NovelToon NovelToon
Wanita Milik Bos Mafia

Wanita Milik Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Mafia / Nikah Kontrak / Persaingan Mafia / Dark Romance
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Muhamad Julianto

Rika, mahasiswi sederhana, terpaksa menikahi Rayga, pewaris mafia, untuk menyelamatkan keluarganya dari utang dan biaya operasi kakeknya. Pernikahan kontrak mereka memiliki syarat: jika Rika bisa bertahan 30 hari tanpa jatuh cinta, kontrak akan batal dan keluarganya bebas. Rayga yang dingin dan misterius memberlakukan aturan ketat, tetapi kedekatan mereka memicu kejadian tak terduga. Perlahan, Rika mempertanyakan apakah cinta bisa dihindari—atau justru berkembang diam-diam di antara batas aturan mereka. Konflik batin dan ketegangan romantis pun tak terelakkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhamad Julianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22

Rika menyelinap kembali ke kamarnya dan bersandar di balik pintu, bersyukur karena tak bertemu siapa pun dalam perjalanan tadi.

Itu bisa jadi bencana.

Rika menjatuhkan diri ke atas tempat tidur dan menarik kausnya ke atas kepala sambil mengerang karena tubuhnya terasa nyeri. Rayga selalu berhasil membuat tubuhnya terasa remuk setiap kali ia membiarkan pria itu berbuat semaunya. Tak adakah yang pernah mengajarinya cara memperlakukan wanita? Dibesarkan oleh ayah seperti apa sih dia?

Rika memutar mata saat memikirkan hal itu—jawabannya tentu saja: Ryandra D'Amato, pria yang bahkan pantas disebut ayah pun tidak juga, tapi Rika akui dia cukup baik kepada nya walau ada syarat nya, tapi untuk sikap yang lain seperti mendidik anaknya, Rika anggap cukup kurang untuk itu.

Ia bahkan tertawa getir memikirkan nya, seperti baru menemukan lelucon pribadi, lalu bangkit dan berjalan terpincang ke kamar mandi. Ia melepas pakaiannya dan masuk ke dalam bak mandi, mendesah saat air dingin menyentuh kulitnya yang masih hangat karena mungkin ia cukup kedinginan saat dikamar Rayga tadi.

Dan saat itulah Rika mengingat sebagian besar peristiwa yang terjadi tadi malam.

Rayga telah menyentuhnya lagi tadi malam, disaat ia baru saja terlelap beberapa jam. Dan sial nya ia malah terbuai juga.

Rika menghela nafas kesal, lebih kepada diri sendiri.

Rika berusaha menghilangkan pikiran itu dengan menyalakan keran dan menyandarkan diri ke dinding bak mandi sambil menutup mata.

Dirinya mengingat saat Rayga menyentuh payudaranya… Rika menggenggam kedua payudaranya sendiri, mengingat-ingat bagaimana Rayga memperlakukannya semalam. Tangannya mulai bergerak sendiri, menelusuri seperti yang dilakukan Rayga.

Rayga begitu lembut saat menyentuhnya, seolah-olah sedang bercinta dengan tubuhnya. Dia tidak terburu-buru—ia menikmati tiap inci, bahkan mencium bagian sensitif itu.

Tubuh Rika menegang, pinggulnya terangkat karena tubuhnya mulai panas mengikuti alur pikirannya sendiri.

Dia melakukan itu dengan awalnya lembut dan akhirnya menjadi lebih kasar, lebih menuntut dalam sentuhannya. Mungkin saat akal sehat Rika sedang retak ditambah ia dalam kondisi mengantuk. Jadi ia terima saja dengan dalih terpaksa namun malah ia juga keenakan.

Dia pernah berjanji akan membuat Rika mencapai orgasme empat kali hanya dengan menyentuh payudaranya. Dan dia menepatinya.

Dia juga bilang akan membuat Rika berteriak memanggil namanya… dan Rika benar-benar menjerit—bahkan bukan cuma namanya.

Rayga bilang dia takkan berhenti sebelum Rika mencapai klimaks empat kali lewat jarinya sebelum membiarkannya pergi. Rika tak percaya waktu itu dan berusaha menutup mulut nya sambil menahan tangan Rayga untuk berhenti tapi Rayga malah menahan tangan Rika dan bertindak semakin liar.

Dan karena hal itu dia memang berhasil. Rika sampai gemetar, bahkan tak bisa merangkai dua kata dengan benar saat pria itu terus-menerus menggoda bagian terdalam tubuhnya.

Rika menggigil saat jari-jarinya menyentuh bagian intimnya dan ia menarik napas dalam, perlahan mendorongnya masuk. Tapi ia tak menggerakkan tangan lebih jauh—ia hanya berdiam di sana dengan mata tertutup.

"Sial, aku semakin liar"

Ia menarik jarinya keluar sambil menghela napas. “Aku tidak seharusnya memikirkan dia sampai segini nya… aku tidak boleh…. Aku rasa aku mulai kecanduan sex.”

Rayga sudah sangat jelas mengatakan bahwa dia tidak merasakan apa-apa terhadap Rika—tidak ada cinta, tidak ada kasih sayang.

Dia mengatakannya sesaat sebelum menunjukkan kenikmatan luar biasa yang belum pernah Rika rasakan sebelumnya. Bagaimana mungkin seseorang yang tidak peduli bisa memperlakukan tubuhnya se—intim dan seintens itu?

Kenapa dia repot-repot membuat Rika merasa seperti wanita paling diinginkan di dunia kalau dia sebenarnya tak peduli?

Dengan kesal, Rika mencelupkan tangannya ke air lalu bangkit. Ia tak ingin lagi memikirkan pria membingungkan yang bahkan tak bisa mengendalikan perasaannya sendiri.

Rika sudah melihat sendiri bagaimana Rayga bersikap. Meskipun bibirnya mengatakan hal lain, tapi bibir itu jugalah yang mencium Rika dengan begitu dalam hingga membuatnya ketagihan.

“Aku butuh healing sebentar.Pikiran ku hanya memikirkan hal hal kotor saja saat di kamar.” Rika mengendus, mengusap hidung. “Aku tidak yakin bisa menahan diri lagi dari dia. Tidak yakin sama sekali.” pikirnya sambil menutup pintu kamar mandi dan melangkah kembali ke kamar, telanjang.

Ia merasa butuh tahu lebih banyak tentang Rayga—siapa dia sebenarnya dan apa yang membuatnya bersikap begitu dingin dan sangat menyebalkan, lalu tiba-tiba berubah begitu cepat saat ia merasa ingin melakukan itu kepada nya. Kakeknya dulu pernah bilang bahwa orang-orang berubah karena situasi dan latar belakang tertentu.

Kakeknya juga pernah mengatakan: “Jangan menghakimi seseorang hanya karena tindakannya, sebelum tahu alasan di balik itu semua.”

Mungkin memang ada alasan kenapa Rayga bersikap begitu tidak stabil. Satu saat ia seperti membenci Rika, dan kadang berubah.

"Kalau aku tidak tahu, lebih baik akan akan bilang dia bipolar," gumamnya saat membuka lemari pakaian, mencari sesuatu yang nyaman untuk dipakai.

Sebenarnya semua pakaian yang ada disana terlihat oke, tapi kali ini tubuhnya terlalu pegal setelah dua malam berturut-turut diperlakukan dengan begitu intens oleh Rayga.

Ia butuh pakaian yang nyaman dan longgar. Ia tidak ingin mengenakan apa pun yang ketat dan menyiksa tubuh yang masih terasa remuk.

Ia memilih romper tanpa lengan lalu memakainya dengan susah payah sambil mengerang pelan. "Dia tidak akan menyentuh aku lagi. Aku akan usahakan itu" gerutunya sambil menutup pintu lemari dan menghampiri cermin.

Ia memperhatikan dirinya sendiri—di lehernya tampak beberapa bekas merah. Bekas-bekas dari Rayga.

Tapi Rika memutuskan untuk tidak peduli. Ia keluar dari kamar dan berjalan di lorong dengan langkah ringan, bersyukur karena tidak berpapasan dengan siapa pun, seperti Bodyguard apalagi Rayga.

Saat masuk ke dapur, ia heran karena dapur kosong. “Apa Bibi Ranti libur hari ini?"

Namun saat ia mendengar suara dari balik ruangan yang ada dibelakang dapur, ia segera keluar dan mendapati punggung Bibi Ranti yang sedang membungkuk memungut bunga mawar yang jatuh.

Ketika wanita itu menengok dan melihatnya, senyumnya langsung mengembang. “Nyonya? Ada perlu?”

"Sekarang saatnya," pikir Rika. Tak ada yang lebih mengenal Rayga selain Bibi Ranti. Ayah Rayga mungkin yang mendidik karakter anak nya saja, tapi untuk sosok ibu—itu peran Bibi Ranti, dan karena itulah Rayga tidak pernah memperlakukannya seperti pelayan.

Dengan napas berat, Rika mendekati nya dimana Bibi Ranti sedang berjongkok mengambil beberapa bunga yang berserakan“Bibi, boleh Rika tanya sesuatu? Rika ingin tahu lebih banyak tentang Rayga. Kayaknya hanya Bibi yang benar-benar kenal dia.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!