NovelToon NovelToon
Dunia Yang Indah

Dunia Yang Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Kebangkitan pecundang / Spiritual / Persahabatan / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Di balik gunung-gunung yang menjulang,ada dunia lain yang penuh impian. Dunia Kultivator yang mampu mengendalikan elemen dan memanjangkan usia. Shanmu, seorang pemuda desa miskin yang hidup sebatang kara, baru mengetahuinya dari sang Kepala Desa. Sebelum ia sempat menggali lebih dalam, bencana menerjang. Dusun Sunyi dihabisi oleh kekuatan mengerikan yang bukan berasal dari manusia biasa, menjadikan Shanmu satu-satunya yang selamat. Untuk mencari jawaban mengapa orang tuanya menghilang, mengapa desanya dimusnahkan, dan siapa pelaku di balik semua ini, ia harus memasuki dunia Kultivator yang sama sekali asing dan penuh bahaya. Seorang anak desa dengan hati yang hancur, melawan takdir di panggung yang jauh lebih besar dari dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penjaga yang Ketakutan dan Perjalanan Menuju Hutan

Jam satu siang, dengan ketepatan internal yang dimilikinya, Shanmu terbangun dari tidur siangnya yang singkat. Tubuhnya terasa segar dan penuh tenaga, seolah-olah luka semalam hanyalah ilusi. Ia langsung menuju dapur penginapan, di mana aroma makanan siang sudah menggoda.

Koki Zhao, yang sedang membersihkan peralatan masak, segera menyadari kehadirannya. "Sudah bangun, Nak? Ayo, makan siangmu sudah kusiapkan." Ia mengeluarkan sebuah nampan berisi nasi putih pulen, semangkuk sayur bening dengan jagung muda, dan beberapa potong tempe goreng dengan sambal terasi di sampingnya. Makanan sederhana namun mengenyangkan.

Shanmu menerimanya dengan kedua tangan, membungkuk berterima kasih. "Terima kasih, Paman Zhao." Ia lalu duduk di bangku panjang di sudut dapur dan menyantap makanannya dengan lahap namun tetap memperhatikan etika.

Setelah selesai, ia mengembalikan nampan kosong dan kembali mengucapkan terima kasih. "Makanannya enak, Paman Zhao."

Koki Zhao tersenyum, meski matanya masih penuh keheranan melihat Shanmu yang sudah pulih sepenuhnya. "Sudah, sudah. Pergilah. Hati-hati di jalan."

Shanmu mengangguk, lalu berjalan menuju ruang depan. Di sana, Paman Gong dan Tuan Yao masih terlihat sedang berbicara dengan serius di balik konter. Suara mereka rendah, dan ekspresi mereka tampak penuh perhatian. Shanmu tidak ingin mengganggu. Ia mendekat dengan sopan, lalu membungkuk.

"Paman Gong, Tuan Yao, aku akan pergi sekarang untuk menemui Lanxi seperti janji kami," ucapnya.

Percakapan mereka terhenti. Paman Gong menatapnya, matanya penuh dengan perhatian yang kompleks. Kasih sayang, kekhawatiran, dan keheranan yang belum terjawab. "Baik, Nak. Hati-hati, ya. Dan... jangan pulang terlalu larut."

Tuan Yao hanya mengangguk singkat, matanya masih menyelidik.

Setelah berpamitan, Shanmu melangkah keluar dari penginapan. Sinar matahari siang menyorotnya, tetapi langit tampak mendung, menandakan cuaca yang lebih dingin dari biasanya. Ia berjalan dengan langkah riang menuju gerbang kota utama, tempat ia dijanjikan bertemu Lanxi.

Sesampainya di gerbang, dua penjaga berseragam berdiri dengan tombak di tangan. Salah satunya adalah pria berwajah dingin yang pernah ia temui sebelumnya. Yang satunya lagi... adalah pria paruh baya yang menjadi "korban" ilusi hantu Shanmu beberapa hari lalu.

Shanmu, dengan sikap sopannya yang alami, langsung membungkuk menghormat pada kedua penjaga. "Selamat siang, Tuan-tuan Penjaga."

Penjaga yang dingin hanya membalas dengan anggukan singkat. Namun, penjaga yang satunya, sebut saja Penjaga Li langsung menegang. Matanya membelalak sedikit, dan ia menelan ludah dengan susah. Jantungnya berdebar kencang seperti genderang perang.

Ini dia! Siluman gunung yang bisa menghilang tiba-tiba!

Pikirnya, keringat dingin mulai membasahi punggungnya di bawah seragamnya. Sebagai seorang Pejuang Besi Awal, ia tahu batas kemampuannya. Jika makhluk di depannya benar-benar siluman gunung yang menyamar, ia tidak akan punya peluang. Tapi rasa takutnya bukan tanpa dasar. Di Kota Mata Angin, tempat asalnya sebelum ditugaskan ke Kota Lama, benar-benar ada legenda tentang Siluman Ular yang dijuluki "Ratu Medusa". Konon, makhluk itu berwujud wanita cantik mempesona namun bisa berubah menjadi ular raksasa yang memangsa kultivator, bahkan Pejuang Emas sekalipun. Pengalaman melihat Shanmu "menghilang" secara misterius telah membakar imajinasinya yang sudah dipenuhi oleh cerita-cerita seram itu.

Shanmu, yang tidak menyadari badai ketakutan dalam diri Penjaga Li, memutuskan untuk menunggu di samping gerbang, berdiri dengan tenang. Ia memilih posisi di dekat Penjaga Li, karena merasa penjaga itu tampaknya lebih... "ramah" berdasarkan ekspresi terkejut yang ia salah artikan sebagai perhatian.

Ini adalah kesalahan besar bagi Penjaga Li. Setiap inci kedekatan Shanmu bagai jarum yang menusuk-nusuk sarafnya. Ia berusaha menjaga wajahnya tetap netral, tetapi otot-otot di rahangnya bergetar. Aku tidak akan melawannya, tekadnya dalam hati. Tapi jika dia menunjukkan tanda-tanda berubah, aku akan berteriak sekencang-kencangnya. Biar seluruh kota tahu. Aku ingin melihat kapan siluman ini menampakkan wujud aslinya!

Sementara itu, Shanmu yang merasa Penjaga Li terus menatapnya, membalas dengan senyum polosnya yang paling tulus dan cerah, lalu mengangguk lagi sebagai bentuk sapaan ramah.

Senyum itu, di mata Penjaga Li yang sudah dipenuhi prasangka, adalah senyum menggoda yang penuh tipu muslihat, seperti ular yang akan menerkam. Keringat dinginnya semakin deras.

Kemudian, Shanmu merasa kakinya menginjak sesuatu yang kecil dan keras. Ia menunduk dengan reflek untuk melihat. Itu hanyalah sebuah batu kecil yang permukaannya halus dan berwarna menarik. Gerakannya sederhana dan alami.

Namun, bagi Penjaga Li yang sedang waspada setengah mati, gerakan Shanmu yang tiba-tiba dan cepat itu adalah sesuatu yang mengerikan. Dalam ketakutannya, ia melihat gerakan itu sebagai sebuah "kelelahan samar", seolah-olah bayangan Shanmu tertinggal di tempat selama beberapa detik sebelum menyusul tubuhnya yang sudah membungkuk. Itu adalah tanda kecepatan yang tidak wajar bagi manusia biasa!

"Aahhwwwwwww…"

Desisan jerit ketakutan yang tertahan keluar dari mulut Penjaga Li. Suaranya parau dan gemetar. Ia berusaha menahannya, karena "siluman" itu belum menunjukkan tanda-tanda menyerang.

Shanmu, yang mendengar suara aneh itu, mengangkat wajahnya. Ia melihat Penjaga Li yang wajahnya pucat dan berkeringat. Khawatir penjaga itu tidak enak badan, Shanmu memberikan senyum cerahnya lagi, maksudnya untuk menyemangati. "Tuan Penjaga, apa kau baik-baik saja?"

Senyum cerah itu adalah pukulan terakhir. Penjaga Li merasa seperti melihat bunga beracun yang sedang mekar. Ia hampir saja memberondong dengan teriakan memekakkan telinga.

"Aaauuwwww haaaaaaa!!"

Teriakan kali ini lebih keras dan lebih tidak terkendali, memecah kesunyian siang yang mendung. Beberapa warga yang sedang keluar masuk gerbang dan pedagang di dekatnya menoleh ke arah mereka dengan ekspresi bingung dan penasaran.

Shanmu benar-benar terkejut. Ia melompat kecil ke belakang, tangan refleks menempel di dadanya. Matanya membulat penuh keheranan dan kekhawatiran. "T-Tuan Penjaga? Kenapa? Apa ada binatang buas?!" Ia dengan sigap melihat ke sekeliling, bersiap untuk melindungi penjaga yang tampak ketakutan itu.

Penjaga Li, yang kini menjadi pusat perhatian, wajahnya memerah membara karena malu yang tercampur rasa takut. Ia menundukkan kepalanya, mencoba menyembunyikan wajahnya, dan menggenggam tombaknya hingga knukel-nya memutih. "T-tidak! Tidak ada apa-apa! Aku... aku hanya kaget! Lalat! Ada lalat besar!" ia berbohong dengan terbata-bata.

Shanmu, meski masih bingung, mengangguk pelan. "Oh... baiklah. Hati-hati, Tuan Penjaga."

Keadaan yang canggung itu berlangsung beberapa saat hingga waktu perlahan mendekati jam tiga.

Tepat pada waktunya, dari dalam kota, muncul sosok anggun dengan gaun biru langit dan rambut hitam terurai. Lanxi. Ia berjalan dengan langkah pasti, pedang Bunga Salju yang disarungkan terikat di pinggangnya.

Begitu melihat Shanmu, senyum lembut langsung menghias wajahnya. "Maaf membuatmu menunggu, Shanmu."

Shanmu, yang lega karena "penyebab" ketakutan Penjaga Li "yang ia kira lalat" sudah tidak ada, segera membalas senyum. "Tidak apa-apa, Lanxi. Aku juga baru sebentar." Ia lalu menoleh dan membungkuk pada Penjaga Li. "Aku permisi dulu, Tuan Penjaga."

Penjaga Li hanya bisa mengangguk kaku, matanya beralih antara Shanmu dan Lanxi. Dan saat ia melihat Lanxi, sosok yang ia kenal berasal dari keluarga terhormat, dan mau berbicara dengan ramah pada "siluman" itu, serta mengajaknya pergi bersama, seluruh ketakutannya seolah-olah ditampar.

Nona Lan... berteman dengannya? pikirnya, otaknya berputar kencang. Jika Nona Lan, yang pasti bisa membedakan manusia dan siluman, bersikap seperti itu padanya... berarti... berarti aku yang salah sangka?

Rasa lega yang begitu besar, hampir saja membuatnya menangis, menyergapnya. Berarti dia bukan siluman! Hanya seorang pemuda aneh yang bisa bergerak cepat! Ia menghela napas panjang, melepaskan semua ketegangan yang mengikatnya sejak Shanmu tadi.

Sementara Penjaga Li mengalami pencerahan dan kelegaan, Shanmu dan Lanxi sudah berjalan berdampingan meninggalkan gerbang kota, menuju arah hutan di depan.

Langit yang mendung membuat cuaca terasa dingin dan suram. Angin berhembus lebih kencang, membawa hawa lembap yang menandakan kemungkinan hujan. Namun, hal itu tidak mengurangi semangat mereka.

"Aku tidak sabar ingin melihat latihanmu, Shanmu," ucap Lanxi, suaranya terdengar jelas di tengah desiran angin.

Shanmu mengangguk antusias. "Aku juga, Lanxi!" Ia lalu menambahkan, dengan nada polos yang penuh kepercayaan, "Dan jika kau ada bersamaku, aku akan merasa lebih aman."

Lanxi mengangkat alisnya. "Lebih aman? Kenapa? Apa latihanmu berbahaya?"

"Bukan latihannya," jawab Shanmu cepat. "Tapi kadang-kadang, saat aku mengangkat batu, batu itu tiba-tiba hilang. Aku pikir ada kultivator nakal atau binatang spiritual yang usil yang memindahkannya. Tapi jika kau ada di sana, pasti kau bisa mencegahnya atau menangkap pelakunya!"

Penjelasan yang polos dan salah arah itu membuat Lanxi tersenyum tipis. Hatinya semakin penasaran. Batu yang hilang? Ia tidak percaya pada kultivator nakal atau binatang spiritual yang hanya bermain-main memindahkan batu. Ada sesuatu yang lain. Dan hari ini, ia berniat untuk menyaksikannya dengan mata kepala sendiri, untuk mencari jawaban dari teka-teki bernama Shanmu.

"Mari kita lihat nanti," ucap Lanxi lembut, matanya yang indah memandang ke arah hutan yang semakin dekat, di mana rahasia dan kejutan mungkin sedang menanti mereka.

1
YAKARO
iya bro🙏
Futon Qiu
Mantap thor. Akhirnya Shanmu punya akar spritual
Futon Qiu
Karena ada komedi nya kukasi bintang 5🙏💦
YAKARO: terimakasih🙏
total 1 replies
Futon Qiu
Lah ya pasti lanxi kok nanya kamu nih🤣
Futon Qiu
Jangan jangan itu ortunya 🙄
HUOKIO
Baik bnget si lancip😍😍
HUOKIO
Mau kemana tuh
HUOKIO
Ini penjaga kocak 🤣🤣
HUOKIO
Angkat barbel alam 🗿
HUOKIO
Makin lama makin seru 💪💪💪
HUOKIO
Gass terus thor💪💪💪
HUOKIO
Mantap thor lanjut
YAKARO: terimakasih
total 1 replies
HUOKIO
Lanjutkan ceritanya thor
HUOKIO
Shanmu kuat banget untuk manusia 😄
HUOKIO
Ohhh i see💪
HUOKIO
Oalah kok gitu 😡
HUOKIO
Mantap thor
HUOKIO
Gas pacari lqci
HUOKIO
Makin lama makin seru
HUOKIO
Lanjutkan 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!