NovelToon NovelToon
Keluarga Untuk Safina

Keluarga Untuk Safina

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak / Ibu Tiri / Istri ideal
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Secara kebetulan aku bertemu dengan keluarga kecil itu, hadir sebagai seorang istri terutama ibu pengganti untuk anak pria itu yang berstatus duda saat menikahiku.

Sungguh berat ujiannya menghadapi mereka, bukan hanya satu, tapi empat. Namun, karena anak bungsunya yang paling menempel padaku, membuatku terpaksa bersabar. Mungkinkah aku akan mendapatkan cintanya mereka semua? Termasuk Ayah mereka?

Kami menikah tanpa cinta, hanya karena Delia, anak bungsu pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Suasana Canggung

🌻🌻🌻

Kedua tanganku mendarat di dada bidang Mas Lintang yang dibungkus oleh pakaian tidur berbahan tipis itu, bisa kurasakan kekekaran tubuhnya. Sedikit dorongan aku berikan, membuatnya menjauh dariku. Kemudian, kami sama-sama menyemaikan senyuman untuk gadis itu yang membalas senyuman kami dengan laut wajah malas sambil meninggalkan posisinya, tidak tampak lagi di hadapan kami.

Keberadaannya tadi tidak aku sadari, bahkan mas lintang sepertinya juga tidak sadar. Shani hadir seperti hantu, kami tidak mendengar bunyi langkah kakinya.

Mas Lintang lanjut memakan mie yang ada di hadapannya dengan tingkah malu, begitupun denganku.

***

Kupikir perasaan canggung sudah berakhir di dapur. Namun, perasaan itu malah semakin menjadi-jadi ketika kami sudah memasuki kamar. Kami berdiri bersebelahan di depan pintu kamar dengan kepala tertunduk dan sesekali saling melirik. Rasanya inilah malam pertama kami setelah pernikahan, suasananya cukup menegangkan.

Tubuh Mas Lintang menghadap ke arahku. Pria itu menghela napas dan mengecup bibirku. Sejenak tubuhku berdiam kaku, kaget sekaget-kagetnya sampai kedua bola mata membesar menatap lantai.

Jantungku tidak terkontrol. Darah rasanya mengalir panas di sekujur tubuhku dan aku yakin wajahku memucat karena buruan rasa grogi yang ikut muncul.

“Mas bisa lanjut kerja,” ujarku dan tersenyum cengengesan sambil melangkahkan kaki menuju kasur dengan kepala kembali aku tundukkan setelah sempat menatapnya sesaat.

Jangankan aku, Mas Lintang saja tampak kaget dengan tingkahnya tadi.

“Fina!” panggil Mas Lintang.

Kakiku berhenti melangkah dan perlahan aku memutar tubuh ke belakang. Namun, sebelum sempurna tubuhku mengarah ke belakang, pria itu menyambar bak petir, dan membuatku terduduk di tepi kasur. Mata kami saling memandang dan mata kami menjadi fokus utama saat itu. Tubuh Mas Lintang merendah sampai kedua tangannya mendaratkan di kasur, di mengepungku. Kembali Mas Lintang mendekatkan wajahnya ke wajahku sambil memejamkan mata dan aku juga begitu.

“Ibu …!” panggil Delia.

Mata kami sama-sama terbuka dengan raut wajah kaget, sempat kami memandang sesaat, dan aku menoleh ke arah suara bersumber yang aku dengar dari belakang. Ternyata Delia terbaring tidur di belakang kami, di balik kasur tebal yang sebelumnya aku kira itu bantal guling setelah memasuki kamar.

Senyuman aku tunjukkan kepada Mas Lintang sambil beringsut ke belakang dan menyamakan posisi dengan Delia. Suamiku itu pun berdiri betul dan membalas senyumanku, lalu menghampiri meja kerjanya, lanjut mengerjakan pekerjaannya.

“Kapan Delia ke sini? Nenek tahu?” tanyaku kepada Delia dan melirik Mas Lintang yang memperhatikan kami.

“Nenek tidak tahu. Delia tidur bersama Ibu, ya? Ceritakan Delia dongeng.”

“Baiklah. Sekarang pejamkan mata dan dengar,” ucapku sebelum aku beranjak menuju meja kerja Mas Lintang, di mana buku cerita Delia ada di sana.

Kasur aku tinggalkan sejenak untuk mengambil buku dongeng itu. Mas Lintang tersenyum kepadaku dan aku merasa malam ini menjadi malam paling banyak pria itu tersenyum begitu manis.

Kami kembali saling memandang setelah aku berdiri di sampingnya. Mataku melirik Delia yang memejamkan mata, aku ambil kesempatan mengecup pipi Mas Lintang dan berlari kecil ke arah kasur. Malu rasanya, tetapi hal biasa jika itu terjadi, kan?

“Ibu kenapa?” tanya Delia, mungkin merasakan getaran kasur saat aku menaikinya dengan kasar.

“Bukan apa-apa. Ibu akan membacakan sebuah kisah,” jawabku yang akhirnya kembali menatap Mas Lintang yang duduk tersenyum, tampak tersipu malu sampai menundukkan kepala dan kembali mengarahkan mata menatap laptop di hadapannya.

***

Mata aku buka, langsung menampakkan wajah Mas Lintang. Pria itu berbaring di sisi kananku dan tangannya telah menjadi bantalku entah sejak kapan, aku tidak sadar. Kepala sedikit aku angkat dari tangan Mas Lintang dan menoleh ke belakang, aku menemukan kebenaran Delia, anak itu tidur di belakangku, bukannya kami mengepung posisi tidur.

Mas Lintang terjaga, bibirnya sedikit terganga sambil mengangkat tangan yang tadi aku himpit, mungkin rasanya sudah kaku. Melihat itu aku langsung duduk dan Mas Lintang berhenti berekspresi seperti itu setelah membuka sempurna matanya dan menatapku.

“Mas baik-baik saja?” bodohnya aku malah bertanya seperti itu. Padahal, aku melihat sendiri pria itu kesakitan ulahku.

“Iya.” Mas Lintang duduk. “Sudah jam berapa sekarang?” Mas Lintang mengarahkan pandangan ke jam yang ada di atas meja, menunjukkan pukul delapan pagi.

Pria itu kaget dan bergegas menuruni kasur sambil menyuruhku untuk mempersiapkan Delia berangkat ke sekolah. Sejenak aku duduk sampai sadar kalau aku juga harus ke sekolah untuk mengajar, harus menjadi contoh yang baik untuk para muridku supaya mereka tidak terlambat. Tetapi, aku rasa aku sudah tetap akan terlambat sampai di sekolah. Semua gara-gara aku melanjutkan tidur setelah subuh tadi.

Kami sama-sama keluar dari kamar, bergegas ke kamar mandi yang ada di dapur. Langkah kami spontan berhenti di pintu dapur setelah menemukan ibu mertuaku sedang mengumpulkan beberapa piring kotor yang ada di atas meja, mungkin bekas sarapan anak-anak. Mereka sudah tidak ada, berarti mereka sudah berangkat ke sekolah.

“Ibu kenapa tidak membangunkanku?” tanya Mas Lintang, sempat-sempatnya berbicara bersama ibunya.

“Kan ada istrimu. Tidak apa-apa sesekali terlambat, Ibu bisa mengerti,” ucap Bu Sulis yang membuatku sedikit bingung dengan senyuman menggoda yang ditunjukkan ketika kami tidak memiliki waktu untuk bercanda.

Bu Sulis membasuh kedua tangannya di wastafel pencucian piring. Kemudian, mendekati kami, mengambil Delia yang kebetulan ada di gendonganku. Dari kasur aku menggendong anak itu karena merasa akan lebih cepat ke kamar mandi jika menggendongnya.

“Kalian bisa mandi. Yang bersih.” Bu Sulis masih mengumbar senyuman menggoda yang membuat kami saling memandang dan merasa bingung, rasanya senyuman itu menyimpan sesuatu mengenai kami.

“Mas mandi dulu,” ucapku.

“Mengapa saling duluan? Kalian bisa mandi bersama. Bukankah kalian sudah terlambat?” Bu Sulis mendorong kami dari belakang menuju kamar mandi setelah menaruh Delia.

Kami di dorong sampai memasuki kamar mandi, bahkan pintu kamar mandi ditutup oleh ibu mertuaku itu. Sejenak kami berdiri saling memandang dan tersenyum dengan tingkah Bu Sulis. Mas Lintang berdiri membelakangi keberadaanku dan mulai melucuti pakaiannya dan aku langsung membelakangi keberadaannya, rasanya sedikit tidak sopan, meskipun aku ingin melihat tubuh kekarnya itu.

“Pakai kain yang tersangkut untuk mandi. Buka saja bajumu, aku tidak akan melihatnya,” ucap Mas Lintang dengan dan aku perlahan menoleh ke belakang, melihatnya berdiri menghadap ke bak dengan kedua tangan berada di tepi bak, menatap air yang ada di dalamnya. Tubuhnya ternyata benar kekar, kain yang terpasang di tubuhnya saat itu hanya celana dalam hingga paha.

“Iya,” balasku dengan cepat mengarahkan kembali pandanganku ke depan saat sadar pria itu ingin menoleh ke belakang.

1
Mariyam Iyam
lanjut
Darni Jambi
bagus,mendidik
Ig: Mywindersone: Terima kasih.
🥰🥰
total 1 replies
LISA
ya nih penasaran jg..koq bisa yg menculik itu mengkambinghitamkan Fina..pdhl Fina yg sudah menolong Shani..
LISA
Moga dgn kejadian itu Shani sadar dan tidak memusuhi Fina lg jg mau menerima Fina sebagai Mamanya
Darni Jambi
upnya yg rutin kak,
Darni Jambi
kok ngak up2 to mbk ditungguin, bagus critanya
LISA
Ya nih Kak
LISA
Pasti ibunya anak²
LISA
Ya Kak..Fina bijak bgt..salut deh sama Fina..istri yg pengertian
LISA
Pasti ke rmhnya Delia
LISA
Aq mampir Kak
Rina Nurvitasari
semangat terus thor
Rina Nurvitasari
mampir dulu thor semoga ceritanya menarik dan bikin penasaran...

semangat terus rhor💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!