Menaklukkan Iblis

Nalyssa melihat ke luar jendela mobil dan mengamati sekelilingnya dengan saksama. Mobil itu mendekati gerbang utama. Ia mengarahkan pandangannya ke kejauhan, ke tempat fasilitas besar itu berada. Fasilitas itu tampak familier baginya.

"Tunggu. Kurasa aku pernah ke sana," pikir Nalyssa dalam hati. Ia bisa merasakan keakraban dengan lingkungan sekitar.

Saat mobil memasuki gerbang, Nalyssa mengingatnya. Dia membenarkan asumsinya! Ini bukan markas utama Scourge, tetapi ini adalah salah satu tempat persembunyian mereka.

Lebih jauh lagi, tempat persembunyian ini adalah fasilitas medis milik Scourge, salah satu markas besar organisasi tersebut.

'Sialan!' umpatnya dalam hati. 'Sekarang aku ingat! Di sinilah tubuh asliku ditawan oleh iblis itu.'

Nalyssa bertanya-tanya mengapa ia dibawa ke sana oleh pengawal Richard. Apakah mereka mencoba untuk mengekspos Richard kepadanya sebagai Pemimpin Tertinggi Scourge?

Richard Horcourt menyembunyikan identitas lainnya sebagai pemimpin organisasi mafia. Dia hanya dikenal sebagai Pemimpin Tertinggi atau 'Iblis'. Hanya sedikit orang di dunia bawah tanah yang mengetahui identitasnya sebagai Richard Horcourt. Salah satunya adalah Lady Rosemonde.

Saat menerima misinya, Rosemonde melakukan penelitian menyeluruh dan pemeriksaan latar belakang Richard sehingga ia mengetahui identitas aslinya sebagai Richard Horcourt– CEO Luminar Group.

Nalyssa tersadar dari lamunannya ketika mobil berhenti di depan gedung dan pengawalnya membukakan pintu mobil.

"Keluar," perintah salah seorang pengawal dengan tegas. Ia mencoba meraih siku Nalyssa untuk menariknya keluar, tetapi Nalyssa menepis tangannya, sehingga pengawal itu tidak dapat menyentuhnya.

"Aku bisa keluar sendiri," jawab Nalyssa sambil melangkah keluar dari mobil.

Pengawal itu menatapnya dengan tajam dan dingin. Perilaku Nalyssa bisa membuatnya kesal. Dia begitu tenang dan tidak terpengaruh oleh situasi mengerikan yang dialaminya. Dia tampak tidak peduli seolah-olah dia tidak melakukan kesalahan apa pun terhadap Bos Besar mereka, Richard.

"Apakah mereka berencana untuk menahanku di fasilitas ini? Tubuh asliku sudah terperangkap di sini, dan sekarang Richard berencana untuk mengurung jiwaku dan tubuh baru ini di sini." Nalyssa mengerutkan kening saat memikirkan itu. Dia menjelajahi sekelilingnya.

Ia melihat bahwa fasilitas itu dijaga ketat oleh orang-orang bersenjata. Awalnya, ia mengira fasilitas ini lebih seperti sel penjara daripada fasilitas medis karena suasana di sekitarnya.

Penjaga utama mempersilakan mereka masuk setelah melihat tiga pengawal keluarga Richard. Nalyssa digiring ke lantai tiga tempat seseorang menunggunya untuk diinterogasi.

Saat mereka naik lift, Nalyssa sudah memikirkan bagaimana ia akan menghadapi Richard. Haruskah ia meminta maaf atas apa yang terjadi atau haruskah ia bersikeras bahwa ia tidak bersalah? Ia tidak punya motif buruk untuk memasak makanan Richard. Bubba sudah memperingatkannya untuk tidak membunuh Richard aat menggunakan tubuh Nalyssa.

Ding!

Pintu lift terbuka. Nalyssa mengepalkan tangannya, masih belum memutuskan apa yang harus dilakukannya menghadapi Richard. Ia mungkin tampak tenang di luar, tetapi jauh di dalam, ia berjuang untuk menjelaskan hal ini kepada Richard. Ia tidak punya bukti. Ia bertanya-tanya apakah Richard akan mendengarkan atau mempercayai kata-katanya.

Ketiga pengawal itu terus menuntunnya hingga mereka tiba di ruangan itu. Nalyssa mengerutkan kening begitu melihat tiga orang di dalam—Paman Leo, Chef Albert, dan asisten juru masak Chef Albert.

"Kenapa mereka ada di sini?" tanya Nalyssa l pada dirinya sendiri. Lalu matanya secara refleks mengamati ruangan, mencari Richard. Ia ingin melihatnya, bertanya-tanya tentang kondisinya saat ini. Ia mendengar bahwa Richard tiba-tiba pingsan beberapa menit setelah memakan bekal makan siang yang ia buat untuknya.

"Apakah Iblis baik-baik saja? Di mana dia?"

Matanya berbinar saat pintu lainnya didorong terbuka, mengantisipasi kedatangan Richard. Simon masuk lebih dulu, diikuti oleh seseorang. Namun, kilau di mata Nalyssa menghilang begitu dia melihat teman Simon.

Itu bukan Richard, melainkan seorang wanita cantik yang mengenakan jas putih. Dia mungkin seorang dokter di fasilitas itu. Matanya dan mata Nalyssa bertemu sesaat. Dokter itu mengamati Nalyssa, menatapnya dengan pandangan mengejek. Dia tidak menyembunyikan ketidaksenangan di wajahnya.

"Apakah dia yang meracuni Richard?" tanya dokter itu.

"Ya, Dok. Isabella. Dialah yang memasak makanan untuk Tuan Richard." Chef Albert menjawab sambil menunjuk Nalyssa. Asisten juru masak itu pun menganggukkan kepalanya untuk mendukung pernyataan Chef Albert.

'Wanita ini... Dia mirip seseorang...' Nalyssa mencoba mengingatnya. Lalu wajah cantik Kimberly muncul di benaknya.

"Aku ingat dia. Dia Isabella, kakak perempuannya Kimberly!" Matanya terbelalak sejenak.

Tetapi dia segera dapat menyembunyikan emosinya.

"Anda menuduh orang yang salah. Nona Lyssa tidak punya niat untuk meracuni Tuan kita. Dia hanya ingin memasak makanan untuknya sebagai tanda permintaan maafnya karena memasuki kamarnya tanpa izin," Paman Leo, menjelaskan secara spontan, membela Nalyssa.

Namun, pernyataannya itu membuat ekspresi Isabella menjadi muram. Bagaimana bisa wanita ini melakukan itu? Isabella menjadi semakin kesal hanya dengan memikirkannya. Bahkan dirinya sendiri tidak diizinkan masuk ke kamarnya setiap kali ia mengunjungi Richard, Kimberly, dan William sebelumnya.

"Apakah dia mencoba merayu Richard? Tidak mungkin! Aku tidak bisa membiarkannya melakukan itu. Richard seharusnya menjadi milikku!" Isabella mengatupkan rahangnya sambil menatap tajam ke arah Nalyssa.

Sementara itu, Simon juga terkejut saat mendengar hal itu. 'Eh? Dia masuk ke kamarnya. Richard tidak ingin orang luar masuk ke kamarnya selain William dan aku.'

"Kami tidak percaya padamu! Tuan pingsan setelah makan siang. Dia mungkin punya motif tersembunyi untuk mendekati Tuan kami. Paman Leo! Kenapa kau membelanya? Jangan bilang kau bersekongkol dengan wanita ini? Apa kau mengkhianati Tuan kami?! Beraninya kau?" Chef Albert juga melibatkan Paman Leo karena dia kesal padanya. Paman Leo terus memihak Nalyssa dan membelanya.

"Oh benar! Paman Leo-lah yang membeli bahan-bahannya!" Asisten Koki juga angkat bicara, sambil menunjuk Paman Leo.