NovelToon NovelToon
I Love Tentara

I Love Tentara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni / Pengawal
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Clavi Ra

Gadis yang baru saja lulus SMK langsung di kirim orang tuanya ke asrama militer yang sangat jauh dari perkotaan.

Dari situlah kesya bertemu dengan kapten
yang terkenal dingin dan tegas.

"Ih kenapa lo ngikutin gue mulu sih, suka lo sama gue heh"

"Kalo iya kenapa"

"Dasar kapten gila"

"Apa kamu bilang hah"


Mau tau kelanjutan kisahnya burun baca!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clavi Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Uhuk... uhuk...... uhuk...

Aku tersedak oleh makanan ku ketika Bayu tiba-tiba bilang kalo aku akan mentraktir mereka.

Untung saja Abi langsung gercep mberi ku air minum. Aku langsung menerimanya dan meneguknya hingga tandas.

Sebenarnya boleh-boleh saja tapi saat ini aku tidak memegang uang sama sekali, masih untung aku bisa makan yang layak.

"Gila lo ya gue hampir mati tau gak" omel ku yang sudah merasa sedikit lega.

"Ya kan lo anak baru jadinya lo harus nraktir kita, ya gak guys" Ucap Bayu dan di angguki oleh semua orang.

"Gue gak punya uang anjirr" Sungguh kalo saja Bayu bukan temanku sudah pasti aku langsung menonjoknya.

"Udah gak usah di pikiran, semua yang kalian makan biar saya saja yang bayar" Abi berucap dengan sangat santainya.

Aku melongo mendengar itu karena tidak main-main untuk mentraktir puluhan orang ini.

"Bi lo serius mau teraktir mereka" Aku menunjuk sekumpulan orang-orang yang sedang memakan makanannya.

Memang di warung ini hanya ada anggota tentang saja walaupun begitu mereka sangat lah banyak.

"Saya serius kenapa emang" tidak habis pikir dengan Abi apakah dia sekaya itu.

"Emang lo punya uangnya" Aku menunggu jawaban Abi.

"Punya lagian itu akan di ganti oleh kamu" sungguh aku di buat bingung oleh Abi.

"Apanya yang di ganti Abi, kalo ngomong itu jangan setengah-setengah" geram ku.

"Jadi nanti kalo kamu sudah sukses kamu harus mengganti uang saya,tapi tidak perlu menggunakan uang" jelas Abi.

"Lah terus kalo gak pakai uang pakai apan dong" aku memasukan nasi serta lauk ke dalam mulutku.

"Nanti itu jadi urusan saya" kami tidak melanjutkan berbincang dan kami fokus ke makanan masing-masing.

Setelah semuanya selesai makan dan semua makanan yang di pesan sudah di bayar semua olah Abi, ya walaupun ujung-ujungnya aku yang harus membayarnya.

Kami pun pergi pulang dengan aku yang berjalan beriringan dengan Abi.

Hari sudah menjadi gelap dan hanya lampu senter yang menjadi petunjuk arah untuk kita.

Hanya beberapa orang saja yang memegang senter termasuk Abi yang ada di paling belakang.

Saat melihat jalanan yang sepi dan gelap membuat ku ingat kejadian di mana Sasa dan Bastian terbunuh.

Aku yang masih asik melamun tidak menyadari kalo aku sudah terpisah dari rombongan.

"Eh Bi yang lain mana" tanyaku ketika sudah tersadar dari lamunan.

"Makanya jangan ngelamun jadi nggak sadar kan kalo udah ketinggalan rombongan" Aku terkejut ketika mendengar ucapan Abi.

"Terus kenapa lo di sini?" tanyaku yang bingung kenapa Abi masih di sini ketika yang lain sudah pergi padahal dia kan yang membawa senter.

"Kalo saya ninggalin kamu emang kamu tau jalan pulang" Aku hanya menggeleng lesu.

Hingga pandangan ku tertuju ke serangga kecil yang bercahaya.

"Bi lihat ada kunang-kunang" Aku menghampiri kunang-kunang itu dan memainkannya.

"Lucu banget" ucapku ketika berhasil menangkap salah satu kunang-kunang itu.

"Suka" aku mengangguk semangat ketika Abi bertanya.

Aku yang berlari mengejar kunang-kunang itu tidak melihat jalan dan aku tersandung oleh bebatuan.

Tapi untung aku tidak jadi mencium tanah karena Abi menangkap ku, dia memegang pinggang ku agar aku tidak terjatuh.

Pandangan kami terpaku aku melihat mata tajamnya yang sudah lebih dari dua bulan aku melihat mata itu.

Perasaan aneh muncul dalam benakku, aku merasa tidak ingin mata itu menatap hal lain selain aku.

Saat aku masih asik dengan mata Abi tiba-tiba seekor kunang-kunang yang hinggap di hidung ku.

"Key kamu diam ya ada kunang-kunang yang ada di hidung kamu" Abi menyentuh hidung ku yang terdapat kunang-kunang itu.

"Yah kunang-kunang nya pergi" Abi melepaskan pelukan kami.

Aku masih termenung dengan kejadian yang baru saja terjadi.

"Key lihat ini" Aku tersadar lalu melihat Abi yang sedang berjongkok dan menunjuk sesuatu.

"Lihat ini kunang-kunang nya pada kumpul di sini" Abi menunjuk semak-semak yang terdapat banyak kunang-kunang.

Aku hanya diam sungguh saat ini jantung ku tidak baik-baik saja.

"Lucu kan key hahahaha" Abi tertawa hampar bahkan aku tidak tau apa yang di tertawakan Abi.

"Pulang yuk Bi" ajak ku ketika Abi masih berjongkok di tempat itu.

"O-h iya ayo kita pulang" kenapa saat ini Abi berbeda sepertinya Abi salah tingkah.

Di perjalanan kami berdiam saja tanpa ada yang ingin membukak pembicaraan, hanya suara serangan yang menemani jalan kita.

Berjalan di jalan setapak ini membuat ku merinding ketakutan bagaimana kalo tiba-tiba ada hantu yang datang.

Kuak... kuak....

Mendengar suara itu aku langsung terlonjak kaget dan langsung memeluk Abi.

"Abi itu apa" tanyaku dengan sedikit ketakutan.

"Oh itu cuma kodok gak perlu di takutin" Abi mencoba melepas pelukan ku.

"Jangan di lepas Bi gue taku sama kodok soalnya gue fobia kodok" membayangkan saja sudah membuat bulu kudu ku merinding.

"Terus kamu mau gimana mau kaya gini terus" Memang saat ini posisi ku memeluk leher Abi dan kedua kaki nghampit pinggang Abi.

"Terserah lo yang penting gue gak mau jalan di bawah" Aku masih asik memejamkan mata takut kalo tiba-tiba kodo itu melompat ke arah ku.

"Ya mau gimana, kamu mau terbang atau mau saya gendong" Aku memukul kepala Abi, Bagaimana manusia bisa terbang aneh saja.

"Lo gimana sih emang manusia bisa terbang" omel ku yang sudah membukak mata ku.

"Jadi kamu mau minta gendong saya dong" Abi menaik turunan alisnya.

"in gue bilang kan terserah" aku sudah sangat marah kepada Abi.

"Kalo begitu kamu jalan sendiri aja" Abi yang akan menurunkan ku langsung aku cegah dengan gelengan kapal ku yang cukup keras.

"Loh katanya terserah saya, mau saya turunin kok gak mau" iseng Abi.

"Yaudah di gendong aja" cicit ku.

"Apa kamu bilang saya gak dengan" Kurasa Abi sedang mengerjai ku.

"GUE BILANG MAU DI GENDONG AJA" teriak ku tepat di telinga Abi.

untung di sekitar sini tidak ada rumah warga jadi aku tidak perlu kawatir warga akan marah karena suara emas ku ini.

"Kamu mau kuping saya budek hah" Abi sambil memegang telinga nya.

"Hehe makanya jangan pura-pura budek" aku tertawa kecil ketika melihat wajah Abi yang merah.

"Sudahlah berdebat dengan kamu tidak akan ada habisnya" Abi membenarkan gendongnya dan aku memeluk leher Abi dengan sangat erat.

Abi menggendong ku ala ibu kuala yang menggendong anaknya di depan.

"Bi kalo pacar lo liat gue di gendong kaya gini apa dia bakal cemburu"

"Gak akan" sungguh lelaki cool itu sangat irit bicara.

"Kenapa" kataku dengan melihat wajah Abi yang sedang fokus ke jalan yang hanya di terangi oleh cahaya dari senter yang di bawa Abi.

"Karena saya tidak punya pacar" mendengar itu entah kenapa membuat hatiku menjadi sedikit lega.

"Kenapa kamu tanya seperti itu" Abi yang masih fokus ke jalan.

"Gak cuma takut aja kalo kalo nanti di kira gue pelakor" jawab ku apa adanya.

"Gak akan karena kamu satu-satunya wanita yang dekat dengan saya, maaf kalo saya belum bisa menjadi panutan mu" Aku melihat Abi yang sedang fokus seperti ini membuat Abi sangat lah tampan.

"Enggak lo udah jadi panutan gue yang paling baik" Aku menggelang dan merentangkan tangan ku.

"Makasih karena sudah percaya sama saya" Abi berhenti berjalan.

Aku mendongak kan kepalaku untuk melihat Abi tapi malah mata kami bertemu kembali. Tatapan ini beda dari tatapan yang sebelumnya tatapan ini seperti tatapan sandu.

"Lo kenapa deh bi kaya mau di tinggal gue pergi aja" canda ku yang masih melihat Abi.

"Memang ketakutan saya adalah kehilangan kamu, setelah kamu menjadi lebih baik ayah kamu akan menjemput kamu kembali ke kota tempat asal kamu"

apa ini apakah aku harus senang kerena Abi berbicara panjang kali lebar atau aku harus merasa sedih karena mendengar kabar itu.

"Apa sesayang itu lo sama gue sampai-sampai lo takut kehilangan gue" Aku menatap mata Abi dalam.

"Iya" walaupun hanya jawaban singkat itu membuat ku tersipu malu.

Aku pun membuang muka agar Abi tidak melihat wajahku yang sudah merah ini.

Abi mengambil dagu ku lalu sekali lagi pandangan kami bertemu semakin lama wajah Abi mendekat ke wajahku aku yang melihat itu menutup mataku dan.....

***

1
Anrai Dela Cruz
Suka sejak awal
Dálvaca
Mantap!
vera: makasih kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!