Cerita tentang gadis desa bernama Juliet Harvey yang harus berjuang untuk mengatasi masalah keluarga sang nenek yang hampir bangkrut.
Namun siapa sangka, niatnya untuk meminta bantuan kepada sang ayah yang sudah lama tidak bertemu malah membuatnya ikut terseret masalah dengan CEO tampan penuh dengan masalah, Owen Walter.
Bagaimana kisah Juliet dan Owen? Apa Juliet bisa mengatasi masalah keluarga neneknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khintannia Viny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPC BAB 8
Juliet duduk di pinggir tempat tidur sambil menatap kosong ke arah jendela kamarnya, pikirannya terbayang ucapan sang nenek tadi.
Sebenarnya, sejak pagi buta Juliet pergi ke desa untuk mengunjungi sang nenek sekaligus berpamitan kepada sang nenek kalau dia akan tinggal di rumah ayahnya selama satu tahun.
FLASHBACK
“Apa?! Kau sudah gila Julie!” ucap sang nenek saat Juliet meminta ijin.
“Pergilah! Aku tidak ingin bertemu denganmu! Lanjutnya.
“Jangan bicara seperti itu nek, maafkan aku, aku bersalah nek.” Ucap Juliet memohon.
“Jangan meminta maaf! Kalau kau merasa bersalah, maka cepat kau tolak tawaran itu!” ucap Denada.
“Tidak! Aku tidak bisa melakukannya nek, hari ini pengacara keluarga Harvey akan mengurus transaksi jual beli rumah ini.” Balas Juliet.
“Rumah ini akan menjadi milik ayah untuk sementara waktu, dan setelah satu tahun berlalu, ayah akan memberikan rumah ini padaku nek.” Lanjut Juliet.
“Stop Julie! Apa maknanya memiliki rumah ini jika nenek harus menjual dirimu!?”
“Apa? B-bukan begitu maksudku nek! Aku bisa melindungi rumah ini dan juga aku bisa tinggal dengan ayah sekarang, aku sangat senang.”
“Kau senang? Apa kamu tidak berbohong Julie? Apa kau benar-benar menginginkan itu?” tanya Denada yang membuat Juliet ragu untuk menjawab.
“Sudahlah! Kembalilah ke rumah ayahmu Julie, nenek sedang ingin sendirian.” Ucap Denada kembali saat tidak mendapatkan jawaban dari sang cucu.
FLASHBACK END
“Nona..” panggil Anna yang tidak di gubris oleh Juliet.
“Nona?” lagi-lagi panggilan Anna di abaikan oleh Juliet.
“Nona!” panggil Juliet dengan nada yang lebih tinggi dan barulah berhasil membuat Juliet tersadar.
“Eh, iya Anna?” tanya Juliet.
“Saya bawakan teh untuk nona, apa nona mau minum sekarang?” tanya Anna.
“Ah.. Iya, aku mau minum sekarang.” Balas Juliet.
Anna pun segera menuangkan teh ke cangkir milik Juliet, sedangkan Juliet menoleh ke arah pelayannya dan melihat apa yang di lakukan oleh Anna.
“Anna, ayo kita minum teh bersama.” Ucap Juliet.
“Apa? T-tidak perlu nona, saya baik-baik saja.” Tolak Anna yang terkejut karena tiba-tiba Juliet mengajaknya untuk minum teh bersama.
“Anna, bukankah aku bilang kalau kau harus bersikap santai padaku, aku ingin menganggap mu temanku, jadi ayo kita minum teh bersama.” Jelas Juliet.
Mendengar ucapan Juliet membuat Anna pun terharu dan dia tidak bisa menolak ajakan sang majikan.
“Baiklah nona, terimakasih.” Ucap Anna.
“Waah, tehnya enak sekali nona.” Ucap Anna memuji keenakan teh yang di minumnya.
“Apa seenak itu?” tanya Juliet yang di balas anggukan oleh Anna.
“Kalau begitu minumlah lagi.” Ucap Juliet sambil tersenyum.
“Terimakasih nona!” seru Anna dengan gembira.
Keduanya pun akhirnya minum teh bersama sambil sesekali mengobrol, lebih tepatnya Anna lah yang lebih sering menceritakan segala hal.
“Aku selalu kagum setiap kali melihat nona, dia bahkan mengajak pembantu sepertiku untuk minum teh bersamanya, aku mengerti kenapa pembantu lainnya membicarakan nona.” Batin Anna sambil menatap ke arah Juliet yang sedang menikmati tehnya.
Anna jadi mengingat kata-kata para rekannya yang mengatakan kalau Juliet tidak seperti anak orang kaya pada umumnya, karena Juliet bersikap baik dan tidak sombong sama sekali, apa lagi penampilannya yang terlihat norak membuat semua orang mengetahui kalau dia adalah seorang gadis desa.
Walaupun begitu, semua orang setuju jika Juliet begitu cantik, dan juga baik hati. Para pelayan baru pertama kali melihat orang kaya yang seperti Juliet dan itu membuat semua orang kagum.
“Eh? Nona, yang ada di belakang nona itu apa?” tanya Anna sambil menunjuk ke arah belakang tubuh Juliet.
Mendengar ucapan Anna membuat Juliet pun menoleh ke arah yang di tunjuk oleh Anna.
“Pita-pita kain itu, untuk apa?” tanya Anna.
“Itu pita kain, aku suka membuat jepit rambut, bros dan bunga palsu dari pita kain itu.” Balas Juliet.
“nona sendiri yang membuatnya?” tanya Anna yang terkejut dengan ucapan Juliet.
“Hehe, iya.” Balas Juliet sambil tersenyum canggung.
“Wah! Apa saya boleh melihatnya?” tanya Anna yang di balas anggukan oleh Juliet.
Anna pun segera berdiri dan melihat hiasan yang di buat majikannya itu.
“Wah! Ini sangat indah nona! Ternyata anda terampil ya.” Puji Anna yang membuat Juliet tersenyum.
“Kalau kau menyukainya, ambil saja untukmu Anna.” Ucap Juliet.
“Apa!? Ah tidak! Saya tidak bermaksud begitu nona!” ucap Anna dengan panik.
“Tidak apa-apa, itu hadiah dariku, terima saja.” Ucap Juliet.
“Pasti cantik kalau kau memakainya di rambutmu Anna.” Lanjut Juliet.
“Wah,, terimakasih nona, aku akan menyimpannya dengan baik!” seru Anna dengan gembira.
“Oh iya, nona! Apa nona mau jalan-jalan?” ajak Anna.
“Ha? Jalan-jalan?” ucap Juliet dengan kebingungan.
Tentu saja Juliet kebingungan karena tiba-tiba anna mengajaknya untuk keluar.
“Nona pasti masih merasa asing dan canggung dengan kota ini, jadi saya akan mengantarkan nona ke berbagai tempat yang bagus sebagai bentuk terima kasih atas hadiah yang nona berikan.” Jelas Anna.
“Wah, harusnya aku yang berterima kasih padamu Anna, karena sudah merepotkan mu.” Balas Juliet.
“Tidak kok, lagi pula itu memang tugas saya untuk melayani nona!” ucap Anna.
“Kalau begitu, saya akan menyuruh supir untuk menyiapkan mobil dulu ya!” lanjut Anna dengan semangat.
Sedangkan Juliet hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala melihat tingkah pelayannya itu, dia juga bersyukur karena Anna memperlakukannya dengan baik dan tidak membuatnya merasa canggung.
Sambil menunggu Anna menyiapkan mobil, Juliet pun bersiap dan merapihkan pakaiannya yang sedikit kusut karena sejak tadi dia duduk.
Tidak lama kemudian, Anna pun kembali ke kamar Juliet dan mengatakan jika mobilnya sudah siap.
Di sepanjang jalan, Juliet hanya bisa tersenyum melihat Anna yang lebih bersemangat sambil menjelaskan satu per satu nama tempat di kota itu.
“Ini adalah alun-alun, biasanya orang-orang sering berolah raga di sini, kalau nona ingin berolahraga di sini, nona bisa meminta saya untuk menemani nona.” Ucap Anna.
“Baiklah, terima kasih Anna.” Balas Juliet.
Mereka pun akhirnya turun untuk melihat-lihat pasar yang ada di sana karena mobil tidak bisa masuk.
“Wah, keren sekali ya.” Ucap Juliet mengagumi keindahan kota itu.
“Ah, di sana itu restoran yang terkenal di sini nona, makanan dan minuman di sana sangat enak, lain kali kita bisa berkunjung ke sana.” Ucap Anna sambil menunjuk ke arah restoran yang terlihat ramai.
Anna melanjutkan jalannya setelah menjelaskan panjang lebar kepada Juliet, namun Juliet sama sekali tidak beranjak dari tempatnya berdiri, Juliet malah fokus kepada seorang perempuan yang sedang mengejar seorang laki-laki.
Lalu perhatiannya teralihkan pada wajah laki-laki tampan itu, dia merasa sepertinya dia pernah melihat laki-laki itu di stasiun waktu pertama kali dia tiba di kota tersebut.
Anna yang merasa kalau majikannya tidak berada di belakangnya itu langsung menoleh dan terkejut saat mengetahui ternyata majikannya sedang menatap Owen.
Dengan segera Anna langsung membalikkan tubuh Juliet yang membuat Juliet terkejut bukan main.
“Ada apa Anna? Kau mengejutkanku!” ucap Juliet.
“TIDAK BOLEH!” teriak Anna membuat Juliet semakin tidak mengerti dengan maksud ucapan pelayannya itu.
“Apa maksudnya Anna?” tanya Juliet.
“Saya tau nona, laki-laki itu sangat indah di pandang bukan? Tapi tetap saja tidak boleh nona, jangan ya..” ucap Anna.
Saat Anna mengatakan ‘laki-laki itu’ Juliet pun akhirnya mengerti kalau yang di maksud adalah laki-laki yang dia temui di stasiun waktu itu.
“Ah laki-laki itu ya, apa dia berbahaya? Dia orang jahat ya?” tanya Juliet yang tidak mengetahui apa-apa.
“Pokoknya kalau laki-laki itu, sama sekali tidak boleh ya, bahkan nona tidak boleh meliriknya.” Ucap Anna mengingatkan.
“Apa sampai segitunya?”
“Yah, dia bukan hanya jahat, tapi dia tidak pantas di sebut pria.” Ucap Anna.
“Lalu apa?” tanya Juliet.
“Emm,, sebutannya, buaya darat. Pokoknya nona, ingat baik-baik perkataan saya, jika anda dekat-dekat dengan buaya, maka dia akan memangsa nona.” Anna begitu serius saat mengingatkan Juliet membuat wanita itu hanya bisa mengangguk.