Lin Muwan terkubur di makam kuno Permaisuri Qing dari Era Jingyuan yang tidak dikenal ketika menjalankan misi mencari jejak sejarah.
Namun, dia kemudian terbangun di tubuh selir Pangeran Kesembilan Dinasti Jing yang dibenci karena merupakan keturunan pemberontak. Lin Muwan kemudian menyadari bahwa dia datang ke masa saat Permaisuri Qing hidup.
Plum dan aprikot yang mekar di taman adalah kesukaannya, namun kehidupan yang bagus bukan miliknya. Hidupnya di ujung tanduk karena harus menghadapi sikap suaminya yang sangat membencinya dan masih mencintai cinta pertamanya. Dia juga mau tidak mau terlibat dalam persaingan takhta antara putra Kaisar Jing.
Pangeran Kedua yang lemah lembut, Pangeran Keempat yang penuh siasat, Pangeran Kesembilan yang dingin, siapakah di antara mereka yang akan menjadikannya Permaisuri? Dapatkah dia kembali ke kehidupan asalnya setelah hidupnya di Dinasti Jing berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 21: SUNGGUH TIDAK LAYAK
“A Yin,” panggil Murong Changfeng.
Saat ini dia berada di belakang Taman Fuxi. Di sana sepi dan tidak cukup terang. Satu-satunya yang terlihat hidup adalah bunga-bunga yang gugur.
Matanya menatap lembut pada sosok Sheng Jiayin yang berdiri di depannya. Sama seperti dia, tatapan lembut Sheng Jiayin membuatnya terdiam untuk sesaat.
Namun, tatapan itu kemudian hilang saat kepala Sheng Jiayin menunduk. Sebuah bisikan angin memberi tahu dia untuk tidak menatap Murong Changfeng terlalu lama.
Hatinya masih berharap bisa menghampirinya dan memeluknya. Tapi, dia sadar bahwa posisinya tidak memberinya hak untuk melakukan itu.
“Pangeran Kesembilan, mengapa tidak bergabung bersama mereka?”
“Terlalu ramai. Apakah kau masih marah padaku?”
Murong Changfeng masih merasa Sheng Jiayin marah padanya. Marah pada ketidakberdayaannya yang tidak bisa memperjuangkan pernikahan mereka.
Marah pada ketidakmampuannya membujuk Kaisar agar mengusir Lin Muwan pergi. Marah pada semua keengganannya melawan keadaan.
Karena kehadiran Lin Muwan, hubungan mereka menjadi renggang dalam tiga tahun ini. Sheng Jiayin seperti menarik diri dari perjalanan ini dan menjauh darinya.
Mereka hanya bisa bertemu pada saat-saat tertentu. Status dan kedudukan sudah memberi jarak, dan situasi buruk menjadikan mereka tidak bisa seperti dulu lagi.
“Aku tidak pernah marah. Pangeran, jika memang tidak bisa, maka jangan dipaksakan.”
“A Yin, maukah kau menungguku?”
Sheng Jiayin menyunggingkan senyumnya. Ini bukan sesuatu yang bisa diselesaikan dengan waktu.
Perbedaan menjadi semakin besar tatkala dia ingat sepert apa posisi mereka saat ini. Entah itu keluarga atau situasi pengadilan, semuanya tidak memberi mereka kesempatan untuk bersama lebih lama.
“Changfeng, bunga dan lebah pernah saling membantu. Namun saat bunga layu dan gugur, lebah akan mencari bunga lain. Jika harus mencari, maka kau dapat menemukan yang lebih baik dan lebih indah. Mengapa kau tidak mencobanya saja?”
“A Yin, kau ingin aku menerima Lin Muwan?”
“Nona Lin sangat baik. Dia juga pemberani. Aku sama sekali bukan tandingannya.”
“Jangan membandingkan dirimu dengannya!”
“Saat tenggelam di danau, aku pikir aku akan mati. Saat itu aku menyesal. Seandainya saja bisa mengatakan lebih banyak hal baik padamu sebelum kita berpisah hari itu, maka itu akan sangat baik. Tapi, Nona Lin mempertaruhkan nyawanya, mengesampingkan semua masalah di antara kita. Kau tahu, dia menggerakkan tangannya yang terluka untuk menarikku keluar dari air.”
Sheng Jiayin tahu Zhou Ying tangguh, tidak jauh dari laki-laki. Namun, ketangguhan yang ia lihat pada diri Lin Muwan adalah sesuatu yang lain.
Lin Muwan bertahan sendirian tanpa dukungan, namun tetap bersikap santai dan acuh tak acuh. Tatapannya yang seolah meremehkan situasi adalah sesuatu yang pertama kali ia lihat dalam hidupnya.
“Bukan hanya itu. Dia juga kembali menceburkan dirinya ke dalam air untuk menarikmu keluar. Dia bertahan di suhu dingin dan membiarkan dirinya kebasahan di tengah cuaca dingin. Dia berani menamparmu, membuka pakaianmu dan mengobati lukamu tanpa takut. Dia juga masih bisa bergerak membuat sebuah rakit sederhana untuk menyebrang dengan sisa tenaganya yang sedikit. Bahkan, dia masih bisa membawamu bersamanya. Changfeng, bisakah kau beri tahu aku, siapa di dunia ini yang dapat menandinginya? Berapa banyak perempuan sepertinya hidup di dunia ini?”
Wanita hanya tumbuh di kamar kerja. Bersosialisasi dengan orang lain hanya untuk mendapatkan koneksi agar memudahkan hidup di masa depan.
Setelah menikah, sepenuhnya mengabdi pada suami dan melayani keluarga. Terkekang dan terikat peraturan tak tertulis.
Tapi Lin Muwan tampaknya tidak bersedia menerima itu. Setelah kehilangan keluarga bukan hanya tidak mati, tapi mengubah cara pandangnya terhadap dunia. Mungkin itulah satu-satunya cara bertahan hidup dari serangkaian tragedi yang bisa membuat orang menjadi gila.
Sheng Jiayin tidak bisa seperti dia. Sampai kapan pun tidak akan mampu menandinginya.
Meski dia cantik dan berbakat dan keluarganya hebat, namun semua itu kalah jauh dari seorang Lin Muwan yang yatim piatu. Mungkin hal itu pula yang membuat Kaisar begitu mengistimewakannya.
“Pangeran, aku tidak berhak mencampuri urusan dalam kediamanmu. Tapi, aku ingin kau memperlakukan Nona Lin dengan baik, sama seperti kau memperlakukanku selama ini.”
“Tidak mungkin.”
Murong Changfeng tidak pernah menyangka kata-kata seperti itu akan keluar dari mulut Sheng Jiayin. Dia begitu sempurna, mengapa harus membandingkan diri dengan orang lain?
Lin Muwan punya ketangguhan, tapi Sheng Jiayin juga punya kelebihan. Menurutnya, hal itu tidak perlu diperdebatkan.
“Pangeran, cobalah untuk melihatnya dari arah lain. Aku tahu kau bukan orang yang tidak berperasaan.”
Kepala Murong Changfeng berdenyut. Kaisar menyuruhnya memperlakukan Lin Muwan dengan baik. Ia pikir itu saja.
Tapi malam ini, Sheng Jiayin juga menyuruhnya melakukan hal yang sama. Memangnya apa yang istimewa dari Lin Muwan?
“Pangeran, terjadi masalah!”
Zifang membelah suasana dengan terburu-buru. Dia menunduk saat melihat Sheng Jiayin.
“Ada masalah apa?”
“Nona Lin menembakkan anak panah pada Nona Zhou dan membuatnya tercebur ke dalam kolam.”
Tadinya Murong Changfeng tidak ingin peduli. Namun saat dia ingat perkataan Kaisar yang misterius itu, dia tidak bisa tidak peduli.
Lin Muwan tidak bisa diabaikan lagi. Keengganan yang selama ini menutupi dirinya dari wanita itu perlahan menyingkir tanpa disadari.
“Harusnya aku tidak membawanya kemari.”
Murong Changfeng lantas meninggalkan taman belakang dan pergi ke taman depan. Sheng Jiayin setengah berlari saat melihat Zhou Ying baru naik dari kolam.
Pakaiannya basah kuyup dan terdapat luka seperti sayatan kecil di pipinya. Kemarahannya terlihat sangat jelas.
Sementara itu, Lin Muwan justru tetap tenang. Ditatapnya Zhou Ying tanpa kepedulian seakan-akan bukan orang penting.
Dia bahkan memainkan jemarinya dan menggerakkan tangannya, lalu menguap. Secara tidak terduga dia telah menciptakan keramaian.
“Saudara Kesembilan sungguh beruntung. Selir kecilmu itu baru saja menciptakan pertunjukkan bagus untuk dilihat. Sayang sekali kau tidak menyaksikannya,” cibir Murong Zhiyang.
Murong Changfeng melihat anak panah tertancap di pohon plum. Laporannya memang benar. Zhou Ying biasanya sangat berhati-hati meski suka bertindak terang-terangan. Jika dia tidak menyinggung Lin Muwan lebih dulu, maka tidak mungkin Lin Muwan menembaknya dengan panah secara sengaja.
“Kau yang menembaknya?”
“Kau buta ya? Selain aku, siapa lagi yang mungkin jadi pelakunya?”
Tidak menyangkal dan tidak membela diri, sungguh gaya yang unik. Takutnya tidak seorang pun bersedia bersaksi untuknya jika ingin membuktikan diri tidak bersalah. Lin Muwan nyatanya lebih memilih menghadapinya ketimbang bersembunyi dan membuat banyak alasan.
“Kau harusnya tahu A Ying adalah putri Guru Agung Kekaisaran. Kau tidak bisa menyinggungnya secara sembarangan.”
“Lalu apakah aku harus diam saja melihat orang membunuhku? Aku tidak keberatan kau tidak membelaku. Tapi, setidaknya jangan menjadi orang munafik yang suka pura-pura. Menjijikan.”
“Pangeran Kesembilan, kau lihat sendiri, kan? Lin Muwan tidak tahu diri dan sangat lancang. Dia melukai wajahku!”
“Diamlah. Pergilah untuk berganti baju dan obati lukamu.”
Sheng Jiayin yang berdiri di samping Zhou Ying segera membantunya. Tidak boleh banyak bicara dalam masalah kali ini. “Ayo, aku bantu kau membersihkan diri.”
“Lin Muwan, keberanianmu semakin besar.”
“Kaisar memberiku keberanian ini. Kenapa? Keberatan? Kalau begitu kau ajukan saja keluhan pada Kaisar. Biyi, pestanya tidak seru. Ayo kembali ke kediaman. Orang-orang ini sungguh tidak layak.”
Orang-orang tak menyangka Nona Lin tidak peduli pada masalah yang sudah dibuatnya. Mereka lebih tidak menyangka Pangeran Kesembilan tidak mengejarnya atau memaksanya mengakui kesalahan dan meminta maaf. Bahkan, dia membiarkan Lin Muwan pergi begitu saja.
“Saudara Kesembilan, bagaimana kau akan mengatasi masalah ini? Guru Agung Kekaisaran mungkin memerlukan penjelasan untuk putrinya.”
“Kakak Keempat tidak perlu khawatir atas urusan keluargaku. Lebih baik kau pikirkan baik-baik bagaimana cara menjelaskan insiden perburuan itu kepada ayahanda.”
pengen getok aja tu kepala si changfeng
pada akhirnya jadi fatner yg sangat cocok karna tujuan yg sama