NovelToon NovelToon
Terbelenggu Takdir Ke 2

Terbelenggu Takdir Ke 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Hafsah bersimpuh di depan makam suaminya, dalam keadaan berbadan dua. Wanita berjilbab itu menumpahkan rasa lelah, atas kejamnya dunia, disaat sang suami tercinta tidak ada lagi disisinya.

Karena kesalahan dimasa lalu, Hafsah terpaksa hidup menderita, dan berakhir diusir dari rumah orang tuanya.

Sepucuk surat peninggalan suaminya, berpesan untuk diberikan kepada sahabatnya, Bastian. Namun hampir 4 tahun mencari, Hafsah tak kunjung bertemu juga.

Waktu bergulir begitu cepat, hingga Hafsha berhasil mendapati kebenaran yang tersimpan rapat hampir 5 tahun lamanya. Rasa benci mulai menjalar menyatu dalam darahnya, kala tau siapa Ayah kandung dari putrinya.

"Yunna ingin sekali digendong Ayah, Bunda ...." ucap polos Ayunna.

Akankan Hafsah mampu mengendalikan kebencian itu demi sang putri. Ataukah dia larut, terbelunggu takdir ke 2nya.

SAQUEL~1 Atap Terbagi 2 Surga~
Cuma disini nama pemeran wanitanya author ganti. Cerita Bastian sempat ngegantung kemaren. Kita simak disini ya🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 22

Air mata Hafsah luruh kembali. Dadanya bergetar, hingga terasa berat hanya untuk bersura.

"Nggak, Mbok! Ayuna akan selamanya menjadi putriku, dan juga putri mas Raga! Jikapun dia tahu kalau Ayuna putri kandungnya, maka aku tidak akan membiarkan dia membawa pergi putriku! Sakit, Mbok! Sakit sekali! Dia lari dari tanggung jawabnya, dan dengan tenang melanjutkan hidup tanpa beban. Sementara disini ... Aku dan mas Raga yang menjadi korban kebusukan ulahnya! Jangankan berusaha memberi kabar, menghubungi kita saja tidak! Dan setelah sekian lama dia baru kembali, terus mau minta maaf begitu saja. Tidak semudah itu, Mbok!"

Tangisan Hafsah semakin menjadi, hingga dia menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Dadanya terasa sesak, hingga untuk bernafas saja terasa sulit.

Melihat itu, mbok Nah mendekat. Dia mengusap pundak Hafsah yang saat ini tengah bergetar kuat. Tidak dapat dia pungkiri. Jika saja dulu Raga tidak mau menggantikan tanggung jawab Bastian, akan seperti apa nasib Hafsah saat ini. Pasti banyak orang yang menggunjingnya. Kalaupun dia sendiri yang menerimanya tidak apa, tetapi ada darah tak berdosa yang juga harus menanggung akibatnya.

"Sudah, lebih baik tenangkan dirimu dengan Sholat dulu! Sudah adzan magrib, Simbok mau ke masjid dulu!"

Hafsah mengangguk. Dia mengatur kembali nafasnya. Mbok Nah sudah bangkit, dan berjalan kebelakang untuk mengambil mukena dan sajadahnya.

Ayuna~bocah kecil itu rupanya sudah terlelap diatas kasur lantai depan televisi. Dia begitu menikmati dongeng yang dibacakan oleh Dista tadi. Dan sekarang, Hafsah mengangkat tubuh kecilnya, untuk dipindahkan kedalam kamar tidur.

Surai hitam agak bergelombang itu, kini diusap oleh jemari lentik sang Bunda. Wajah Ayuna begitu damai, seakan belum ada satu noda yang menempel dalam jiwanya. Namun, sekarang ... Tidak hanya satu titik noda yang tertinggal. Melainkan siraman kotoran yang mendadak orang lain berikan. Se kecil Ayuna tidak pernah merasakan yang namanya pelukan, gendongan, bahkan usapan hangat dari seorang Ayah. Dia memiliki seorang kakek, namun perannya hanya sebatas kalimat saja. Hafsah membesarkannya seorang diri, kala suami tercintanya sudah pergi.

Namun itulah kehidupan. Si pemberi luka akan semakin berjaya, hidup mudah tanpa beban. Daripada si penikmat luka. Ujiannya akan semakin dalam, bertambah disetiap tarikan nafasnya.

"Sayang, Yuna akan selamanya menjadi putrinya Ayah! Ayah menyayangi Yuna, melebihi dirinya sendiri. Ayah sudah menyiapkan semuanya untuk Yuna, sebelum Yuna lahir! Semoga kelak, kita akan sama-sama dapat berjumpa dengan Ayah!"

Cup!!!

Hafsah mendaratkan satu kecupan hangat pada kening Ayuna, sebelum dia beranjak untuk melaksanakan sholat.

*

*

*

*

Bastian merasa aneh, wanita disampingnya itu sejak tadi hanya diam. Bukan karena dia gugup atau salah tingkah, bukan! Diamnya adalah diam yang begitu tenang. Diam tanpa tuntutan apapun. Seakan, dengan diamnya itu, Ainun dapat menjaga fitrahnya menjadi perempuan.

Hingga mereka berdua berhenti diteras samping. Didepan terdapat kolam renang, yang dihiasi lampu taman indah. Bastian mempersilahkan Ainun untuk duduk, lalu dia mengambil duduk dibangku sebrang.

Ainun memandang air kolam didepannya, yang kini terasa tenang seperti tatapannya. Senyum tipis terukir dari bibirnya, entah apa yang dia tangkap dari pandangannya kini.

Merasa lelah, Bastian terdengar menghela nafas dalam. Hingga dia mulai membuka suara.

"Apa kamu menerima perjodohan ini?" tanya Bastian menatap Ainun.

Tanpa menoleh Bastian, Ainun hanya menjawab, "Tergantung!"

Bastian semakin dibuat bingung, dengan jawaban singkat wanita didepannya kini. "Maksudmu? Tergantung bagaimana?"

Baru Ainun menoleh. Dia menatap Bastian tanpa adanya tuntutan, "Tergantung apa yang dapat aku menangkan, jika pernikahan kita terlaksana!"

"Aku semakin tidak mengerti dengan kalimatmu?" kata Bastian yang masih mengernyitkan dahinya.

Ainun memutus tatapanya. Senyum tipis kembali terukir dari bibirnya. Dia menunduk sekilas, lalu menatap kedepan kembali. Nafasnya begitu teratur. Perlahan dia mulai menjelaskan.

"Wanita fitranya dikejar, bukan mengejar! Jika dari pernikahan kita nanti aku mendapatkan cinta yang setara, maka aku akan menerima perjodohan itu. Tetapi jika tidak, maka aku tidak dapat memaksakan kehendak! Setiap orang memiliki pandangan tersendiri tentang cinta. Banyak pernikahan yang terlaksana, namun kosong karena tidak ada cinta dan kasih didalamnya. Dan mereka hanya menjalaninya sebagai tuntutan, bukan keikhlasan!" Ainun lalu menoleh kearah Bastian sejenak, melihat bagaimana ekspresi pria disebrangnya itu. Lalu dia kembali menatap lurus.

Bastian terdiam sejenak. Dahinya masih berkerut, mencoba memahami kalimat Ainun. Namun seakan mendapat jawaban, baru dia membalas ucapan wanita itu.

"Namun semua ada tahapnya! Cinta tidak datang semudah orang membalikan telapak tangan! Jika kamu menuntut akan mendapatkan cinta dengan cara singkat, maka luka lah yang akan kamu terima mendatang! Cinta tumbuh seiringnya waktu. Jadi kita tidak dapat menyimpulkan, jika hanya melihat dari seberapa cepat lamanya."

Ainun kembali tersenyum tipis. Dia menatap kembali kearah Bastian. Tatapanya kali ini mengunci. Korneanya menusuk pupil mata Bastian, sambil berkata, "Salah satu cinta adalah tidak mendebat! Yang artinya kamu tahu ... Diantara kita memang tidak tercipta untuk bersama. Jikapun kita memaksakan, maka yang ada hanyalah luka. Seperti yang kamu ucapkan tadi. Sesingkat apapun pertemuannya, jika cinta sudah tertanam, maka tidak akan menimbulkan perdebatan!"

"Setelah ini, mari kita bicarakan terhadap orang tua kita dengan cara baik-baik!"

"Aku setuju denganmu!"

Obrolan singkat itu rupanya mendapat jawaban yang semestinya. Cinta memang tidak pernah datang dengan cara mendebat, atau di pedebat. Mengenal tidak harus saling mencinta. Dan pernikahan, datangnya bukan dengan tuntutan.

Setelah itu, Bastian dan juga Ainun bangkit kembali. Mereka beranjak menuju ruang tengah, yang dimana dua keluarga itu sudah menanti mereka.

"Kenapa cepat banget, Bas!" bisik nyonya Dina, begitu sang putra duduk kembali disebelahnya.

"Nggak cocok, Mah!" bisik Bastian. Namun kedua matanya menatap kearah tempat duduk Ainun.

Betapa elegantnya wanita itu. Apakah dia sudah sering mendapat perjodohan seperti itu? Apa dia juga sering, mendapat penolakan-penolakan dari pihak tersangkut? Ataukan dengan cara itu, dia menjaga cintanya? Caranya menolak penuh dengan jebakan. Jebakan yang terbaluk kalimat indah, sehingga tidak membuat pihak tersangkut tersakiti.

Siapakah Ainun sebenarnya?!!!

Karena tidak ingin terlalu basa-basi, Ainun mulai menjabarkan apa yang tadi dia bahas dengan Bastian. Semula-mula dia menarik nafas pelan,

"Maafkan saya, jika tidak dapat melanjutkan perjodohan ini! Saya dan Bastian bukan orang yang memiliki sifat dan pendirian yang sama. Kami sudah sepakat untuk tidak melanjutkan acara perjodohan ini! Saya harap, pihak keluarga dapat menghargai keputusan kita berdua, tanpa adanya perasaan terluka satu sama lain! Terimakasih."

Kedua orang tua masing-masing hanya dapat mengangguk pasrah, sambil tersenyum tipis.

"Gading, Dina ... Jika sudah seperti ini, orang tua hanya dapat mengikuti keputusan putra, putri kita! Semoga tali silaturahmi ini dapat terjalin indah, hingga anak cucu kita nanti!" ucap tuan Dirga menatap tuan rumah secara bergantian.

"Baik, Mas! Kami hargai keputusan mereka," jawab tuan Gading.

Keluarga tuan Dirga memutuskan untuk pamit, karena perjodohan itu tidak menemukan titik baiknya. Setelah tuan Gading dan nyonya Dina kembali mengantarkan tamunya, mereka berdua kini duduk ketempat semula sambil mendesah dalam.

Bastian masih disana. Dia diam, namun pikiranya terdengar berisik. Surat itu? Bastian sontak teringat dengan sepucuk surat yang telah diberikan oleh Nenek sahabatnya~Ragantara.

Tanganya terulur meraba saku celana, memastikan benda beharga itu masih diam ditempatnya.

"Mau kemana, Bas?" tegur nyonya Dina, saat melihat putranya baru bangkit.

"Duduklah dulu, Papah belum selesai berbicara!"

Bastian terpaksa duduk kembali. Dahinya berkerut, jelas sekali dia ingin tahu apa yang diinginkan sang Ayah.

"Ainun wanita yang baik! Dia terjaga, dan begitu penurut. Orang tuanya ingin dia agar segera menikah, tetapi nihil yang mereka dapatkan!" gumam tuan Gading. Setelah itu dia menatap putranya, "Kenapa kamu menolaknya, Bastian? Dia baik, cantik, berpendidikan, sama dengan Aisyah! Lalu, seperti apa yang kamu inginkan-"

"Tapi Ainun bukanlah Aisyah, Pah! Dan selamanya tidak akan pernah menjadi Aisyah!" Sahut Bastian merasa tidak terima. Dia paling tidak bisa, jika Aisyah dibandingkan dengan wanita manapun.

"Kalau kamu mencintainya, kenapa dulu tidak mengutarakan pada kedua orang tuanya, Bas? Aisyah pasti juga membutuhkan kepastian!" sela nyonya Dina sambil menyerongkan duduknya.

Bastian mendesah dalam. Entah mengapa bayangan Hafsah kala menangis, kini terlintas didepannya dengan tragis.

Tanpa menjawab apa-apa, dia langsung bangkit berjalan menuju lantai dua. Sementara orang tuanya, kini mereka berdua saling melempar tatap tidak mengerti.

1
Sunaryati
Kamu salah cari lawan Reza, jangan berani hanya dengan wanita, ini ada Bastian lelaki biadap yang akan jadi pahlawannya
Sunaryati
Semangat Hafsah, jadilah ibu yang tangguh
Septi.sari: 😊🙏🙏❤nantikan update selanjutnya ibu.
total 1 replies
Sunaryati
Itulah jika bertindak tanpa dipikir dulu akhirnya dihinggapi penyesalan. Tapi jika niatmu sungguh-sungguh, mudah- mudahan masih ada waktu memperbaiki kesalahan
Septi.sari: iya bu, semoga niat bastian sungguh2.🤧
total 1 replies
Sunaryati
Wah ternyata banyak yang tertarik sama Hafisyah, sayang masa mudanya dihancurkan teman- temannya.
Septi.sari: hai ibu sunaryati selamat mebaca cerita sederhana ini❤🙏
total 1 replies
yumi chan
thor lps ini bt hafisah pergi jauh sm anknya thor..stlh bas tau kalau dia punyn ank stlh kjdian itu...bt bas mkn berslh dn gla di tgl pergi kauh sm hafisah....sbd kt maaf tdki ckp dgn apa yg di lkukn..
Septi.sari: kak, terimakasih sudah mampir dicerita sederhana ini. nantikan bab selanjutnya ya❤❤🤗
total 1 replies
Tunjiah
aq sika cerita nya. ngk ber tele2
Septi.sari: kak terimakasih banyak, 🙏🙏❤❤🤗
total 1 replies
yumi chan
good jod thor
Septi.sari: kak selamat membaca, dan nantikan updatan terbarunya🙏❤❤
total 1 replies
Nadiaaa
ceritanya bagus
Septi.sari: maa syaa allah kak, terimakasih bintangnya😊🙏❤❤
total 1 replies
Nadiaaa
lanjut thor
Septi.sari: baik kak❤🙏
total 1 replies
Elly Irawati
pengen tak cakar" tuh ya wajah si pus pus😡
Septi.sari: gas dek ell, 🤣🤣🤣
total 1 replies
Elly Irawati
lanjut gais, ditunggu up selanjutnya😍😍💪💪
Septi.sari: macih dekk ell😍🤗
total 1 replies
CF
wduh sya suka kota mlang
Septi.sari: Saya juga suka kak, walaupun saya asli jawa tengah😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!