NovelToon NovelToon
Miranda Anak Yang Disisihkan

Miranda Anak Yang Disisihkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni / Cintapertama
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

bagaimana jadinya kalau anak bungsu disisihkan demi anak angkat..itulah yang di alami Miranda..ketiga kaka kandungnya membencinya
ayahnya acuh pada dirinya
ibu tirinya selalu baik hanya di depan orang banyak
semua kasih sayang tumpah pada Lena seorang anak angkat yang diadopsi karena ayah Miranda menabrak dirinya.
bagaimana Miranda menjalani hidupnya?
simak aja guys
karya ke empat saya..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

"apa ayah menjualku"

Langit sore tampak indah dan cerah, tidak hujan seperti biasanya. Hati Miranda pun sama cerahnya. Hari ini adalah hari bersejarah. Ijazah sudah di tangan dan kesempatan kerja tinggal dua hari lagi. Sebentar lagi ia memasuki babak baru dalam hidupnya, menjadi seorang pekerja, menjadi pribadi yang mandiri, dan akhirnya terbebas dari tekanan keluarga yang tidak pernah berhenti.

Ia tidak sabar meninggalkan rumah tempat ibu tirinya, Miranti, selalu membuat hidupnya terasa sempit. Miranti adalah wanita mandul yang tidak punya anak, sehingga kakak-kakak Miranda mendukung ayah mereka menikahinya. Dahulu Miranti hanya sekretaris Handoko, tetapi ia pandai memainkan peran. Ia selalu tampil lembut kepada Lusi, Amar, dan Amir. Hanya Miranda yang tidak pernah menyukainya sejak awal, karena ia satu-satunya yang menentang hubungan Handoko dan Miranti.

Ironis memang anak bungsu cita citanya cukup sederhana berkerja jadi kasir..tinggal di rumah kontrakan dan hidup mandiri.

Akhirnya pak Agus dan Miranda sampai di rumah..rumah besar yang sebentar lagi akan Miranda tinggalkan.

Terlihat sebuah mobil mewah terparkir di halaman. Itu hal yang aneh karena ayahnya jarang menerima tamu di rumah. Miranda heran, tetapi ia tidak terlalu memikirkannya. Ia segera berjalan menuju kamarnya yang terpisah dari rumah besar. Kamarnya berdampingan dengan kamar Pak Agus dan Bi Mirna, bisa dibilang seperti kamar ART.

Dari tengah rumah terdengar sayup-sayup suara tangisan Lena. Miranda mengerutkan dahi. Bukankah mereka pergi ke rumah sakit? Kenapa sudah pulang? Ia sempat menganggap wajar karena Lena memang sering tiba-tiba sakit lalu sembuh lagi. Namun kali ini tangisannya terdengar berbeda, seperti sungguhan. Miranda memasang telinga lebih tajam.

"Ayah, aku masih remaja. Aku tidak mau menikah," isak Lena.

"Pak Reza, tolonglah. Anak saya masih remaja. Jangan seperti ini," suara Pak Handoko terdengar terbata.

Terdengar helaan napas berat. "Gampang saja. Bayar hutang anda sekarang, selesai masalah," ucap seorang laki-laki buncit berusia sekitar empat puluh lima tahun, ditemani dua perempuan berdandan seksi yang terus bergelayut manja di lengannya.

"Beri saya waktu, Pak," pinta Handoko putus asa.

"Malas saya mendengar alasan. Kamu selalu berkelit," jawab laki-laki itu. Matanya mengarah ke Lusi. "Aku ingin dia." Lalu matanya bergeser ke Lena. "Atau dia."

"Ayah, aku tidak mau. Aku sudah tunangan dengan Rudi. Bagaimana tanggung jawab ayah pada keluarga Rudi Sanjaya kalau tiba-tiba aku menikah dengan orang lain?" sanggah Lena cepat, membuat Handoko makin pusing.

"Ya sudah, kamu saja, anak manis. Kamu cantik sekali," suara Reza terdengar jijik. Matanya jelalatan pada Lena seolah ingin menelanjangi gadis itu bulat-bulat.

"Tuan, kami masih punya satu putri," ucap Miranti.

"Nah, pasti cantik. Kalau cantik, kalian selalu sembunyikan," ucap Reza sambil mengisap cerutu. Salah satu perempuan di sampingnya mengelap bibir Reza dengan tisu.

"Miranda!" teriak Miranti.

Seketika Miranda mematung di kamarnya. Menikah tidak pernah masuk dalam rencana hidupnya. Dua hari lagi ia harus mulai bekerja di Indomaret. Ia sudah bertekad untuk menolak, bukan karena fisik pria itu, melainkan karena ia punya cita-cita.

"Miranda!" kali ini Miranti berteriak lebih keras. Amar dan Amir langsung berdiri, siap menyeret adik bungsu itu.

Miranda muncul dari pintu belakang. "Ada apa, Mah?" tanyanya.

"Duduklah, sayang," ucap Miranti lembut. Seperti biasa, ia hanya bersikap manis jika ada orang lain.

Miranda duduk dengan hati-hati.

"Ini putri kami juga, Tuan. Kami memilih dia," ujar Miranti.

Miranda menguatkan diri. Sudah ia duga akan ada pengorbanan seperti ini. Ia berniat melawan.

Reza menatap Miranda tidak suka. "Apa kalian mau memberiku anak pembantu? Aku tidak mau tahu. Aku maunya Lusi. Kalau tidak, Lena."

"Ayah..." tangis Lena pecah. "Aku tidak mau menikah dengan pria gendut, jelek, genit, banyak perempuannya. Aku tidak mau, Ayah. Jangan hancurkan masa depanku."

Handoko geram dengan ucapan Lena yang terlalu blakblakan. Berbahaya jika Reza tersinggung.

Namun Reza justru tertawa kecil. "Aku suka yang satu ini, Handoko. Aku tambah lima belas miliar. Hutangmu lunas dan kamu dapat lima belas miliar."

Handoko terdiam. Ia ragu. Bukankah Miranda anak angkat? Bukankah pantas jika ia menerima saja tawaran itu? Hutang lunas dan masih mendapat uang.

Namun tatapan tajam dari ketiga anaknya membuat pikirannya berhenti.

"Janganlah, Pak. Ini anak saya. Bapak beri uang seratus miliar juga tidak akan saya kasih," tegas Handoko.

"Cih, sok kaya. Ya sudah, bayar sekarang juga. Aku tidak punya banyak waktu," ucap Reza.

Miranda baru kali ini merasa beruntung tidak pernah melakukan perawatan. Penampilannya yang kusam membuat pria gendut itu tidak tertarik padanya.

"Bagaimana kalau aku bayar lima miliar dan satu mobil Pajero, serta Miranda, anak saya ini," ucap Handoko.

Miranda menatap ayahnya dengan tidak percaya. Barusan Handoko berkata tidak akan memberikan Lena meski dibayar seratus miliar. Tetapi dirinya? Seolah sedang diobral. Dada Miranda terasa sesak. Perlahan air matanya turun.

"Baru kali ini aku berbisnis dengan orang bodoh seperti kamu, Han," ujar Reza. "Bagaimana kalau tiga puluh miliar dan Lena ikut denganku?"

"Tidak!" teriak Lena histeris.

"Baik, aku tambah dua motor sport anakku. Bagaimana?" ucap Handoko terburu-buru.

"Jangan, Ayah!" seru Amar dan Amir bersamaan.

"Diam kalian. Atau kalian rela Lena diambil Pak Reza?" bentak Handoko.

Suasana langsung hening.

"Hmmm, baiklah," ucap Reza. Ia menatap Lena penuh selera. "Tapi manis... apa kamu tidak akan menyesal?"

"Aku tidak mau menikah dengan pria jelek seperti kamu," ujar Lena bergetar.

"Aku harap kamu tidak menyesal," balas Reza datar.

"Ayah, aku juga tidak mau," ujar Miranda tiba-tiba, suaranya gemetar.

Semua mata langsung mengarah tajam padanya.

"Ayah... aku juga anak Ayah. Aku juga punya cita-cita. "Ucap miranda mencoba membantah, dan dia memberanikan diri menatap Reza "Maaf, Om. Aku menolak bukan karena umur Om, tetapi karena aku punya rencana hidup yang sudah kususun," tutur Miranda hati-hati.

"Dasar tidak tahu diri. Ini waktunya kamu bayar semua kesalahanmu. Saatnya kamu berbakti pada ayah," ucap Lusi tajam.

"Motor gua udah raib. Terus lo masih nolak," sambung Amar sinis.

"Bukankah lebih menguntungkan kalau Lena saja? Keluarga bisa dapat uang banyak," ujar Miranda.

"Heh, jangan kurang ajar ya. Lena itu adik kesayangan gue. Gue ga mau tahu, pokoknya lo harus mau!" bentak Amir.

Miranda ingin menjawab, tetapi Handoko lebih dahulu bicara pelan. "Miranda sayang, Ayah mau bicara empat mata dengan kamu."

Handoko berdiri dan menuju luar. Miranda ragu, tetapi akhirnya mengikuti.

Di teras, Handoko langsung memeluk Miranda. Miranda terkejut. Ini pelukan pertama sejak ibunya meninggal. Handoko kemudian mencium keningnya. Bagi Miranda, itu seperti ciuman pertama dalam hidupnya.

"Sayang... Mamah kamu pasti bangga di sana. Kamu besar dengan baik dan sekarang mau menyelamatkan keluarga. Usaha Ayah sedang tidak baik-baik saja. Ayah harap kamu mau, ya," ucap Handoko lembut.

"Ayah menjualku..." bisik Miranda lirih.

"Tidak, sayang. Ayah yakin Mamah akan memaafkan kesalahanmu kalau kamu menebusnya seperti ini."

Kalimat itu tepat mengenai titik lemah Miranda.

"Mau ya..." ulang Handoko, seperti merayu.

Miranda menahan tangis. Lalu ia mengangguk pelan.

Naas sekali. Baru saja ia menyusun cita-cita, tetapi semuanya hancur sebelum sempat berkembang.

1
partini
super wow mamer 👍👍👍
Kakak ga punya akhlak
Lili Inggrid
lanjut
Ara putri
masih nyimak,
partini
mamer badass,,ajari mantumu biar Badas juga aihhh TK kira sisi lain nya bakal like queen mafia ehhh masih melempem
partini
Rian emang bego
partini
hemmm
Ara putri
udh sedih diawal. tiba bab ini malah gk jadi sedih
Ara putri
aku nangis bacanya tor
partini
love it
partini
pak CEO kalau artis dewasa tuh mereka ada sex scan itu real gaimana mau virgin dihhh ledhoooooooooo Weh weh
partini
sehhh artis lendir man dan Rian bilang itu wajar 🙄🙄🙄🙄 betul" something wrong with his mine CEO mau lobang bekas hee Rian adanya mah beli yg masih segel lah ,,Miranda tunjukan taringmu like queen mafia
partini
🙄🙄🙄🙄 lah siapa kamu bilang tidak sah dasar OON
partini
lah kamu aja ga perduli
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
partini
mama Karin ternyata temennya mama nya Miranda wah 👍👍👍👍
mma Karin be smart dong selangkah di depan dari anak CEO 1/2ons yg masih cinta masalalu nya
partini
biar aja dia nunggu dia kan CEO 1/2 ons 😂😂😂,kalau dia smart bisa cari tau dia di sana ngapain aja tapi itu tidak mungkin
partini
tenyata Miranda polos tapi mematikan 👍👍👍👍👍 very good
partini
za ga takut apa ketahuan bilang bos bloOn tapi betul yg kamu bilang ga ada CEO Smart soal masa lalu BLOON semuheeee best kamu za 👍👍👍👍
partini
wah good job pak Reza nanti minta bonus yah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!