Genre : Fantasi, Fantasi-Isekai, Action, Harem, Romance, Adventure, Reinkarnasi, Isekai, Magic, Demon, Royal.
[On Going]
- Sinopsis -
Setelah berkali-kali di bully oleh orang kaya. Sion yang sudah tidak tahan dengan semua itu, akhirnya meluapkan amarahnya.
Sampai akhirnya kepuasannya berakhir dengan bunuh diri. Dan dia tidak menyesalinya, seperti kebanyakannya dia bereinkarnasi di dunia lain.
Apakah Sion akan mencoba meraih puncak? Tetap dibully? Atau sebaliknya dia membully?
- Untuk jumlah kata ga full 1k yah gaes, kadang cuma 800 atau bisa aja lebih sampai 1,5k kalau benar-benar niat. Kalau agak sibuk yahh, antara 1k atau 800+ doang.
- Up-nya yah suka-suka aku wkwk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 : Menuju Turnamen
[Sion PoV]
Akhirnya ini hari keberangkatan kami menuju turnamen antar kerajaan. Kerajaan yang dituju adalah kerajaan Huarian.
Kabarnya tiga orang yang mewakili mereka memiliki kekuatan yang begitu kuat. Tapi, apapun itu aku tetap harus menang.
Didalam kereta kuda aku duduk bersebelahan dengan Liana. Dan disamping Liana ada Vena—Pengawas ujianku di guild.
Aku tidak menyangka bisa menemuinya lagi. Vena ditugaskan untuk menjaga kami berdua, karena disini kami pergi dengan terpisah. Pahlawan dengan Trisstan dibawah oleh pengawal pilihan raja.
Berbeda dengan mereka aku hanya bersama Vena dan Liana, raja sialan itu tidak perduli denganku. Yang ia pikiran hanya keselamatan si pahlawan dan ksatria kerajaannya itu.
Dan karena kami masih dalam penyamaran Vena tentu saja tidak mengenali kami. Sejauh ini ia hanya diam menatap keluar jendela, sesekali berbincang dengan Liana.
Waktu berlalu, hari mulai gelap menandakan malam akan tiba. Angin dingin berhembus meniupi tenda kami yang sudah berdiri.
"Leon, apa kau bisa menggunakan sihir api?" tanya Vena padaku.
Aku menggelengkan kepalaku. "Kalau api, Liana lebih hebat soal itu."
Vena kemudian menatap Liana, isyarat untuk menyalakan api. Agar ada kehangatan yang menyelimuti kami saat malam yang dingin ini.
Dengan satu jentikkan jarinya, Liana menciptakan api yang membakar kayu-kayu yang disiapkan Vena. Yah, itu berhasil membuatku merasa lebih hangat dari sebelumnya.
"Jadi, kaulah yang mengikuti turnamen antar kerajaan kali ini?" tanyanya.
"Benar, apapun yang terjadi aku harus memenangkan ini."
"Heh, perkataan bodoh." Vena menghembuskan napasnya, lalu melanjutkan. "Orang-orang dari kerajaan Huarian jelas sekali memiliki kekuatan yang kuat. Dibandingkan dirimu, kau tidak ada apa-apanya."
Perkataannya ada benarnya, aku bisa mencapai titik ini hanya karena keberuntungan. Aku tidak tau apakah keberuntungan akan tetap memihak-ku saat turnamen nanti.
"Aku tau itu..." Aku kemudian mengepalkan tanganku sekuat mungkin. "...Tapi, untuk mencapai tujuanku, apapun akan kulakukan."
Liana yang sedari tadi hanya diam tiba-tiba menerobos. "Dengar yah." Ia memegangi bahu Vena. "Sekuat apapun kau mengomeli-nya, dia tidak akan mendengarkanmu. Dia bahkan tidak mau mendengarku juga, dia ini memang keras kepala."
Itu terdengar seperti ejekan bagiku.
Akhirnya malam berlalu, kami melanjutkan perjalanan. Entah apa yang terjadi Liana dan Vena nampak lebih dekat. Vena juga lebih sering tersenyum, yeahh... Senyumannya memang semanis itu.
...(Vena, btw itu kuda di tangannya abaikan aja!😭)...
...---...
[Vena PoV]
Sudah sekitar 14 hari kami didalam perjalanan, akhirnya terlihat kerajaan Huarian dengan bangunan-bangunannya yang tinggi.
Aku langsung membawa dua orang dibelakangku untuk masuk kedalam kerajaan ini. Sejujurnya aku masih ragu dengan pria berambut putih ini, didalam turnamen kerajaan bisa saja ketidaksengajaan terjadi dan mengakibatkan ia terbunuh.
Jika itu terjadi maka semua hal yang ia ucapkan sebelumnya tidak akan bisa dicapai samasekali. Aku tidak merasakan mana yang kuat padanya, dan entah kenapa pedang yang ia bawa terasa tidak asing bagiku.
Kami langsung memasuki arena untuk mengurus beberapa hal. Setelah menghabiskan waktu yang cukup lama akhirnya semua selesai.
Sekarang tinggal menunggu siapakah yang akan jadi lawannya Leon.
Tiga orang perwakilan dari Kerajaan Huarian benar-benar memiliki mana yang kuat. Antara lain, Lynoir Fallen, Pain Manabu dan yang terakhir...
Kizumi Thirta.
Pria itu memiliki mana yang jauh lebih kuat dari kedua orang disampingnya. Aku hanya bisa berharap agar Leon tidak melawan pria itu.
Setelah selesai akhirnya Leon diberikan kertas yang berisi lawannya. "Coba buka itu," desakku tidak sabar.
Ia membukanya, wajahnya tetap datar. Seakan tidak terjadi masalah besar, itu berarti dia mendapatkan lawan yang mudah, kan?
Aku mendekat untuk melihat, dan yang tertulis di kertas... Tidak mungkin, kan? Dia akan melawan... Kizumi Thirta.
Aku langsung menghampiri orang yang memberikan kertas itu. "Hei, kenapa pembagiannya tidak adil begini? Siapa yang membaginya?"
Orang itu menjawab. "Kami tidak tau, hanya saja raja menginginkan pertarungannya begitu."
Raja mereka? Sepertinya mereka memang mengincar yang lebih lemah. Leon tidak akan bertahan melawan pria itu, dan aku juga tidak bisa menghentikan ini.
Setidaknya jika kalah, Leon tidak boleh mati. Aku akan menyelamatkannya nanti.
"Nona Devolica telah tiba!"
Sorakan orang-orang terdengar saat gadis berambut biru keluar dari kereta kuda. Gadis itu... Kalau tidak salah yang saat itu mengikuti ujian di guild, kan?
Jadi sebenarnya dia adalah Tuan putri.
Mungkin aku bisa membicarakan ini dengannya. Aku kemudian mendekatinya, lalu. "Nona Devolica, bisakah saya berbicara dengan anda? Ada hal penting yang ingin saya bahas."
Orang disampingnya itu awalnya menolak, tapi Tuan putri menerimanya dan membawaku kedalam kereta kuda. Ia sepertinya memasang penghalang agar pembicaraan kami tidak bisa didengar sama sekali oleh orang lain.
"Jadi? Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Kau adalah gadis yang saat itu mengikuti ujian di guild, kan?" tanyaku langsung.
"Kau benar, lalu?"
"Aku mohon padamu. Leon Valencia, dia mendapatkan lawan yang tidak seimbang sama sekali. Dan ini kelihatannya sudah diatur oleh Raja Huarian."
"Jadi kau ingin bilang, kalau mereka sengaja membuat Leon mendapatkan lawan yang terlalu kuat?" Ia memegangi dagu, terlihat berpikir. "Aku tidak bisa membantu dalam hal ini, namun jika mendapatkan bukti bahwa ini rencana Raja itu maka aku akan bisa membantumu."
Mendapatkan bukti itu sulit, terutama karena orang itu adalah Raja. Bagaimana caraku untuk mendapatkan bukti? Jika tidak maka, Leon...
"Dan juga..." Devolica itu menggantung kalimatnya sebelum melanjutkan. "Sebaiknya kau lebih mempercayai Leon, bocah itu tidak selemah yang terlihat," katanya dengan senyuman menawan diwajahnya.
Lebih percaya padanya...?