NovelToon NovelToon
Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Ketika Suamiku Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hasriani

Dinda memilih untuk menikah dengan seorang duda beranak satu setelah dirinya disakiti oleh kekasihnya berkali-kali. Siapa sangka, awalnya Dinda menerima pinangan dari keluarga suaminya agar ia berhenti di ganggu oleh mantan pacarnya, namun justru ia berusaha untuk mendapatkan cinta suami dari hasil perjodohannya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 13

Setelah merasa cukup tenang, Indra berniat untuk berpamitan pulang.

"Kalau begitu, saya permisi pulang Om, Dinda." Katanya sembari berdiri dan izin pamit.

"Sekali lagi terima kasih untuk bantuannya." Ucap Ayahnya Dinda tidak henti mengucapkan terima kasih pada Indra.

"Iya om, saya permisi dulu." Jawab Indra lalu berniat beranjak dari sana.

"Dinda mau antar kak Indra keluar dulu yah Pa." Dinda ikut berdiri dan meminta izin pada Ayahnya untuk mengantar Indra keluar.

"Tidak perlu Dinda, kamu pasti masih kaget." Tolak Indra khawatir.

"Aku antar keluar kak." Ucap Dinda bersikeras, ia bahkan tersenyum tipis untuk memastikan pada Indra bahwa ia baik-baik saja.

"Ya sudah." Mau tidak mau Indra mengiyakan niat baik Dinda, "Saya pamit Om." katanya kemudian dan beranjak dari sana.

"Hati-hati dijalan." Kata Ayahnya Dinda berpesan.

Mereka berdua pun keluar dari rumah Dinda, Dinda pun hanya mengantarnya sampai di pintu saja. Begitu sampai diluar, Dinda langsung melihat ke arah tempat Yuda menabrak tadi, ternyata mobilnya sudah tidak ada disana.

"Aku pulang yah Dinda." Ucap Indra berpamitan begitu mereka sampai didepan pintu.

"Terima kasih banyak kak, aku tidak tau bagaimana jadinya kalau tadi kak Indra tidak ada." Sekali lagi Dinda mengucapkan rasa terima kasihnya pada Indra.

"Lain kali hati-hati, pastikan dulu siapa yang datang sebelum kamu keluar rumah." Indra pun memberi nasehat pada Dinda, takut kejadian yang sama terulang lagi.

"Iya kak, hati-hati dijalan yah." Kata Dinda sembari berpesan pada Indra.

"Oh iya Dinda, Mama mau undang kamu makan malam besok dirumah." Indra baru mengingat Mamanya menitip pesan untuk Dinda.

Sebenarnya Indra mau menyampaikannya besok pagi, tapi saat pulang dan melewati rumah Dinda, ia tidak sengaja melihat Dinda dan Yuda.

"Dalam rangka apa kak?." Tanya Dinda penasaran.

"Cuma makan malam saja, kamu sudah banyak menolong keluarga aku, makanya Mama mau ajak kamu makan malam, itu pun kalau kamu bisa." Jelas Indra, Dinda pun mengangguk mengerti walaupun ia sama sekali tidak mengharapkan apapun dari bantuan yang pernah ia berikan.

"Boleh kak, aku tidak enak menolak undangan Tante." Jawab Dinda menerima undangan makan malam dari Mamanya Indra.

"Ya sudah, besok aku yang jemput yah." Kata Indra setelah membuat janji temu.

"Iya kak." Dinda mengangguk sembari tersenyum.

"Kalau begitu aku pulang dulu."

Indra pun beranjak dari sana setelah memberitahukan undangan makan malam untuk Dinda dari Mamanya.

Begitu memastikan Indra sudah naik ke dalam mobilnya, Dinda pun segera masuk ke dalam rumahnya dan mengunci pintunya rapat-rapat. Jujur, rasa takut masih sedikit menghantuinya.

***

Keesokan harinya, Dinda bangun sedikit terlambat. Ia segera masuk ke kamar mandi dan membasuh wajahnya saja karena hari ini adalah hari Minggu.

Setelah selesai, Dinda turun dari kamarnya dan menghampiri Ayahnya yang sudah sarapan terlebih dahulu di meja makan.

"Pagi sayang, sarapan dulu." Sapa Ayahnya

"Iya Pa." Jawab Dinda dan beralih menarik kursi depan Ayahnya dan duduk disana.

Dinda mulai mengambil sehelai roti dan mengoleskannya selai cokelat.

"Bagaimana perasaan kamu, masih kaget?." Tanya Ayahnya memastikan kondisi anaknya.

"Sudah tidak Pa." Jawab Dinda tersenyum kecil.

"Lain kali Papa usahakan tidak pulang larut malam lagi yah, maaf karena selalu tinggalkan kamu sendirian dirumah." Kata Papanya yang justru membuat Dinda tidak enak hati.

"Dinda sudah besar Pa, lagi pula Papa kerja buat Dinda juga." Kata Dinda tidak ingin mengganggu pekerjaan Ayahnya.

"Tapi Papa khawatir." Raut wajah Ayahnya tidak bisa berbohong.

"Dinda bisa jaga diri Pa, Papa tidak usah khawatir." Kata Dinda lagi tersenyum untuk meyakinkan Ayahnya.

"Tetap saja.."

"Makan Pa makan." Dinda pun menyuruh Ayahnya untuk segera makan, menghentikan obrolan kekhawatiran Ayahnya.

"Iya iya." Jawab Ayahnya kemudian.

"Oh iya, kamu kenal Indra darimana?." Tanya Ayahnya sembari mengunyah rotinya.

"Kebetulan sering ketemu di taman." Jawab Dinda seadanya.

"Kelihatannya dia orangnya baik Din." Ucap Ayahnya lagi.

"Terus kalau baik kenapa?." Tanya Dinda tidak mengerti.

"Siapa tau kamu suka, dia juga terlihat bertanggung jawab, Papa senang kalau kamu ada yang jaga, Papa juga sudah semakin tua." Tiba-tiba saja pembahasan mereka kembali serius.

"Papa ihh, Dinda sudah trauma sama laki-laki, semuanya jahat kecuali Papa." Kata Dinda tidak ingin membahasnya lebih jauh.

"Tidak selamanya kita selalu sama-sama Dinda, Papa cuma berharap suatu saat nanti kamu bertemu sama orang yang benar-benar cinta sama kamu lebih dari apapun, yang bisa jaga kamu lebih dari Papa." Ucap Papanya penuh harap, Dinda pun memutar bola matanya malas, ia sama sekali tidak memikirkan akan pergi jauh dari Ayahnya suatu saat nanti.

"Kok jadi sendu sih pagi-pagi begini Pa." Cebik Dinda tidak suka dengan pembahasan mereka kali ini.

"Kejadian tadi malam buat Papa terus khawatir Dinda." Sekali lagi raut wajah Papanya terlihat serius.

"Dinda janji akan jaga diri dengan baik Pa." Kata Dinda berjanji.

"Tapi Indra kelihatannya lumayan loh." Sikap usil Papanya membuat Dinda semakin malas.

"Kak Indra punya anak Pa, anaknya juga cantik sekali." Kata Dinda kemudian,.m terlihat jelas raut wajah Ayahnya yang kecewa mendengar Indra sudah punya anak

"Sudah menikah rupanya." Kata Ayahnya dengan nada kecewa.

"Iya." Jawab Dinda tersenyum penuh kemenangan.

"Lanjut makan Din." Dinda pun menahan tawanya melihat respon Ayahnya.

"Iya Pa."

***

Seperti biasa, setelah selesai sarapan Dinda membereskan meja makan dan mencuci piring. Hari ini dia hanya ingin bersantai dirumah sembari menunggu malam tiba karena ia harus menghadiri acara makan malam dengan Mamanya Indra.

Setelah selesai, Dinda kembali ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di kasur, ia mengangkat tangannya dan menatap pergelangan tangannya.

"Bekas merahnya masih ada." Gumamnya mengingat kejadian malam tadi.

Bayangan Yuda memaksanya dan Indra yang datang tepat waktu dan menggenggam tangannya erat langsung berputar dikepalanya, seuntas senyum tipis mengembang diwajahnya, dengan segera Dinda menggelengkan kepalanya mengusir lamunannya.

"Sadar Dinda, Mamanya Ciara belum lama perginya." Ucapnya menyadarkan dirinya sendiri.

Dinda pun segera bangun dan berjalan dengan cepat ke arah lemarinya untuk mencari baju yang akan ia kenakan malam nanti.

Setelah memilah cukup lama, pilihannya jatuh pada dress putih selutut juga cardigan dengan warna senada. Dengan cepat ia mencobanya untuk memastikan penampilannya.

"Cantik banget, sepertinya berlebihan kalau pakai ini." Katanya pada bayangan dirinya sendiri yang memantul di cermin.

Ia terus memperhatikan pakaiannya dari cermin, merasa dilema ingin mengenakannya tapi juga merasa mungkin penampilannya cukup berlebihan hanya untuk sekedar makan malam biasa dirumah Ibunya Indra.

1
kalea rizuky
lanjut donk
Evi Lusiana
emng d rmh dinda gk ada ART dn satpam ny y kak?
Hasriani: Gak ada kak, Dinda sama Papanya cuma tinggal berdua.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!