NovelToon NovelToon
Menjadi Selamanya

Menjadi Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:14k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Divi hampir menyerah saat pengajuan pinjamannya ditolak, dengan alasan Divi adalah karyawan baru dan pengajuan pinjamannya terlalu besar. Tapi Divi memang membutuhkannya untuk biaya operasi sang ibu juga untuk melunasi hutang Tantenya yang menjadikan Divi sebagai jaminan kepada rentenir. Dimana lagi dia harus mendapatkan uang?

Tiba-tiba saja CEO tempatnya bekerja mengajak Divi menikah! Tapi, itu bukan lamaran romantis, melainkan ada kesepakatan saling menguntungkan!

Kesepakatan apa yang membuat Arkael Harsa yakin seorang Divi dapat memberikan keuntungan padanya? Lantas, apakah Divi akan menerima tawaran dari CEO yang terkenal dengan sikapnya dingin dan sifatnya yang kejam tanpa toleransi itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 22. Serba Salah

Entah karena terbawa rasa lapar atau karena terprovokasi atau karena memang kesal dari hati, Divi makan seperti orang kelaparan. Dia tidak lagi memikirkan soal wedges, dress apa lagi make up nya. Rambut yang sudah ditata sedemikian rupa oleh hair stylish, dicepol begitu saja lantaran helaian rambutnya itu mengganggu Divi yang makan ayam geprek level lima. Setiap memikirkan ulang kata-kata Arana atau cara artis itu menatapnya membuat jiwa istri sah di atas kertasnya melambung tinggi. Ia tidak pernah sampai berpikir akan ada wanita macam Arana itu, kok bisa-bisanya menegaskan dengan bangga dirinya adalah mantan dari suami seorang istri tepat di depan istrinya pulak! Gila, kan?

Memang kenapa kalo dia mantannya? Kan cuma mantan! Gue istrinya! Istri... astaga, aku bahkan nggak tau sampai berapa lama aku menyandang status itu...huhuhu!

Hap! Suapan besar masuk ke dalam mulutnya, sensasi pedas, agak berminyak, gurih, sedikit manis berbaur menciptakan rasa yang membuat nagih bagi mereka pecinta pedas.

Gimana nasibku nanti setelah Pak Kael menyudahi kontrak nikah ini? Huhuhu!

Apa gue oplas aja, ya? Tapi biayanya...

Kayaknya gue harus bener-bener nambahin isi kontrak, satu skinship sepuluh juta!

Mamanya Pak Kael dan Si Rana-Rana itu pasti menginjak-injak gue habis-habisan nanti!

Bisa nggak sih aku pindah ke kutub aja?

Hap! Satu lagi suapan besar masuk ke dalam mulutnya.

Sembari mulutnya bekerja melumat makanan, otaknya terus saja berputar memikirkan kemungkinan-kemungkinan di masa depan yang dia sendiri belum tahu seperti apa nantinya. Sementara dia sibuk dengan pikiran dan ayam geprek di piringnya, mobil yang dikendarai Bimo tiba di depan pintu rumah, Arkael segera masuk ke dalam rumah yang disambut Dar dengan ekspresi bingung.

"Tuan? Sudah pulang?"

"Divi ada? Aku menghubunginya tapi tidak dijawab."

"Ada, Nyonya sedang makan, jadi mungkin-" Belum sempat Dar menyelesaikan penjelasannya, kaki Arkael langsung melangkah lebar masuk lebih dalam ke bagian dalam rumahnya.

"Ada apa?" tanya Dar terlihat bingung, bertanya pada Bimo.

Lelaki itu malah menyunggingkan senyuman lebar sambil merangkul pundak wanita paruh baya itu. "Kita ngopi aja yuk, Bu Dar, sambil nonton pertunjukan teater."

"Pertunjukan teater?"

Pertunjukkan teater yang dimaksud Bimo tentu saja adalah dua orang yang kini saling menatap dengan pikiran yang berbeda.

Astaga! Pak Kael kenapa tiba-tiba ada disini? Mana aku lagi makan ayam geprek gini, semoga di gigi nggak ada kulit cabe yang nyelip! Batin Divi.

Divi? Itu Divi kan? Kenapa dia...berubah! Cantik! Ah, apa yang gue pikirkan! Tapi, kenapa harus menaikkan rambutnya begitu, membuat gue jadi ingin...oke stop, Arkael! Fokus! Tapi bibirnya sangat mengilat, itu pasti karena minyak dari makanan itu kan, tapi kenapa menggoda sekali...dan...dan...

"Arkael, k-kamu sudah pulang?" Suara Divi akhirnya menyelamatkan Arkael dari imajinasi liarnya mengenai rasa bibir mengilat yang saat ini dijilat oleh siempunya bibir.

"Kenapa kamu cant-eh...kenapa nggak jawab telepon aku?"

Huuft, hampir saja keceplosan!

"Oh, maaf, hape aku di kamar. Kamu baik-baik saja, kan? Kok sudah pulang?"

"Oh begitu. Syukurlah."

"Memang kenapa?"

"Aku pikir kamu..."

"Aku kenapa?"

Arkael berusaha sangat keras untuk fokus, untuk tidak tealihkan pada leher jenjang Divi, bibir mungil yang mengilat itu, wajah Divi yang sangat...ah, menggoda sekali, wedges yang dilepas dan membiarkan telapak kaki ramping itu telanjang di atas lantai.

Oke, fokus! FOKUS!

Arkael menarik kursi dan duduk di sana, seketika aroma pedas dari ayam geprek yang sedang disantap Divi menyapa indra penciumannya.

"Kamu makan apa ini?"

"Ayam geprek."

"Jangan diteruskan! Dari aromanya saja aku tahu ini pasti pedas sekali." Arkael hendak menarik piring Divi, tapi Divi menahannya.

"Eh, mau dikemanakan?"

"Buang! Jangan di makan lagi, nanti perutmu bisa sakit."

"Ih sayang lah, tinggal sedikit lagi."

"Ya udah nggak usah dihabiskan."

"Nggak bisa, justru ini bagian yang paling sedap!"

"Tapi perutmu bisa sakit!"

"Tapi aku harus makan ini supaya bisa meredakan rasa kesalku."

"Kamu lagi kesal?" Nada suara Arkael berubah, dari memaksa Divi untuk menyudahi santapannya menjadi nada ingin tahu.

"Iya. Makanya jangan ganggu!"

"Memang apa yang bikin kamu kesal, sayang, hm?"

"Bukan apa, tapi siapa!"

"Oke, siapa yang bikin kamu kesal?"

Mantan lo! Omel Divi yang hanya mampu dia lontarkan di dalam hatinya. Tapi bukannya menjawab, Divi malah menyelesaikan santapannya yang tinggal dua suapan lagi. Arkael meringis melihat Divi mengunyah dan menelan makanan pedas itu.

Setelah membawa piring kotornya ke dapur, mencuci tangan dan mulutnya, Divi tidak kembali ke meja makan, padahal Arkael menunggu Divi disana. Melihat gadis itu langsung beranjak menuju lantai dua, Arkael dengan inisiatifnya menenteng wedges yang ditinggalkan Divi di dekat kaki kursi lalu menyusul Divi ke lantai atas.

Bimo yang benar-benar menyuruput kopinya menonton dari ruangan lain melalui CCTV dengan perasaan girang melihat bagaimana rencananya dan rencana Seli untuk melakukan make over kepada Divi telah berhasil membuat kawannya itu serba salah.

* * *

Arkael masuk ke dalam kamar, dia yakin Divi menghindarinya, lebih tepatnya menghindari pertanyaan terakhir yang diajukan Arkael di meja makan tadi. Dia meletakkan wedges Divi di samping pintu, matanya langsung melihat sosok gadis yang berbalut dress kuning se lutut dengan potongan kerah yang memperlihatkan bagian pundak Divi apa lagi lehernya. Ugh, Arkael benar-benar harus mengalihkan perhatiannya dari leher itu, jika tidak mau kesulitan di kamar mandi seorang diri!

"Kenapa menghindariku?" tanya Arkael dengan nada lembut.

"Ini sudah di kamar, Pak, nggak usah begitu ngomongnya." Divi mengingatkan Arkael bahwa hanya di dalam kamar ini lah mereka berdua tidak perlu ada sandiwara. Dan sepertinya, Arkael kali ini terbawa suasana.

Pria itu berdeham. "Jadi, kenapa kamu menghindari saya?"

"Saya nggak menghindari Bapak, kok."

"Lalu, kenapa kamu nggak jawab pertanyaan saya tadi. Siapa yang buat kamu kesal?"

"Bapak."

"Saya?" Kedua alis mata Arkael bergerak naik. Padahal tadinya dia sudah sangat yakin kalau yang membuat Divi kesal itu adalah Rana, tapi jawaban Divi terkadang membuat Arkael harus membuat kedua alis matanya bergerak naik. "Memang apa yang saya lakukan?"

"Pertama, dalam kontrak kesepakatan kita, disana nggak tertulis kalau di dalam rumah tangga sandiwara ini saya akan bertemu dengan mantan Bapak."

Hati Arkael tersenyum. Entah kenapa, hatinya malah merasa senang melihat Divi yang kesal karena bertemu dengan Rana. Apakah Divi cemburu? Apakah Arkael senang Divi cemburu? Apakah dia memang mengharapkan Divi cemburu? Apakah target dari rencana kesepakatan ini telah berubah?

"Kedua, saya hanya dibayar untuk pura-pura menjadi istri yang bahagia di depan semua orang. Ketiga, saya dibayar lebih kalau berhasil meyakinkan dan membuat Mamanya Pak Kael berhenti menjodoh-jodohkan Bapak dengan gadis lain. Keempat, perpisahan kita nanti bukan karena adanya mantan yang CLBK apa lagi isu pelakor, meski pun saya juga nggak tau apa nanti yang jadi tolak ukur sandiwara ini selesai."

Arkael diam mendengarkan juga memperhatian Divi yang lebih cantik saat gadis itu terlihat emosi.

"Jadi tolong banget kondisikan mantan Bapak agar tidak dulu mengacaukan situasi ini. Dia bisa datang lagi, nanti, kalau Bapak sudah menceraikan saya. Setelah kita berpisah, terserah dia mau apa ke Bapak."

"Memang kenapa kalau sekarang dia muncul? Apa kamu bertemu dengannya?"

"Iya saya ketemu sama mantan Bapak yang artis naik daun itu!" Mata Divi melotot, kedua tangannya dilipat di depan dada.

"Lalu, kamu cemburu?"

"Cemburu?" Kedua alis mata Divi bergerak naik. "Jujur ya, Pak. Membayangkan bagaimana Nyonya Paulina yang bercita-cita ingin menginjak-injak saya seperti kain lap sudah membuat saya merinding, entah bagaimana eforia kemenangannya nanti ketika Bapak menceraikan saya. Kalau saya juga harus menghadapi mantan Bapak, yang jelas dia sepertinya masih punya rasa ke Bapak, itu sungguh beban mental untuk saya. Saya harus bersikap tegas tentu saja karena sesuai kesepakatan, saya harus tampil sebagai istri yang dicintai oleh suaminya, kan?"

Divi menjeda sejenak untuk mengatur napasnya, ia memejamkan matanya sebentar sebelum akhirnya dia kembali melihat sosok Arkael yang tersenyum tipis-tipis kepadanya.

"Apa Bapak nggak bisa bayangkan bagaimana nantinya mereka mencemooh dan menghina saya karena saya pada akhirnya nggak lebih dari seorang istri yang dicerai oleh suami yang selama ini dibanggakan karena menganggap dirinya adalah wanita yang paling dicintai?"

Senyum Arkael hilang. Ia dapat melihat sorot kekhawatiran dalam mata Divi. Hatinya tercubit, terasa nyeri membayangkan bagaimana nanti kehidupan gadis itu. Arkael bukanya tidak tahu, tapi hanya berusaha mengabaikannya. Apa yang akan terjadi dikemudian hari sudah tertulis dalam resiko kesepakatan. Dan Arkael sudah membayar Divi untuk itu, dia bahkan tidak keberatan untuk menambahkan poin kesepakatan sesuai dengan kemauan Divi. Tapi kenapa mendengar Divi menjelaskannya, membuat hati Arkael tersentak?

"Saya akan tambahkan bayaranmu untuk meyakinkan Rana kalau kamu adalah istri yang saya cintai."

Tujuan dari rencana ini sudah di depan mata, gue harus fokus!

"Nggak mau!"

"Apa?" Kening Arkael berkerut.

"Dari pada Bapak menghancurkan masa depan saya nanti, lebih baik Bapak jujur sama diri Bapak sendiri, kalo memang Bapak masih ada rasa sama mantan Bapak, jelaskan ke dia tentang sandiwara ini dan minta dia untuk kembali nanti setelah kita berpisah. Kalau memang Bapak udah nggak ada rasa untuk mantan Bapak, minta dia untuk nggak merusak citranya dengan menjadi pelakor."

Arkael tertegun. Bukan karena ketegasan dalam penolakan Divi, namun kata-kata Divi membuat Arkael seperti tersadar akan satu hal. Yaitu perasaannya.

Karena melihat Arkael yang hanya diam saja, Divi pun bergerak hendak meninggalkan Arkael, tapi tiba-tiba saja Arkael dengan sangat randomnya menyuruh Divi untuk melepaskan ikatan rambutnya. Divi menurut, tapi detik berikutnya Arkael malah terlihat kesal dan menyuruh Divi untuk mengikatnya lagi. Tapi anehnya saat Divi sedang mengangkat tangan untuk mengikat rambutnya, Arkael malah terlihat lebih tegang dan menyuruh Divi pergi dari hadapannya.

"Ish! Dasar orang aneh!" Gerutu Divi.

Gerutuan itu masih terbawa angin hingga terdengar oleh Arkael. Ia meringis. Benar, dia menjadi aneh. Perasaannya, pikirannya, fokusnya, bahkan...hatinya.

.

.

.

Bersambung~

1
Boma
😄😄ketauan boong,pasti kecelakaanya di sengaja
Boma
maksudnya ini apa ya,apa kecelakaan di sengaja biar divi maubalik lgi ke arkael
Muri
kok ada yaaa ayah bejat kaya gitu sama anak kandungnya sendiri.
Boma
mau ya divi moga kael mau nerima kamu sepenuhnya,walau pun kamu gak perawan lgi
Umie Irbie
yaaaah...divi udah ngg prawan sama ayah nya sendiri😏😫 kirain bisa di gagalin 😒😩 ternyata tetap di pake,😩😒😫 iyaaa itu mah ngg pantas untuk kael
Boma
ya ampun ayah kandung iblis itu mah
Boma
terus berjuang el,untuk meyakinkan divi
Boma
pasti divi salah paham,di kiranya akan mengakhiri pernikahan kontraknya
Boma
padahal kakek cuma ingin tau perasaan kael yg sesungguhnya
Boma
mending jujur aja divi,kalo perasaan itu ada,tapi sllu menepisnya,karna tak sepadan dgn arkael,moga kakek merestuimu divi
Boma
pasti rana,makin runyam
DwiDinz
Siapa tuh yg nguping? Rana atau divi? 🤔
Boma
kamu aja yg ambil,biar nanti terbiasa😄
Umie Irbie
kok ayah siiii thoooor 😱🤔🤔 punya
traumakah ????
Umie Irbie
othooooor random bangeeeet dewhhh,. masa rumahnya kael yg mewah ada tokek 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤪
Umie Irbie: wahhahahahahaha,. 🤣🤣🤣🤣🤣 di hotel pulaaaa 😒😒😒🤣🤪
Kiky Mungil: mending kalo di rumah, tapi ini di hotel kak, eh, tokeknya juga mau ikut bobo dihotel kayaknya 😅😅😅
total 2 replies
Boma
kirain ada yg ngetuk pintu,eh toke😄ada2 saja
Kiky Mungil: tokeknya jadi room service 😅
total 1 replies
Boma
apa dia bilang wc ya ujungnya😁
Umie Irbie
duuuuh,. bahasa inggris yaks😒😣 artinya apaan siii,. masa kudu copy paste dulu ke google transit 😏😣😒
Kiky Mungil: jangan kak...bahaya artinya 😋😋
total 1 replies
Umie Irbie
hahahaah,. baca nya sweet bangeeet siiiii 🤣🤭🤭
Umie Irbie
hahahaha,. hukuman nya kok enak sekali yaaaaa 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!