NovelToon NovelToon
TERJERAT BERONDONG LIAR

TERJERAT BERONDONG LIAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Konflik etika / Cinta Terlarang / Beda Usia / Identitas Tersembunyi / Saling selingkuh
Popularitas:21.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Lima belas tahun menikah, Ghea memergoki suaminya berselingkuh dengan sekretarisnya. Lebih menyakitkan lagi, di belakangnya sang suami menyebutnya sebagai wanita mandul dan tak becus melayani suami. Hatinya hancur tak bersisa.

Dalam badai emosi, Ghea pergi ke klub malam dan bertemu Leon—pria muda, tampan, dan penuh pesona. Dalam keputusasaan, ia membuat kesepakatan gila: satu miliar rupiah jika Leon bisa menghamilinya. Tapi saat mereka sampai di hotel, Ghea tersadar—ia hampir melakukan hal yang sama bejatnya dengan suaminya.

Ia ingin membatalkan semuanya. Namun Leon menolak. Baginya, kesepakatan tetaplah kesepakatan.

Sejak saat itu, Leon terus mengejar Ghea, menyeretnya ke dalam hubungan yang rumit dan penuh gejolak.

Antara dendam, godaan, dan rasa bersalah, Ghea terjebak. Dan yang paling menakutkan bukanlah skandal yang mengintainya, melainkan perasaannya sendiri pada sang berondong liar.

Mampukah Ghea lepas dari berondong liar yang tak hanya mengusik tubuhnya, tapi juga hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Topeng

Ghea tertunduk. Suaranya pelan tapi jelas.

“Kemarin... aku coba ngajak dia makan siang. Lima menit sebelum sampai kantornya, aku hubungi dia. Tapi dia bilang lagi di jalan, mau ke luar kota, katanya ada urusan mendadak. Tapi nggak lama kemudian… aku lihat mobilnya melintas. Aku ikuti... dan dia justru masuk ke restoran favorit kami. Bersama perempuan itu.”

Ia menelan ludah, getir.

“Dia melingkarkan tangannya ke pinggang perempuan itu. Mesra. Seolah aku... nggak pernah ada.”

Vika membelalak.

“Oh… pantesan kamu kemarin dandan cantik banget. Tapi pas ke butik, wajahmu kayak habis dengar kabar duka. Terus buru-buru pulang.”

Ia mendengus.

“Jadi, kamu udah nyerah?”

Ghea menghela napas berat.

“Aku masih mencoba, Vik. Tapi waktu pulang, aku lihat slip transaksi di laci meja kerjanya. Dia… beliin apartemen mewah buat perempuan itu.”

“What?!” Vika nyaris berteriak.

“Dia beliin apartemen buat ulat bulu itu?! Pake uang kamu?!”

Ghea memejamkan mata sejenak, lalu membuka perlahan. Suaranya nyaris tak terdengar.

“Aku rasa... ini udah gak bisa diselamatkan.”

“Emang gak bisa, Ghe.” Vika menggeleng cepat, penuh emosi.

“Buat apa kamu pertahanin buaya buntung kayak gitu?”

Ia menyipitkan mata, rahangnya mengeras.

“Tapi satu hal— kamu gak akan biarin perempuan murahan itu nginjek harga dirimu, 'kan?”

Ghea menghela napas lagi. Matanya menyala, bukan oleh amarah, tapi oleh kendali diri.

“Soal perempuan itu... aku gak akan sentuh dia. Karena aku gak akan nurunin harga diriku untuk ngelabrak wanita yang bahkan nggak cukup punya malu untuk jadi orang ketiga.”

Vika menyipitkan mata, nadanya tajam menusuk.

“Jangan bilang kamu bakal diam aja. Jangan jadi perempuan lembek yang cuma bisa nangis di pojokan. Jangan sok suci kayak tokoh sinetron yang tetap sabar walau diinjak harga dirinya.”

Ghea menoleh perlahan, senyumnya dingin.

“Aku nggak selemah itu, Vik. Tapi aku juga nggak sebodoh mereka yang membalas dengan emosi.”

Ia menarik napas dalam. Sorot matanya kini tajam, penuh tekad.

“Aku akan balas. Bukan hari ini, bukan besok. Bukan dengan teriakan atau tamparan. Tapi dengan cara paling tenang... dan paling menyakitkan. Saat waktunya tiba, mereka sendiri yang akan paham—apa arti kehilangan sesuatu yang tak bisa digantikan.”

Vika mengepalkan tangan. Senyumnya terangkat sinis.

“Bagus! Tunjukin ke buaya buntung itu siapa kamu sebenarnya. Kamu itu berlian murni, Ghe—bukan batu kali yang bisa diinjak sembarangan. Biar dia tahu rasanya kehilangan cinta, harta, dan kesetiaan yang udah dia buang.”

Ia menghela napas kasar, lalu menatap Ghea dengan sorot serius.

“Terus... soal perusahaan itu? Kamu mau ngapain?”

Ghea terdiam sesaat. Matanya menatap scarf yang kini sudah tertata rapi. Tangannya menggenggam ujungnya—erat, seolah takut lepas, seperti ia sedang menggenggam sisa-sisa hidup yang nyaris hancur.

“Perusahaan itu warisan dari orang tuaku, Vik,” ujarnya pelan, namun tegas.

"Aku gak akan biarkan semuanya runtuh hanya karena luka di hatiku. Aku akan tetap berdiri. Bukan sebagai istri, tapi sebagai pewaris yang pantas."

Vika terpaku. Emosinya yang semula meledak-ledak kini mereda. Ia melihat Ghea yang berbeda. Bukan sekadar perempuan yang dikhianati—tapi seorang perempuan yang tahu arah dan kekuatannya.

"Kamu benar. Kamu harus segera bergerak, Ghe. Jangan biarkan para parasit itu menikmati hartamu terlalu lama,” desaknya.

Ghea menggeleng pelan.

"Bukan sekarang, Vik."

"Kenapa?" Vika mengernyit.

“Karena sekarang aku masih dikuasai emosi. Dan keputusan yang diambil waktu hati remuk... biasanya cuma bikin penyesalan baru.”

Ghea menghela napas panjang.

“Kalau aku hancurkan David sekarang, aku juga ikut remuk. Tapi kalau aku sabar... aku akan jadi satu-satunya yang masih berdiri saat dia jatuh.”

Vika terdiam.

Ghea melanjutkan, suaranya semakin jernih dan matang,

“Aku memang belum bisa pegang semua sendiri. Aku buta soal laporan keuangan, strategi, manajemen. David yang selama ini megang semua. Butik ini aja nyaris kolaps waktu kamu cuti sebulan. Tapi bukan berarti aku bakal pasrah.”

Vika menatap Ghea, kali ini tak hanya sebagai sahabat, tapi sebagai sesama perempuan yang tahu: luka itu nyata, tapi bangkit itu pilihan.

“Kalau begitu kamu harus belajar, Ghe. Kamu harus berkeras hati. Jangan biarkan dia terus merasa kamu nggak bisa tanpa dia.”

Ghea mengangguk, lalu berdiri dengan tatapan yang kini penuh kesadaran.

“Aku akan belajar. Diam-diam. Pelan-pelan. Aku gak akan teriak atau marah-marah. Tapi saat waktunya tiba—aku akan ambil kembali semuanya. Tanpa harus mengemis, tanpa harus mengotori tanganku.”

Ia menepuk pundak Vika lembut.

“Percaya sama aku, Vik. Aku nggak lemah. Aku cuma sedang menunggu waktu yang tepat. Karena aku gak mau sekadar melawan... aku mau menang.”

 -----

Pintu rumah terbuka perlahan.

David masuk sambil menyeret koper kecil. Langkahnya pelan, wajahnya tampak lelah—meskipun Ghea tahu betul, itu hanya topeng yang dibentuk dari rasa bersalah.

Di ruang keluarga, Ghea duduk dengan tablet di pangkuan. Jemarinya menggambar sketsa gaun yang belum selesai. Ia menoleh sekilas, menyambut suaminya hanya dengan senyum tipis—senyum yang terasa lebih seperti rutinitas daripada ketulusan.

"Aku pulang," ujar David.

"Katanya lembur. Tiba-tiba jadi luar kota?" Suara Ghea pelan, tapi sarat makna. Ia tak lagi menoleh. Sorot matanya kembali ke layar, tapi hatinya tidak.

David duduk di sofa seberang. "Ada proyek mendadak. Maaf, aku nggak sempat jelasin. Banyak yang harus dibereskan."

Ghea mengangguk pelan. Goresan sketsanya meleset—ia hapus, menggambar ulang, lalu menghapus lagi. Tangannya seperti kehilangan arah. Bukan salah desainnya. Tapi pikirannya kacau, terus terusik oleh jejak pengkhianatan.

Meski ia sudah bertekad tak akan lemah, tetap saja... ia hanya manusia.

David memperhatikannya sesaat, lalu berkata, "Aku ingin kita makan malam di luar malam ini. Ada klien yang akan kita temui. Aku perlu kamu tampil elegan, ya?"

Ghea akhirnya menatapnya. Matanya kosong. Senyum itu tetap ada—tapi sudah kehilangan nyawanya.

"Aku kira ini quality time... ternyata kerjaan."

David tersenyum kecil. "Bisa dua-duanya, kan?"

Ghea menunduk, pura-pura merapikan tablet. Jemarinya gemetar. "Oke. Aku akan bersiap."

David menarik napas panjang, seolah ingin menyampaikan sesuatu yang lebih dari sekadar makan malam.

"Kamu tahu sendiri, Ghea... aku nggak mungkin bisa jalanin ini semua tanpamu."

Ghea hanya mengangguk. Tapi dalam hatinya, suara lain berbisik:

Benarkah? Bahkan setia pun tak sanggup kau jaga…

Ia bangkit perlahan, berjalan menuju kamar. Di ambang pintu, ia berhenti. Masih membelakangi David, ia berkata pelan:

"Aku akan pakai gaun biru. Itu yang kamu suka, kan?"

David mengangguk. "Iya. Kamu selalu terlihat cantik pakai itu."

Ghea tak menjawab. Ia masuk ke kamar dan menutup pintu perlahan—nyaris tanpa suara.

Di balik pintu, ia berdiri mematung. Matanya berkaca. Tapi tak ada air mata yang jatuh. Hanya hening yang menganga… dan hati yang perlahan membeku.

Drrt. Suara notifikasi dari ponselnya membuatnya terhenyak. Tiba-tiba jantungnya berdegup kencang.

Di layar, muncul pesan dari nomor tak dikenal:

> Honey, dandan yang cantik, ya. Aku akan memberikan hadiah spesial buatmu.

Nomor tak tersimpan. Nada pesannya terlalu personal… terlalu akrab. Bukan seperti ucapan dari klien bisnis. Lebih seperti…

Lebih seperti seseorang yang tahu siapa dirinya—dan tahu apa yang sedang terjadi.

"Leon..." gumam Ghea tanpa sadar. Seumur hidupnya tak ada yang memanggilnya dengan panggilan sayang "Honey", kecuali Leon.

"Dari mana dia tahu nomorku? Dan apa ini maksudnya? Apa dia akan datang ke rumah ini lagi, seperti tadi pagi saat mengantarkan bunga?"

Ghea menelan ludahnya kasar. "Kalau dia benar-benar akan datang ke rumah ini, aku harus benar-benar pergi dengan David. Karena kalau tidak, aku tidak yakin akan bisa mengendalikan diriku sendiri… atau dia."

...🔸🔸🔸...

..."Kadang, diam adalah bentuk paling kuat dari perjuangan. Sebab diam bukan kelemahan—ia mengasah belati dalam kesunyian, diam-diam menunggu saat yang tepat membungkam teriakan."...

..."Nana 17 Oktober"...

... 🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Yuni Setyawan
karena di restoran jd mencari jawabannya di antara meja,kursi,coba kalo pas ditengah jalan pasti bertanya pada rumput yg bergoyang 😂😂😂😂
Yuni Setyawan
oh....ternyata vika🤦🏻‍♀️😂
naifa Al Adlin
sepertinya leon ini anak yg hilang itu, kemudian di tolong ghea. nah dia ingin balas budi kayaknya,, iya g thor🤭lanjut deh thor daripada penisirin🤣🤣
Anonim
Ternyata Vika yang di depan Ghea.
Vika ini terlalu curiga sama Leon yang akan menghancurkan Ghea lebih dalam daripada David - sepertinya kok tidak.
Ghea bersama Leon merasa hidup - merasa utuh dan sepertinya Leon benar mencintai Ghea dan pingin membantu Ghea mengembalikan haknya sebagai pewaris perusahaan tinggalan orang tuanya yang sekarang dikuasai si pecundang David.
Tapi baik juga kalau Vika mau menyelidiki siapa Leon dan apa maksud Leon mendekati Ghea.
Anonim
suka dengan perlakuan Leon terhadap Ghea sayangnya Ghea walaupun dalam hati kecilnya suka kalau ketemu Leon tapi secara verbal marah - gemas kali terhadap Leon.
W a d uuuuuhhhh siapa dia yang menjadikan Ghea membeku - tangannya mencengkeram tali tas.
Leon senang ini terbukti malah tersenyum wkwkwk
nuraeinieni
setuju tuh usulan vika,kalian harus cari tau siapa leon,,tp di saat kalian tau,pasti kaget,tau kenyataannya leon seorang ceo dan kaya raya.
nuraeinieni
emang tuh si leon seperti jailangkung
nuraeinieni
jangan2 itu david yg datang?tdk apa apalah ghea,biar david tau kalau kau sangat berharga,bahkan bisa dapat yg lebih baik dari david
abimasta
saya sudah jantungan duluan kirain david yg tiba2 berdiri di deoan ghea
Siti Jumiati
sebagai sahabat yang baik vika gk rela sahabatnya hancur.

tapi tenang saja Vika, Leon orangnya baik dia yang akan menghancurkan David bersama selingkuhannya.
Anitha Ramto
nah betul Ghea..perkataan Vika harus mencari tahu siapa Leon sebenarnya dan apantujuannya,walawpun Leon kelihatannya tulus dan membuat kamu nyaman tetap saja kamu harus nyelidiki Leon lebih jauh sebelum badai datang
Siti Jumiati
so sweet banget Leon... siapa ya kira2 orang itu...
Dek Sri
apakah Ghea dan Vika akan tahu siapa Leon sebenarnya
Fadillah Ahmad
Lah Bukankah Leon iru Si Varndra Ya Kak Nana? Aduh Aku Bingung nih Kak...
Fadillah Ahmad
Mana Yang Lebih Kaya Kak Nana,antara Nugroho Group,Mahwndra Group dan Mahardika Group Kak Nana? Siapa yang Lebih Berkuasa kak Nana di Dunia Bianis kak? 😁😁😁
🌠Naπa Kiarra🍁: Masih Rayyan, Kak.
total 1 replies
Fadillah Ahmad
Mahardika Group,Hruf O nya Kurang Kak Nana... 🙏🙏🙏😁😁😁
Fadillah Ahmad
Kak Nana,aku suka sekali jika tokoh utamanya Wanita kak,maksudnya adapah aku lebih suka Ceritanya dari Sudut Pandang Si Wanita kak,misalnya Seperti Ghea ini. Kisah hidupnya,bagaimana ia menjalani hidup,jatuh bangunnya ia dari keterpurukkan,aku lebih suka tokoh utama Wanita Sih kak,atau misalnya nanti Kisah Adiknya Zayn,Si Zoeya,aku lebih Suka kakak,mengambil dari Sudut Pandangnya Zoeya kak. Begitu Maksud aku kak Nana,ketwrikatan Emosionalnya lebih tinggi kak Nana. 🙏🙏🙏
Fadillah Ahmad
Waw,baru Pertama Kali Aku Membaca Novel Kak Nana Menggunakan PROLOG,biasanya nggk pernah... 😁😁😁
Fadillah Ahmad
Akhirnya Novel Kak Nana Yang Baru Telah Di Kontrak,ini yang aku tunggu dari kemarin Kak... 😁😁😁
Yuni Setyawan
Tessa ka,atau David kah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!