The Most Beautiful Revenge

Arga berlari dengan cepat ke kamar Serena di mana keriuhan tercipta, hingga matanya kini terbelalak tak kala dia melihat seorang wanita cantik.

Wajahnya nampak menawan dengan aneka berlian yang menghiasinya, gaun putih yang dia kenalan seketika membuat dada Arga tak mampu lagi berdetak dengan normal.

"Apa aku cantik?" Tanya Serena berjalan menghampiri Arga, para pelayan tertawa di belakang punggung Arga seraya mendorong pria itu masuk ke dalam kamar.

*Kalo bisa bayangin sambil liat lagu india gitu lah ya, wkwkwk

"Arga?" Serena terkejut tak kala mereka kini saling berdekatan detak jantung mereka terdengar mendayu dengan irama nafas yang terdengar berat. Serena menundukkan pandangannya, untuk pertama kalinya Serena menunduk di hadapan seseorang?

Seorang Serena yang biasanya mengangkat kepalanya di depan siapapun, berjalan dengan percaya diri dan berkata dengan sangat berani kini terlihat seperti kucing manis di hadapan Arga.

"Anda begitu cantik, s-saya me-"

"Ehem! Lihatlah penampilan anda sekarang. Mana pantas berdampingan dengan yang mulia Penguasa kami?" Arga terkejut mendengar penuturan salah seorang Kesatria.

"Ah iya, saya akan cepat." Arga berlari ke luar kamar Serena dan memakai pakaiannya sebagai seorang pengantin.

Lantunan lagu dan kebahagiaan berbaur menjadi satu di tanah Atlan. Penduduk bahagia dan para pemimpin mereka juga ikut bahagia.

.

.

.

Beberapa bulan kemudian, sebuah berita menggemparkan kembali terjadi di kekaisaran. Sang Raja akhirnya mewariskan kekuasaannya pada Arga, Serena juga di angkat sebagai Ratu baru kekaisaran.

Dalam sebuah pernikahan yang di harapkan oleh setiap pasangan tentukan kehadiran Putra atau Putri. Begitu juga dengan Serena dan Arga. Menginjak satu tahun pernikahan mereka akhirnya Serena di nyatakan tengah mengandung calon pewaris kekaisaran.

Sebuah pesta di adakan dengan banyak kemegahan, namun tanpa mereka sadari di antara timbunan kelam kisah perjalanan mereka. Seorang wanita tua yang sakit hati tengah bersembunyi di gelapnya malam.

"Argh! Kalian telah membunuh Filip ku, kalian menghancurkan seluruh hidup ku!" Teriak wanita itu yang tidak lain adalah Ratu terdahulu.

Wajahnya yang nampak memucat dengan tangan yang sudah mengerut kering akibat di makan usia. Tak ada lagi permata sebagai tanda kejayaannya di masa lalu, hanya sebuah tulang yang menemaninya yang di yakini adalah tulang Filip yang terbakar.

Tok

Tok

Tok

"Akhirnya datang juga, waktu untuk aku balas dendam akhirnya telah tiba!" Ucapnya dengan langkah pasti membuka pintu gubuknya.

"Nyonya kami datang untuk membawakan tumbal yang anda minta." Ucap tiga orang pria dengan penutup wajah.

"Ini upah kalian, masukan mereka ke dalam goa yang aku minta." Ucap sang Ratu melemparkan sekantong emas pada para pria tersebut.

"Kami telah melaksakannya Nyonya," Sang Ratu tertawa mendengar hal tersebut.

"Bagus!" Ucap Ratu melangkah menuju goa dengan tulang putranya, tulang dari tulang punggung adalah sebuah inti kehidupan yang di percayai di tanah tersebut.

Konon katanya ada sebuah sihir kegelapan yang mampu membuat seseorang hidup kembali dengan cara mengumpulkan 100 jenis darah segar gadis suci. Gadis yang belum pernah di sentuh sama sekali adalah syarat yang wajib ada.

Ratu menatap sekitar 10 orang gadis di hadapannya, beberapa orang penganut sihir hitam juga nampak tengah bersiap untuk mengadakan ritual.

"Mana darah 90 wanita sebelumnya?" Tanya Ratu pada para penyihir hitam, sebuah wadah berukuran sangat besar nampak di perlihatkan. Aroma amis tercium memanggil kebencian yang ada dalam jiwa sang Ratu.

"Hahahah, berbahagialah kalian karena akan menjadi bagian dari kehidupan kembali putra ku." Tawa sang Ratu menggema, dia mengambil sebuah pedang berwarna merah darah.

"Lakukan upacaranya sekarang." Ucap sang Ratu, dia meminta bawahannya yang lain untuk memeriksa kebenaran mengenai keperawanan calon mayat itu.

Tangis dan teriakan para gadis seolah menjadi pilu di tengah malam gelap gulita, permintaan ampun dan sayatan terdengar menakutkan.

Cret!

Tanpa rasa ragu sedikitpun sang Ratu menggorok leher seorang gadis yang mungkin masih berusia 15 tahun, darah keluar dengan derasnya.

"Tolong yang mulia Ratu, ayah ku adalah seorang Kesatria, dia akan membeli ku dengan uang yang memuaskan Yang mulia gantikan aku dengan wan-"

Cret!

Kembali Ratu menggorok leher wanita itu hingga darahnya kembali mengalir menuju wadah yang telah di siapkan, teriakan kembali terdengar saat eksekusi itu terjadi.

"Aaa! Tolong yang mulia to-"

Cret!

Tak kenal ampun sedikitpun sang Ratu menggorok lehernya dengan mudah, darah terus mengalir menjadikan sebuah perpaduan yang mengerikan.

Delapan, tujuh, hingga akhirnya tersisa satu orang terakhir yang tak lagi berbicara. Dia menatap Ratu dengan tajam dan tak memperlihatkan ketakutan sedikitpun.

"Kenapa anda hanya berdiri?" Wania itu menatap Ratu dengan dingin, sang Ratu melihat banyaknya bekas cambuk di sekujur tubuhnya.

"Owh, jadi kau tidak merasa takut sama sekali ya?" Sang Ratu mengangkat dagu gadis itu hingga tatapan tajam dengan mata berwarna kemerahan itu tak lagi berucap apa-apa.

Clep!

Pedang di tangan sang Ratu langsung di gorokkan ke lehernya sendiri tanpa rasa ragu. Sang Ratu tertawa melihat kejadian itu, dia sangat tertarik pada gadis tersebut namun gadis itu justru lebih menginginkan kematian.

"Bulan darah akan datang tak lama lagi, lakukan upacara penyambutan dewa iblis." Ucap sang Ratu memerintahkan para bawahannya untuk membawa sesajen berupa tubuh dan kepala para gadis yang baru saja dia eksekusi.

Aura kehitaman mengalir tak kala mantera terus terucap di penjuru goa, kegelapan dan ketakutan menyelimuti manusia. Mereka bersujud di hadapan sosok makhluk yang tiba dengan tampangnya.

Wajahnya nampak suram tak terlihat, matanya merah dengan tanduk kehitaman. Sayap hitam membentang hingga meruntuhkan beberapa tiang goa. Cakar di kaki dan angannya tampak begitu mengerikan.

"Terimalah persembahan kami yang mulia raja iblis." Sang Ratu memberikan satu kepala gadis yang nampak melotot dengan darah yang masih segar.

"Siapa yang melakukan ritual ini?" Tanyanya dengan dingin, aura mengerikan memenuhi seluruh tubuh manusia.

"Saya yang melakukannya, saya mengorbankan 100 darah gadis suci untuk membangkitkan satu orang anak saya Yang mulia." Ucap Sang Ratu menunduk dengan wajah yang ketakutan.

"Begitukah? apa kau tahu bayaran yang harus aku terima?" Raja Iblis melangkah dengan kakinya yang besar.

"A-anda membutuhkan bayaran?" Ratu gugup seketika, dia tak pernah tahu bila dalam sebuah pembangkitan di butuhkan bayaran lebih dari syarat.

"Ya, aku menginginkan satu bayi keturunan dari Kaisar saat ini. Bayi yang tidak akan bisa di lukai oleh sihir, dan tidak dapat di sentuh manusia suci. Aku menginginkan bayi itu!" Ucap Raja Iblis dengan satu kibasan tangannya dia langsung menghilang begitu saja dari hadapan para penyembahnya.