Ara bingung karena tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengaku impoten padanya.
"Aku harus menikah sebulan lagi tapi aku mendadak impoten!" ungkap lelaki yang bernama Zester Schweinsteiger tersebut.
"Terus hubungannya denganku apa?" tanya Ara.
"Kau harus membantu membuatnya berdiri lagi!" tuntut Zester sambil menunjuk bagian celananya yang menyembul.
"Apa kau memasukkan ular di dalam celanamu? katanya impoten!" Ara semakin bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PTI BAB 11 - Ular Yang Pemilih
Ara meminta Agam untuk pulang duluan karena ada pembicaraan dewasa yang akan gadis itu lakukan pada Zester.
"Katakan pada ayah dan ibu, aku akan pulang telat," ucap Ara.
"Baiklah, aku pergi dulu," balas Agam seraya membawa rantang kosong.
Setelah kepergian Agam, Ara mencoba mengatur nafasnya supaya kuat menghadapi tuan impoten yang menunggunya di gubuk sawah.
"Apa kau akan tetap berdiri di sana? Adikmu sudah pergi jauh," ucap Zester tidak sabaran.
Dengan langkah gontai Ara mendekati gubuk dan duduk di sana. Pertama-tama dia harus mengajukan syarat utama.
"Baiklah, pertama aku akan meminta syarat yang harus kau penuhi," ucap Ara dengan tegas.
"Apa itu, katakan," tanggap Zester.
"Aku tidak mau melihat atau menyentuh ular di dalam celanamu," Ara memberikan syaratnya.
Zester membelalakkan mata karena dia baru saja memikirkan tempat yang cocok untuk menunjukkan pusakanya.
"Apa kau bercanda? Lantas bagaimana kau bisa menyembuhkan tanpa melihat dan menyentuh?" Zester ingin menolak persyaratan itu.
"Aku akan menggunakan caraku sendiri jadi kalau kau tidak mau, aku akan bilang pada ayahku kalau ada bule cabul yang mau melecehkan aku, kau tahu sendiri kan selain kades ayahku seorang musisi yang mempunyai jutaan followers, sekali kau viral nilai sahammu bisa turun dan perusahaan yang kau sombongkan itu bisa bangkrut," jelas Ara panjang lebar.
Zester sampai tidak bisa membalas perkataan Ara, dia harus pasrah dengan metode yang digunakan gadis itu.
"Baiklah," akhirnya Zester setuju.
Ara tersenyum miring melihat Zester yang menjadi kucing jalanan yang penurut, biar lelaki itu tahu rasa kalau uangnya tidak akan bisa membeli segalanya.
"Kalau begitu, kita mulai dengan awal mula impotenmu itu, coba ceritakan," Ara tidak mau membuang waktu dan ingin tahu ceritanya dari awal.
Zester pun menceritakan awal mula dia menyadari impoten saat bangun tidur, miliknya tidak mau berdiri seperti biasanya. Lalu Zester melakukan segala cara tapi hasilnya nihil.
Sampai asisten Mike merekomendasikan pengobatan Mbah Joko.
"Dan saat perjalanan ke hutan aku melihatmu mandi lalu..."
Zester tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena Ara menaikkan kelima jarinya.
"Stop!" perintah Ara. Dia tidak mau mendengar hal selanjutnya.
"Lebih baik kita mencari gadis lain untuk kau intip mandi," usul Ara kemudian.
"Lagi-lagi kau merendahkanku sebagai direktur, aku tidak akan pernah mau melakukan hal semacam itu lagi," tolak Zester.
"Terus yang kau lakukan padaku itu apa?" Ara mencoba protes. Dia sebenarnya tidak terima sudah diintip oleh lelaki itu.
"Aku sudah bilang berulang kali, waktu itu aku tidak sengaja," jelas Zester supaya Ara percaya.
"Lagi pula saat di tempat Mbah Joko, ada biduan dangdut yang menggodaku tapi tetap saja milikku tidak mau berdiri," tambahnya.
"Ternyata ularmu memang pemilih, ya," balas Ara dengan gelengan kepala.
"Tapi, tetap saja kita harus mencobanya," lanjutnya.
Hari itu, Ara membawa Zester ke sungai di mana biasanya anak-anak gadis kampung Suka Maju bermain.
"Biasanya mereka mandi, coba kau intip dari sini!" perintah Ara sambil menunjuk semak-semak.
Karena penasaran Zester pun menurut, dia ke semak-semak dan mencoba mengintip para gadis desa yang mandi hanya memakai kemben saja.
"Bagaimana?" tanya Ara.
"Mereka tidak ada yang cantik," komentar Zester.
"Jadi, wajah juga pengaruh? Wah, ularmu memang pemilih," ucap Ara sambil mencatat hal itu di kepalanya.
signature bukan sih?