langsung, untuk jaga-jaga kalau diperlukan,” Kiron menjawab pertanyaan istri juragannya.

Sedangkan di mobil paling depan, kebisuan masih menemani. Tidak ada satupun yang bersuara, mereka sibuk dengan pikirannya sendiri.

Ada banyak tanya dalam benak Ikram Rasyid. Tentang statusnya, apa benar Nyak Zainab ibu kandungnya, tapi dia memilih diam. Tahu diri kalau suasana sedang tidak bersahabat. Terlebih, keluarga yang mengaku saudaranya menomorsatukan pemeriksaan segera.

Hati Ikram berdesir hangat, setelah belasan bulan merasa sendirian. Tidak diperhatikan secara emosional, kini ada banyak orang memperjuangkan hak nya untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.

***

Lima puluh menit kemudian, setelah melewati lebih dari dua klinik kesehatan, mobil yang membawa keluarga Siddiq dan Abah, tiba di rumah sakit besar ibu kota provinsi.

Ikram turun dari mobil, memandang pada bangunan sebagian tingkat tiga dan terlihat luas dari halaman parkir kendaraan.

‘Aku seperti tak asing dengan rumah sakit ini?’ di membatin, matanya nyaris tidak berkedip mengamati orang lalu-lalang. Tenaga medis mendorong brankar kala ada ambulance datang.

“Kenapa, Nak?” Nyak Zainab mendekati menantunya yang terlihat linglung.

Ikram menggelengkan kepalanya. “Saya seperti pernah kesini, Nyak.” Katanya sambil melangkah mendekati wanita anggun, bibirnya pun masih kaku kala menyebut Nyak, yang berarti Ibu.

Nyak Zainab tersenyum maklum, jemarinya memeluk lengan Ikram. ‘Tentu kau pernah kemari, hampir setiap hari malah. Dulu, rumah sakit ini sudah seperti rumah kedua bagimu, kau berdinas disini selama tiga tahun lamanya.’

“Papa!” Denis memanggil Ikram, dia baru bangun tidur.

“Gendong lah. Dia tak tahu apa-apa, baginya kau orang yang menyayanginya,” ucap Nyak Zainab penuh rasa pengertian.

Ikram pun mendekati Arinta yang menggendong Denis, lalu menggantikan tugas itu.

“Abang yakin ke sini?”

“Kenapa kau bertanya seperti itu?”

Arinta menyamai langkah Ikram, tapi berjarak. “Secara fisik kan Abang sehat, tak sakit ... cuma hilang ingatan. Lantas, untuk apa kita kesini? Padahal minum jamu racikan Ambu sudahlah cukup.”

“Sehat jasmani belum tentu sehat pula rohaninya. Saya ingin sembuh bukan cuma fisik, tapi merebut kembali semua ingatan masa lalu.” Ikram bergeser, agar tidak terlalu dekat dengan Arinta.

Mereka berjalan saling berdekatan, ada pula bersisian. Masuk ke dalam bangunan rumah sakit, lalu menuju bagian pendaftaran.

“Maaf, Bapak, Ibu … atas nama siapa yang ingin periksa?” tanya seorang pria bagian administrasi.

Ikram maju, dia tidak lagi menggendong Denis. Berkata dengan nada lugas. “Saya, Pak.”

Petugas administrasi pun mendongak, setelah tadi menyiapkan formulir yang perlu diisi pasien maupun keluarganya. “Dokter Ikram Rasyid?”

“Dokter? Dia Dokter ...?”

.

.

Bersambung.

1
Ani
cerita yang ini banyak mengandung bawang kak😭😭😭
YuWie
Luar biasa
Angga Gati
keren...keren...kak💖💖💖
sukensri hardiati
🙏👍💪/Rose//Heart//Ok/
YuWie
banyakmen bawang merahnya 😍
RieNda EvZie
/Good//Good//Good//Good//Good/
Y.S Meliana
kak cublik, yakin? ini udh tamat beneran 🤭🤨 y allah, singkat bener ceritanya, bagi kami si pembaca 🤣.
suskes trs y kak, dtunggu novel kak cublik yg lain'y 😎🥰
Cublik: Aamiin 🤲

Yakin, Kak 😁

Terima kasih Kakak, sudah berkenan membaca kisah sederhana ini ❤️🥰🥰
total 1 replies
Didi Setiadi
Alhamdulillah, maturnuwun mbak.
setiap katanya penuh semangat khas "Medan kali" , harapannya kedepan lebih banyak bahasa sehari-hari warga Medan atau Langkat khususnya digunakan mbak jadi kesannya memang benar kisah nyata.
Pemirsa pembaca yang Budiman masih menunggu kelanjutan kisah dari desa jamur luobok yang lain. Mungkin kisah si three Musketeers from desa jamur luobok " ayek dkk" .
🙏🙏🙏
Cublik: Kembali kasih, Kang 😊😊😊
total 1 replies
Y.S Meliana
busyeeeeet 🤣🤣🤣 emang lah Tia ini anggun sangat 🤣
Y.S Meliana
ahahahah 🤣🤣🤣 meutiaaaaa
Y.S Meliana
jeng jeng,,, si penggatal masuk 🤨🤨
Y.S Meliana
aaah,,, nyak keren 😎. makin sayang sm nyak 🥰
Y.S Meliana
hayooo loooo 😏
Fa Yun
thank you tor 🙏🙏🙏♥️
Cublik: Kembali kasih Kakak 🥰
total 1 replies
neni nuraeni
waaah tamat,, d tunggu ya kak othor cerita slnjutnya
neni nuraeni: SMA sama,,, Kaka othor
total 2 replies
novel destiny
Aaaaa akhirnya bahagia😍😍😍
terimakasih kaka.. ditengah gundah gulana kaka akan kabar keluarga di tanah air yg terkena musibah, tapi kaka tetap menulis sampai akhir kisah meutia ini. semoga semua karya kaka bisa jadi ladang pahala untuk kakaa.. salam sayang online dari jauh 🤗🤗🥰🩷
Cublik: Aamiin 🤲

Terima kasih banyak, Kak ❤️
total 1 replies
Atieh Natalia
terimakasih banyak Thor atas karya yg luar biasa ini, sehat sehat selalu dan jangan pindah ya Thor d sini aja nanti d kasih bunga bayak2 😁👍
Cublik: Hehehe 🫣😁

Terima kasih ya, Kak 🥰
total 1 replies
novel destiny
akhirnya setelah penantian panjang Dhien-dzikri 😍😍
Nara's Mom
yahhh abis! manyun lagi hari hari tak dapat bacaan bagus dan asyik
Cublik: Terima kasih, Kak❤️
total 1 replies
Atieh Natalia
wah terbaik lah Tia udah hamil lagi aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!