NovelToon NovelToon
Heavenly Body, Broken Trust!

Heavenly Body, Broken Trust!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Romansa / Ahli Bela Diri Kuno / Fantasi Wanita
Popularitas:879
Nilai: 5
Nama Author: kimlauyun45

Banxue tidak pernah meminta kekuatan—apalagi anugerah terkutuk berupa Tubuh Surgawi—kekuatan kuno yang diburu oleh sekte-sekte suci dan klan iblis sekaligus. Ketika masa lalunya dihancurkan oleh pengkhianatan dan masa depannya terancam oleh rahasia, ia memilih jalan sunyi dan pedang.

Dalam pelarian, dikelilingi oleh teman-teman yang tak sepenuhnya bisa ia percaya, Banxue memasuki Sekte Pedang Azura… hanya untuk menyadari bahwa kepercayaan, sekali retak, bisa berubah menjadi senjata yang lebih tajam dari pedang manapun.

Di tengah ujian mematikan, perasaan yang tak diucap, dan badai takdir yang semakin mendekat, Banxue harus memilih: berjuang sendirian—atau membiarkan seseorang cukup dekat untuk mengkhianatinya lagi?

Di dunia di mana kekuatan menentukan nilai diri, sejauh apa ia akan melangkah untuk merebut takdirnya sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kimlauyun45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Luka Dan Harapan

Pagi itu tidak dingin, tapi juga tidak hangat. Ia hanya hadir. Sama seperti beban yang tidak pergi, tapi juga tidak benar-benar menyakiti. Belum...

Banxue membuka mata perlahan. Cahaya tipis menyelinap dari celah jendela, menyentuh pipinya dengan kelembutan yang menyebalkan. Untuk sejenak, ia lupa di mana dirinya berada. Tapi bayangan abu dan suara peramal itu segera datang menyusul.

“Salah satu dari kalian... mungkin tak akan bertahan.”

Ia duduk, menyentuh ubun-ubunnya, lalu menarik napas panjang. Entah mengapa, pagi ini terasa lebih sunyi dari biasanya. Mungkin karena tidak ada suara langkah Fengyu yang biasanya sibuk menyiapkan air. Atau mungkin karena hatinya sudah tahu: ketenangan ini hanya jeda sebelum hal lain pecah.

Ia mengganti pakaiannya perlahan, lalu mengikat rambutnya dengan pita kusam. Hari itu ia ingin turun tanpa alasan. Tanpa rencana.

Di Ruang Tengah Penginapan

Wayne sudah duduk di meja dengan sebuah buku terbuka di hadapannya. Namun matanya tidak benar-benar membaca. Linrue sibuk memotong roti dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menggenggam cangkir teh hangat yang sudah mendingin.

Fengyu duduk di dekat jendela. Cahaya pagi menari di ujung rambutnya, dan sorot matanya lekat pada langit yang belum benar-benar biru.

Saat Banxue muncul, tidak ada yang langsung bicara. Tapi semua kepala menoleh, semua mata menatapnya.

“Selamat pagi,” katanya pelan.

“Pagi,” jawab Fengyu duluan, diikuti oleh Wayne dan Linrue.

“Kau terlihat...” Wayne menggantungkan kata-katanya, berusaha menemukan kalimat yang tepat.

“Biasa saja,” potong Banxue sambil duduk. “Tidak perlu menanyakan hal-hal yang tidak kalian ingin dengar jawabannya.”

Wayne menutup bukunya perlahan. “Kau tahu kami akan tetap mendengarnya kalau kau mau bicara, ‘kan?”

“Dan kalian juga tahu aku tidak akan bicara hanya karena kalian siap mendengarkan, ‘kan?”

Fengyu tersenyum kecil. Linrue mendecak pelan, tapi tidak ada kemarahan di sana.

Beberapa Saat Kemudian

Langkah kaki terdengar dari tangga belakang. Jingyan muncul, rambutnya masih basah, tapi sorot matanya seperti malam tadi belum sepenuhnya pergi.

Ia menatap Banxue sebentar. Banxue tidak berkata apa-apa. Ia juga tidak.

Wayne berdiri. “Aku ingin mengunjungi pasar pagi,” katanya. “Ada satu pedagang yang katanya punya peta hutan selatan yang lebih akurat.”

“Aku ikut,” sahut Linrue cepat.

“Aku juga,” tambah Fengyu.

Tanpa ada yang berkata secara langsung, mereka bertiga pun berdiri dan meninggalkan meja, memberi ruang yang tidak diminta antara Banxue dan Jingyan.

Kini hanya tinggal mereka berdua.

Jingyan duduk perlahan, mencicipi sisa teh yang sudah hampir dingin. “Kau tidur?”

Banxue mengangkat bahu. “Aku bangun.”

“Aku tidak akan bertanya soal ramalan tadi malam.”

“Bagus.”

“Tapi aku akan bilang ini.” Jingyan menatapnya, kali ini tanpa senyum. “Kalau memang salah satu dari kita takkan sampai akhir... aku harap itu aku.”

Banxue membeku. “Jangan bilang hal bodoh.”

“Itu bukan bodoh. Itu pilihan. Dan jika dunia ini memang memberi kita takdir yang busuk, maka aku lebih suka menjadi bagian yang lenyap... ketimbang menyaksikan kau jadi hancur.”

Untuk beberapa detik, tak ada suara.

Kemudian Banxue berdiri, matanya menatap lurus ke luar jendela.

“Takdir bukan soal siapa yang pergi lebih dulu, Jingyan,” katanya akhirnya. “Tapi siapa yang berani tetap tinggal... dan melihat segalanya hancur.”

Ia melangkah pergi—meninggalkan sisa pagi yang tidak sempat jadi terang sepenuhnya.

1
Daisy
Keren banget sih cerita ini! Baca sampe subuh aja masih seru.
Winifred
Wow! 😲
Axelle Farandzio
Bahasanya halus banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!