Nayura, gadis SMA yang belum pernah mengenal cinta, tiba-tiba terikat janji pernikahan di usia yang penuh gejolak. Gavin juga remaja, sosok laki-laki dingin dan cuek di depan semua orang, namun menyimpan rasa yang tumbuh sejak pandangan pertama. Di balik senja yang merona, ada cinta yang tersembunyi sekaligus posesif—janji yang mengikat hati dan rasa yang sulit diungkapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadin Alina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 : RAVENGRAVE
Gavian berdiri diam di balik gorden tebal itu. Menyimak percakapan abstrak para gadis yang duduk di dalam kamarnya. Kakinya mulai kesemutan, sudah hampir tiga jam ia berdiri di sini. Namun, Tessa dan Stevi tak kunjung pulang.
"Nggak ada niatan pergi tuh, orang!" gerutu Gavian, ia mendengus kesal.
Sementara itu, Nayura sesekali melirik ke arah gorden tebal itu. Ia cemas jika Gavian tiba-tiba keluar dan akan ketahuan oleh Tessa dan Stevi.
"Nay, kok orang tua lo masih di rumah? Nggak jadi pergi? Tanya Tessa, tangannya menyambar keripik kentang di atas meja.
Nayura menatap Tessa dengan kepala menggeleng pelan.
Dahi Tessa mengernyit "Why?"
Nayura menghela nafas panjang "Entahlah, ada problem."
Ya, itulah kabar yang Nayura dapatkan dari Elda. Mereka menunda keberangkatan ke Dubai karna ada hal penting yang harus di urus.
"Jangan sedih gitu, eh!" ucap Stevi mencolek lengan Nayura sambil tersenyum hangat.
"Apaan coba..." Nayura membalas dengan tawa hambar.
Ada sesuatu yang membebani pikiran dan hatinya. Sesuatu yang mengusik dan.. slalu ia tutupi dengan keceriaannya.
Nayura memejamkan mata sejenak, mencoba menghilangkan perasaan itu. Perasaan yang slalu ia coba... lenyapkan.
"Nayura!"
Panggilan itu terdengar seirama dengan pintu kamar yang terbuka. Tampak Elda melangkah masuk.
"Ya maa..." sahut Nayura beranjak bangkit menghampiri Elda.
"Astaga, kamu belum siap-siap, sayang?" tanya Elda kaget, menatap Nayura dari ujung kepala hingga ujung kaki yang masih mengenakan piyama.
Dahi Nayura mengernyit bingung, ia hendak berbicara namun Elda memotongnya cepat.
"Kan, kita mau pergi. Udah janji lho, masak lupa." kata Elda sambil mendorong Nayura menuju kamar mandi.
Sementara itu, Tessa dan Stevi diam memperhatikan ibu dan anak itu.
Elda menghampiri mereka, ia tersenyum "Maaf ya, pasti Nayura nggak bilang ke kalian."
Tessa dan Stevi saling pandang kemudian menggeleng hampir bersamaan.
Seolah paham, mereka segera bangkit. "Ngak papa Tan, besok kami main lagi." Ucap Stevi tersenyum, menyalami tangan Elda.
"Maaf banget, ya!" kata Elda dengan sungguh-sungguh.
"Ikh, Tante, nggak usah, gitu. kami jadi nggak enak." sahut Tessa cepat, ia tidak sampai hati melihat ekspresi bersalah Elda.
Elda hanya tersenyum, kemudian mengantarkan mereka ke bawah.
Suara langkah kaki yang kian menjauh terdengar. Pelan, Gavian keluar dari persembunyiannya.Ia menghembuskan nafas lega. Untunglah, Elda datang di waktu yang tepat. Kalau tidak, mungkin lututnya udah jadi agar-agar. 🤭
"Tunggu, emang Nayura mau kemana?" gumam Gavian. Teringat ucapan Elda mengenai Nayura yang melupakan janjinya.
Sembari menunggu Nayura, ia memilih duduk di kasur dengan bermain ponsel. Notifikasi grup chatnya berisik sekali.
^^^Afdal^^^
^^^"Bos, lo aman kan?"^^^
^^^Mamad^^^
^^^Bos, basecamp kuy!^^^
^^^Fatur^^^
^^^Mamad bawa cewek cantik nih, bos! 🤤^^^
^^^Mamad^^^
^^^Anj! Nggak ada ya, bos🙏^^^
^^^Herman^^^
^^^Bos, semalam Velocity cari gara-gara lagi.^^^
"Brengsek!" desis Gavian, tanpa sadar mencengkram erat ponsel di tangannya.
Gavian membacanya sekilas dan...ia tak berminat untuk membalasnya satupun. Ia mematikan layar ponselnya begitu saja.
Ya, Allah nyesek banget, jadi anggotanya Gavian.
Gavian beranjak bangkit, berjalan menuju lemari untuk mengambil jaketnya. Kemudian, menyambar kunci motor yang ada di atas nakas.
"Ehh...Gavian sarapan dulu." ujar Elda, yang muncul dari dapur. Ia melihat Gavian yang sudah rapi dan tampaknya hendak pergi.
"Ngak ma, aku mau keluar bentar." jawabnya.
Elda mengangguk pelan "Hati-hati kalau gitu."
Gavian menyalami tangan Elda kemudian berlalu pergi. Cuaca siang menjelang sore ini cukup terik. Berbanding terbalik dengan suasana hati Gavian yang kian dingin.
......................
Langit senja tampak indah saat Gavian melintasi jalanan kota. Tampak lampu-lampu jalan bersinar membentuk garis-garis halus. Helm hitam full-face menutupi wajahnya dan jaket kulit yang ia kenakan berterbangan di terpa angin.
Suara knalpot meraung keras, tak sedikit dari pengguna jalan mengumpatinya. Ia memacu kuda besinya untuk lebih kencang.
Suara knalpot menggema saat ia baru saja memasuki halaman basecamp. Basecamp ini bekas gedung tua yang telah di rombak oleh Gavian dan anak geng motor lainnya.
Gavian melepas helmnya lalu melangkah masuk. Aroma rokok langsung menusuk hidungnya. Terdengar suara nyanyian yang tak jelas di pendengarannya.
"Bos, dateng...."
"Akhirnya ketua kita muncul, jugaa!" seru mereka melihat Gavian.
Afdal menggeser duduknya "Akhirnya, dateng juga! Gue baru aja mau buka lowongan untuk bos baru." celetuk Afdal.
"Coba aja!" tantang Gavian santai kemudian mengambil duduk tepat di sebelah Afdal.
Ia menoleh pelan "Kalau berani..." ucapnya menyeringai, membuat bulu kuduk Afdal meremang menatapnya.
"Be-becanda bos! Masih sayang nyawa. Kasihan, belum dapat jodoh ini!😭🤣"
"Gulai aja, bos!" seru Mamad membuat Afdal menatapnya horor.
Gavian menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa. Menatap satu persatu dari mereka yang ada di basecamp.
Hening!
Semua mata menatap Gavian serius. Tidak ada cengiran, suara tawa, dan...musik. Gavian tidak perlu repot untuk teriak. Cukup memberikan tatapan maka semua akan diam dan paham.
"Velocity cari gara-gara lagi?" tanya Gavian, suratnya berat dan menusuk.
Herman mengganggu membenarkan "Mereka datangi markas buat keributan. Mereka bawa-bawa nama dan sindir Gav."
"Mereka nggak terima kalah balapan dan bilang Lo licik." sambung Afdal.
Gavian menyunggingkan sudut bibirnya "Well, mereka mau perang harga diri? Kasih..."
Ia mencondongkan tubuhnya ke depan, sikutnya bertumpu pada lutut, tatapan tajam jelas terlihat. "Tapi, jangan pake tangan."
Kemudian ia menatap Herman "Atur jadwal balapan. But, not tonight. Kasih mereka waktu untuk menikmati kesenangan sesaat ini." ucap Gavian dengan suara rendah.
Tidak ada satupun anggota Revengrave yang bersuara. Yang mereka tahu, jika Gavian sudah turun tangan maka, kesenangan sesaat Velocity bisa lenyap kapan saja.
...----------------...
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar di bawah😊
Happy reading 💖
always always bagus!!
hebat!!! Udah cocok itu open comision
kondangan kita! Semur daging ada gak?
Setiap komentar dan dukungan kalian, sangat berharga bagiku. Membakar semangat untuk terus menulis🔥
Happy reading 🤗