Setting Latar 1970
Demi menebus hutang ayahnya, Asha menikah dengan putra kedua Juragan Karto, Adam. Pria yang hanya pernah sekali dua kali dia lihat.
Ia berharap cinta bisa tumbuh setelah akad, tapi harapan itu hancur saat tahu hati Adam telah dimiliki Juwita — kakak iparnya sendiri.
Di rumah itu, cinta dalam hati bersembunyi di balik sopan santun keluarga.
Asha ingin mempertahankan pernikahannya, sementara Juwita tampak seperti ingin menjadi ratu satu-satunya dikediaman itu.
Saat cinta dan harga diri dipertaruhkan, siapa yang akan tersisa tanpa luka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah 01
"Jangan pernah berharap lebih dengan pernikahan kita ini, Asha, karena aku tidak akan pernah bisa mencintaimu."
Degh!
ucapan Adam Dwi Darsuki itu begitu tajam hingga membuat Asha Budi Lestari bergetar. Malam pertama yang ia pikir akan indah nyatanya malah menorehkan luka.
Asha tidak pernah menyangka akan mendengar perkataan itu dari sang suami yang belum sehari ini dinikahinya. Tubuhnya bergetar, tangannya menggenggam ujung kebaya yang masih melekat ditubuhnya.
"Apa karena ini paksaan dari Bapakmu, Mas? Kalau kamu memang tidak berkehendak dengan pernikahan kita ini, mengapa kamu setuju untuk menikahi ku? Ah ya benar, aku hanya alat pelunas hutang, dan kamu yang ketempuhan (kena getahnya). Tapi Mas, aku tidak akan pernah mengakhiri pernikahan ini. Mungkin aku terkesan tidak tahu diri, akan tetapi bagiku menikah hanya sekali meskipun pada akhirnya ini terjadi karena paksaan."
Dengan acuh, Asha mengganti kebaya dan jarik yang masih menempel di tubuhnya itu tepat di depan Adam. Adam terkejut dia bahkan langsung bergegas keluar kamar.
Fyuuuh
Asha membuang nafasnya kasar. Ia sebenarnya juga sangat takut. Berada di kamar berdua dengan laki-laki yang bukan keluarganya baru kali ini dia alami. Dan sungguh dia merasa sangat deg-degan. Keberaniannya tadi sebenarnya bercampur dengan paksaan untuk melawan dan bertahan hidup di tempat yang asing ini.
"Apa aku bisa ya, haah entahlah aku tidak tahu apa yang bakal terjadi ke depannya. Pria yang berstatus sebagai suamiku di malam pertama sudah mendeklarasikan jarak dan tembok yang begitu tinggi. Apa yang harus ku lakukan sekarang?"
Meski tadi dia dengan tegas berkata bahwa dirinya akan bertahan, namun sebenarnya Asha sendiri ragu apakah dirinya bisa. Namun di sisi lain dia tetap tidak bisa mundur mengingat hutang ayahnya yang sangat banyak kepada Juragan Karto Darsuki yang merupakan ayah dari Adam.
Semua ini terjadi tiga bulan yang lalu. Budi Suryo yang merupakan ayah dari Asha tiba-tiba jatuh sakit. Semua yang mereka miliki dari sapi, kambing, dan juga tanah sudah terjual habis untuk biaya pengobatan yang tidak sedikit.
Karena sudah tidak memiliki apa-apa lagi, Tari Asih, ibu dari Asha meminjam uang kepada Juragan Karto. Tenggang waktu yang diberikan adalah 1 bulan. Dan ya, seperti yang sudah diduga, mereka tidak bisa membayarnya.
"Kalau begitu, berikan rumah ini sebagai pembayaran hutangnya," ucap Juragan Karto.
Tari, Asha dan Irwan tentu sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Juragan Karto Darsuki. Rumah ini adalah rumah satu-satunya yang mereka miliki, harta terakhir yang mereka punya. Jika rumah ini diambil, maka tidak akan ada lagi tempat bagi mereka untuk berteduh.
Akan tetapi mereka juga sadar bahwa yang namanya hutang harus dibayar.
"Juragan, maaf kalau saya lancang, apa tidak bisa memberi kesempatan lagi untuk perpanjangan,"ucap Asha. Dia yang sedari tadi diam akhirnya bicara.
"Untuk apa perpanjangan, kalian tetap tidak akan bisa membayarnya. Kamu Asha , mau dengan cara apa kamu akan membayarnya, sedangkan kamu sama sekali tidak bekerja. Aah aku punya tawaran bagus. Bagaimana kalau kamu jadi menantuku saja, menikah dengan putra keduaku, Adam."
Degh!
Asha yang sedari tadi menundukkan wajahnya seketika mendongakkan kepalanya. Usianya baru 19 tahun, dia tentu tidak ingin buru-buru menikah. Namun di tempatnya ini memang adalah hal yang lumrah menikah diusia itu. Bahkan di gadis yang usianya dibawah Asha pun juga banyak yang sudah menikah dan memiliki anak.
"Tapi Juragan, Asha masih sangat muda,"ucap Tari.
"Ck, 19 tahun itu sudah tidak muda. Juwita menikah dengan Bimo pas usinya juga 19 tahun. Asha, pikirkanlah baik-baik. Kalau kamu mau jadi menantuku, hutang keluargamu aku anggap lunas, rumah ini tidak akan kuambil dan bahkan aku akan terus memberi uang untuk kebutuhan keluargamu. Pikirkanlah itu, berikan jawaban padaku besok."
Setelah mengatakan itu, Juragan Karto Darsuki melenggang pergi meninggalkan rumah Asha. Pria itu tersenyum tanpa diketahui oleh Asha beserta ibu dan adiknya.
"Bu, aku akan menikah,"ucap Asha tiba-tiba. Meski dia masih belum ingin, tapi kondisi keluarganya tentu mengharuskan dia melakukan itu.
"Tapi Sha, kamu~>"
"Buk, kita tidak ada pilihan lain sekarang. Bapak sakit Bu, adan irwan tetap harus sekolah. Ini adalah satu-satunya jalan bagi kita sekarang,"ucap Asha. Dia memang berkata dengan yakin tapi hatinya sangat ragu sekaligus takut mengahadapi pernikahan tanpa cinta.
Dan sekarang, Asha menyadari bahwa posisinya benar-benar tidak mudah. Agaknya cinta memang hal mahal yang dirinya sendiri tidak tahu apakah bisa mendapatkannya atau tidak dari Adam, suaminya.
Tok tok tok
Asha menoleh ke arah pintu. Dia yakin bahwa baru saja Adam keluar dari sini dan tidak mungkin kembali secepat itu.
Dia yang baru saja hendak melepaskan kancing kebayanya, seketika berhenti dan kembali mengacingkannya lagi.
"Siapa?"
"Aku Sha, Juwita."
Fyuuuh
Asha bernafas lega, ternyata itu adalah kakak iparnya. Atau bisa disebut mereka sama-sama saudara ipar karena Juwita adalah istri dari kakaknya Adam--Bimo Eko Darsuki.
Ceklek
"Ada apa Mbak?" Asha mencoba untuk tersenyum dan bersikap ramah. Di kediaman yang asing ini dia berharap bisa bertemu dengan orang yang bisa dijadikan teman. Dan Juwita adalah harapan satu-satunya.
"Kamu pasti kesulitan ya, harap dimaklumi. Adam dan kamu kan baru aja kenal, jadi Adam pasti masih canggung. Kalian belum mengenal baik sebelum ini kan, jadi pean-pelan ya, Sha. Aku harap kamu dan Adam bisa menjalaninya dengan baik."
Cesss
Bagai disiram es hati Asha mendengar kata-kata dari Juwita yang seakan menyemangatinya. Dia tersenyum dengan sangat lebar karena mendapatkan sekutu di rumah ini.
"ya, kami sama-sama ipar, sama-sama menantu. Kami pasti akan memiliki hubungan yang baik,"ucap Asha dalam hati. Dia sungguh merasa sedikit lega sekarang.
"Mohon bantuannya ya, Mbak. Dan terimakasih. Aku harap kita bisa berhubungan baik,"ucap Asha kepada Juwita.
"Iya Sha, aku juga senang kamu masuk ke rumah ini. Ughh, selama ini aku selalu dipusingkan dengan dua pria itu. Ada kamu di sini, kita bisa bisa berbagi beban ini hehehe. Ya sudah kamu istirahat, karena pasti lelah meski acara pernikahan tidaklah ramai. Kamu benar-benar beruntung Sha, dulu aku sampai 3 hari 3 malam saat menikah dengan Mas Bimo. Ya sudah ya, aku tinggal biar kamu bisa istirahat. Ingat, jangan dimasukin ke hati apa yang dikatakan Adam."
Asha tersenyum sembari menganggukkan kepala. Setelah Juwita pergi, dia pun segera mengganti pakaiannya lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Asha tidak peduli bahwa hari ini adalah malam pertama pernikahan. Yang perlu dia lakukan hanyalah melakukan apa yang akan Adam minta nantinya.
"Dia bilang tadi tidak akan pernah mencintaiku, jadi malam pertama pasti juga tidak akan terlaksana bukan? Bagus, kalau begitu ayo tidur."
TBC
Halo Manteman, aku sedang mencoba karya yang sangat baru. Kisah ini tidak ada hubungan apapun dengn kisah-kisah sebelumnya ya.
Semoga teman-teman masih mendukung karya ku ini ya. Terimakasih banyak.
Dam.. Asha ingin kamu menyadari rasamu dulu ya...
Goda terus Sha, kalian kan sudah sah suami istri