Nayura, gadis SMA yang belum pernah mengenal cinta, tiba-tiba terikat janji pernikahan di usia yang penuh gejolak. Gavin juga remaja, sosok laki-laki dingin dan cuek di depan semua orang, namun menyimpan rasa yang tumbuh sejak pandangan pertama. Di balik senja yang merona, ada cinta yang tersembunyi sekaligus posesif—janji yang mengikat hati dan rasa yang sulit diungkapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadin Alina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10 : Jatuh atau Jatuh Cinta?
“Astagfirullah, kamu kenapa, sayang?”
Elda sontak berdiri dari sofa begitu melihat Nayura masuk dengan langkah pincang. Raut wajahnya berubah drastis—panik, khawatir, dan sedikit bingung. Ia langsung menghampiri putrinya yang tampak canggung saat mencoba melepas sepatu.
“Mama…”
Nayura sempat terkejut, tak menyangka kalau mamanya masih duduk di ruang tamu, menunggu dalam diam. Ia refleks menoleh ke luar rumah. Kosong. Tidak ada motor atau siapa pun yang mengantarkannya.
“Mama nungguin siapa?”tanyanya sambil pura-pura santai, meski lututnya cenat-cenut dan jantungnya masih belum tenang sejak kejadian tadi.
“Kamu kenapa jalannya aneh, gitu?” Elda tidak menjawab pertanyaannya, justru menatap lutut Nayura yang diperban.
Nadanya naik, “Ya Allah! Kamu jatuh?”
“Udah, Ma, nggak parah kok,” Nayura buru-buru menjawab. Ia duduk pelan di sofa dan menyembunyikan raut kesakitan.
“Tadi udah diobatin, serius.”
Elda berjongkok di depan putrinya, memandangi lutut yang terbalut perban putih itu. Ada bercak merah samar di ujung perban.
“Cerita ke Mama. Sekarang.”
Nayura menghela napas. Ia tahu Elda seperti itu bukan untuk memaksa, tapi memang benar-benar khawatir. “Tapi Mama janji jangan panik?”
“Janji. Tapi kamu cerita jujur.”
“Sepulang sekolah, aku sama Tessa mampir makan seblak di pinggir jalan kawasan H. Selesai makan kami langsung pulang. Nah, waktu di perjalanan masih baik-baik aja, ma. Bahkan, kami masih ketawa-ketiwi.” Tutur Nayura, mengingat setiap kejadian yang ia lalui.
“Trus?” tuntun Elda sebab Nayura berhenti bercerita. Nayura menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa kemudian, kembali menaruh atensi pada Elda.
“Nggak tahu tiba-tiba ada yag nabrak dan jatuh ma.” Lanjutnya.
“Astagfirullah!” Elda membekap mulutnya, nggak kebayang gimana syoknya Nayura saat kejadian.
"Orangnya tanggung jawab?” tanya Elda.
Matanya menerawang. Wajah pemuda yang menatapnya dalam diam di ruang IGD tadi melintas jelas di kepalanya. Bahkan senyum tipisnya yang hanya muncul satu detik itu masih terpatri. Nayura menganggukkan kepala.
“Bahkan, dia sampe nungguin dan anterin aku pulang ma.” Mengingat betapa bertanggung jawabnya Gavian terhadap dirinya. padahal mah, ada udang di balik bakwan si Gavian, mah! Bhahahahah🤭
“Wah, kok nggak di suruh masuk?” sedikit kaget dan terkesima sama si pelaku yang tetap tanggung jawab bahkan, sampe nganterin anaknya pulang. Banyak, di luaran sana orang memilih kabur dan meninggalkan korban begitu saja. Untungkan, orangnya bertanggung jawab, lega batin Elda.
“Nggak kepikiran.” Jawab Nayura nyengir, memang nggak kepikiran sih, tadi itu.
Nayura yang deg-degan dan nervous jadi nggak tahu harus gimana. Cuman pengen pergi secepat mungkin untuk menenangkan jantung yang demo.
Elda berdiri dan mengambil segelas air putih. Setelah memberikannya pada Nayura, ia bertanya lagi, “Tessa gimana? Dia nggak kenapa-kenapa?”
Mendengar nama tersebut, Nayura seolah tersadar dari khayalannya. Lagi-lagi membayangkan wajah Gavian. “Ma pinjam ponsel, dong!” menyodorkan tangannya kepada Elda.
Ia membuka WhatsApp dan langsung mengetik pesan suara. Beberapa detik kemudian, ia melakukan panggilan.
“Tessa? Lo nggak papa, kan?”
“Gue baik, lo ke mana aja? Nomor lo mati, HP lo kenapa?”
“Lowbat. Gue udah nyampe rumah.”
“Lo pulang sama siapa? Jangan bilang cowok itu—yang tadi itu—yang lo tatap kayak mau ditelan hidup-hidup itu?”
Tut!
Nayura buru-buru menekan tombol merah. Ia mengembalikan ponsel kepada Elda dengan senyum canggung.
“Makasih, Ma.”
“Tessa nggak papa?” tanya Elda.
“Nggak papa katanya ma, besok deh, aku jengukin.” Jelasnya, Elda manggut-manggut.
“Ma, aku mau ke kamar, ya!” pamitnya, tubuhnya masih ngilu-ngilu apalagi di area yang terluka.
“Di kamar bawah aja tidurnya, susah harus naik turun tangga.” Saran Elda, melihat Nayura yang berjalan pincang naik turun tangga membuatnya bergidik ngeri.
Nayura menganggukkan kepalanya, setuju dengan saran Elda. Ia kemudian bangkit berdiri dan berjalan dengan pelan menuju kamar yang di maksud oleh Elda.
Nayura tersenyum manis. Di dalam hatinya, kejadian hari ini berputar ulang seperti film pendek. Gavian. Suara rendahnya. Cara dia menghindari tatapan. Tatapan itu justru yang bikin hati Nayura berdetak nggak karuan.
Sementara itu, di rumah keluarga Mahendra
“Mpok Iyem!!”
Teriakan berat dan dalam menggema dari lantai dua rumah mewah bergaya klasik modern itu. Mpok Iyem, seorang wanita paruh baya berkebaya dan berkonde, langsung keluar dari dapur sambil menyeka tangan di celemek.
“Iya, Den! Ada apa?”
Di ruang tengah, seorang pemuda bertubuh tinggi dengan seragam sekolah masih lengkap tampak terbaring di sofa panjang. Wajahnya tampan, dengan rahang tegas dan sorot mata tajam yang hari ini tampak... kosong.
“Pijitin, Mpok. Bahu sama punggung.”
“Abis berantem lagi, Den?”
“Nggak, jatuh.” jawab Gavian tanpa menoleh.
Sensasi pijatan yang awalnya enak lama-lama berubah menjadi panas. Gimana nggak panas, tiba-tiba bayangan wajah Nayura terpintas di benaknya. Membuat hati di dalam sana menghangat dan menjalar ke seluruh tubuh.
Sebisa mungkin Gavian berusaha untuk melupakan bayangan cantik tersebut. Namun sayang, semakin dilupakan malah semakin teringat.
“Shit!” umpat Gavian.
“Kenapa den, apa ada yang sakit?” tanya mpok Iyem khawatir yang tentunya mendengar umpatan Gavian.
“Nggak kok, mpok!” jawab Gavian.
“Udah mpok aku mau ke kamar, makasih mpok!” ucap Gavian seraya berdiri.
Dahi mpok Iyem berkerut tapi, memang udah berkerut juga, sih! Memperhatikan sikap Gavian yang menurutnya aneh. “Den Gavian kenapa, ya?” monolognya kemudian memilih bangkit dari duduk.
...****************...
Gavian yang lagi stres karena di hantui oleh Nayura 😬😂
always always bagus!!
hebat!!! Udah cocok itu open comision
kondangan kita! Semur daging ada gak?
Setiap komentar dan dukungan kalian, sangat berharga bagiku. Membakar semangat untuk terus menulis🔥
Happy reading 🤗