Memperhatikan cerita kehidupan seseorang yang sedikit berbeda, membuat wanita cantik bernama Nining tertarik akan sebuah masalah kehidupan Ustadznya.
Nining berniat mengajak Ustadznya menikah hanya sebuah gosipan.
Berhasil dan si lelaki menyetujui, apa yang akan di lakukan Nining selanjutnya saat setelah menikah dengan Ustadznya yang bernama Ilham?
Akankah nantinya Nining menyesal telah mengajak menikah Ilham?
Mari kita saksikan kisahnya hanya di aplikasi noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab - 22
Zulaikha datang membawa segelas air putih dengan perlahan mendekati Nining. "Ini di minum dulu Nak."
Nining segera meminum air putih yang ternyata hangat dan melegakan tenggorokan serta hidungnya. "Terimakasih Uma."
Zulaikha mengambil lagi gelas yang di pegang Nining. "Iya sama-sama Nak. Oh iya lebih baik kamu mandi dulu. Bersihkan badan mu sebelum tidur. Selagi menunggu obat yang di bawa Ilham." perintahnya dengan suara yang begitu merdu di dengar.
"Iya Uma." Nining segera turun dan berjalan.
Zulaikha kebingungan dengan jalan Nining yang terlihat pincang itu. Ia pun segera menyusul. "Nak, kamu kenapa?"
Seketika saja Nining berhenti berjalan dengan kembali melihat ibu mertuanya. "Kaki aku sakit Uma, tadi pagi kepeleset di depan kamar mandi." Nining menunjuk kakinya yang masih membiru.
"Astaghfirullah..." Zulaikha terkejut melihat pergelangan kaki Nining. "Sudah di kasih obat belum Nak?" ia sangat khawatir dengan kondisi menantunya itu.
"Sudah di pijit Abi, Ma."
"Di pijit aja enggak akan sembuh. Ini gimana sih Ilham mengurus kamu?" Zulaikha ingin marah pada anaknya itu.
"Kalian lagi ngapain di sini?" tanya Ilham yang baru datang sembari membawa plastik kecil berwarna putih berisi obat-obatan dengan kedua perempuan di hadapannya tengah berdiri di depan pintu kamar mandi.
Zulaikha mengucap syukur bahwa anaknya yang baru saja ia sebut begitu saja datang. "Kenapa kamu enggak bawa Nining ke rumah sakit untuk di cek kakinya?" tanya Zulaikha dengan suara yang sedikit meninggi.
"Tadinya mau aku bawa—"
"Seharusnya kamu itu periksakan dulu kondisi Nining ke rumah sakit. Bukan di pijit aja Ham. Jika kakinya kenapa-kenapa bagaimana?" Zulaikha takut menantunya itu terjadi sesuatu pada kakinya.
"Tapi aku sudah memeriksa bahwa kaki Nining hanya keseleo Ma."
"Memangnya kamu tau apa soal luka yang belum tentu tau di dalamnya terjadi apa?" Zulaikha kini tidak bisa mengatur emosinya di saat anaknya sendiri tidak bisa menjaga istrinya dengan baik. "Kalau tau begini, lebih baik kamu sama Nining tinggal di sini aja." gumamnya.
"Enggak bisa begitu juga Ma. Iya maaf, aku yang salah." balas Ilham menunduk. Ia tidak berani menatap mata Zulaikha yang terlihat marah padanya.
Nining begitu tidak nyaman melihat Zulaikha yang memarahi Ilham. "Itu Ma. Benar apa kata Abi. Kaki aku hanya sedikit lumpuh, eh salah sedikit pincang aja. Lagian aku masih bisa berjalan kok Ma. Sebentar lagi juga pasti sembuh."
"Astaghfirullah..." Zulaikha baru menyadari bahwa ia telah salah dalam berperilaku. "Iya sudah kalau begitu Ham sekarang kamu bantu Nining mandi. Uma mau menyiapkan makan buat Nining sebelum minum obatnya." Zulaikha langsung berjalan keluar kamar dengan kedua insan itu terdiam satu sama.
"Abi mau mandiin aku?"
Ilham menelan salivanya dengan meletakkan kantong plastik itu di atas meja. "Sini Abi mandiin." Ilham mendekati Nining secara perlahan.
Dalam pandangan Nining melihat Ilham kini bak udang yang habis di masak. Ia kembali ingat dengan pertama kali mereka ingin bersalaman. 'Bisa-bisa aku lama selesai mandinya.' Nining merasakan tubuhnya saja mulai meriang.
"Abi..." panggil Nining dengan Ilham berhenti melangkah. "Aku aja mandi sendirian. Lagian kaki aku aja yang sakit bukan kedua tangan ku. Abi tunggu aja di sini. Aku akan cepat kok mandinya." ucap Nining yang langsung masuk kedalam kamar mandi. 'Aku enggak mau menunggu Abi yang nantinya bergerak kayak siput lagi. Bukannya aku sembuh malahan tambah sakit.' oceh Nining sembari melepaskan pakaiannya.
"Mi... Ka-kalau butuh apa-apa bilang ke Abi." ucapan Ilham terdengar gugup di telinga Nining.
Nining hanya diam saja. Lagian siapa lagi yang akan menolongnya jika terjadi sesuatu saat di dalam kamar mandi kalau bukan Ilham.
"Umi..." panggil Ilham saat Nining tidak menjawab.
"Iya... Abi..." teriak Nining agar Ilham mendengar suaranya.
Ilham tersenyum sembari menunggu istrinya selesai mandi ia mengambil buku dan kacamata agar pikirannya lebih tenang dan teralihkan.