Setelah kecelakaan yang hampir mengakibatkan Ashana keguguran, suaminya malah ingin meninggalkan nya. Bagai sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah keadaan miris yang harus dihadapi wanita muda yang baru berusia 21 tahun itu.
"Mas Nathan! Apa yang kamu katakan, Mas!" teriak Asha yang masih terbaring di ranjang rumah sakit.
"Aku menceraikan mu, Ashana! Mulai detik ini kau bukan lagi istriku!"
Setelah mengatakannya, laki-laki yang sudah membersamai hidup Ashana selama satu tahun sebagai suami itu pergi tanpa berbalik lagi.
Bahkan musibah tidak sampai disana, setelah pulang dari rumah sakit ada yang membakar rumah yang dimana Asha berada di dalam rumah itu. Meskipun nyawa Asha tertolong namun wajah dan tubuh Asha rusak terbakar.
Lima tahun kemudian, Asha dengan sosok baru telah kembali dengan nama Belvina Gania untuk membalas dendam dan merenggut kembali apa yang seharunya menjadi miliknya.
Cekidot...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Perpisahan Tetaplah Perpisahan.
Dengan langkah berat dan wajah frustasi, Arkan masuk ke dalam Mansion. Langkahnya tertuju ke kamar sang putri di lantai dua, dia masuk ke dalam lift.
Ting!
Pintu lift terbuka di lantai atas, Arkan berjalan menuju kamar Devana.
Kening Arkan mengernyit melihat pintu kamar terbuka, ia pikir mungkin babysitter Devana sedang berada di kamar putrinya.
"Sus Wati___" panggilnya namun tenggorokan Arkan seketika kering, lidahnya kelu. Lelaki itu tertegun melihat istrinya berada di kamar sang putri, Belvina berdiri di dekat jendela.
Apa Belvina melihatku mengejar Asha di halaman?
"Sa-sayang... kamu disini diantar siapa?" tanya Arkan gugup.
Belvina berbalik dari jendela, dia menatap ke arah ranjang dimana seorang anak kecil perempuan sedang tidur. Ya, kini Belvina tengah berada di kamar sang putri.
"Belvina?" Arkan mendekat, ia melihat wajah berbeda dari istrinya.
"Aku baru masuk kesini diantar Bibik, tadi saat mau tidur tiba-tiba perasaanku nggak enak dan aku meminta Bibik membawaku ke kamar putriku." Belvina menatap Arkan seraya tersenyum, wajah wanita kembali ramah dan seperti tidak tahu apa-apa. "Kamu nggak marah aku ingin menemui putriku tanpa meminta ijin padamu dulu 'kan, Bang?"
Arkan menghela nafas lega, sepertinya Belvina tidak melihat apa yang terjadi di halaman tadi.
"Tentu saja aku nggak akan marah, tapi putri kita sedang tidur jadi kamu kembali ke kamar lagi ya. Besok kamu udah boleh berkeliling Mansion ini dan juga pergi keluar ke halaman atau taman. Hari ini kamu harus maksimalkan istirahat mu, yuk..." Arkan meremas lembut kedua bahu Belvina mengarahkan tubuh istrinya menuju keluar dari kamar Devana.
Namun langkah Belvina terhenti, matanya tertuju pada sebuah foto di dinding kamar putrinya.
"Kita bertiga terlihat bahagia di foto itu ya, Bang." Ujar Belvina.
Foto-foto di dinding Mansion memang sudah diganti dan hanya ada foto bertiga, tidak ada lagi foto berempat yang ada Devano di dalam nya.
"Iya."
"Tapi Bang, kenapa aku merasa wajah wanita di foto itu berbeda dengan wajahku?" Belvina menyipitkan mata.
"Hah?!"
Belvina menatap Arkan, "Kenapa kaget?"
"Nggak, sayang. Lagian kenapa foto nya beda dengan wajahmu, ada-ada aja. Foto itu kan bisa di edit jadi lebih cerah atau semacamnya jadi mungkin terlihat berbeda...." kilah Arkan, karena yang di dalam foto adalah Asha.
"Hm, iya. Abang bener," Belvina mengiyakan.
Mereka masuk ke dalam lift dan turun ke lantai bawah dimana kamar Belvina berada di salah satu lorong.
Setelah Arkan menyelimuti tubuh Belvina yang sudah terbaring di ranjang, dia bersiap bangkit dari ranjang namun tiba-tiba Belvina menahan lengan suaminya.
"Bang, temani aku. Tidur disini malam ini ya," Belvina menatap penuh harap pada suaminya.
Tubuh Arkan menegang, belum ada sedikit pun dalam pikirannya ia akan tidur bersama Belvina.
"Um, malam ini aku ada yang harus dikerjakan. Seminggu ini aku mengurus mu di rumah, jadi pekerjaan di Perusahaan diwakilkan pada Asisten-ku. Setiap malam aku harus memeriksa laporan darinya, maafkan aku..." tolak Arkan.
Wajah Belvina nampak sekilas kesal namun dengan cepat wanita itu merubah raut wajahnya menjadi wajah tenang. "Nggak papa, Bang. Pekerjaan sangat penting, karena waktu mu banyak untukku di siang hari."
"Terimakasih pengertian mu."
"Bang, apa hati Abang masih utuh untukku selama lima tahun ini?"
Arkan terkejut dengan pertanyaan Belvina, ia kesusahan menelan saliva-nya. Berbohong salah, jujur pun tidak tega.
"Astaga! Ternyata sudah jam 2, Abang harus Video Conference dengan rekan bisnis Abang." Arkan pura-pura melihat jam mewah yang melingkari pergelangan tangan nya. "Selamat tidur siang, ya..." lelaki itu lalu mengelus kepala Belvina sebentar dan gegas keluar sebelum Belvina menahan nya lagi.
Diluar, Arkan menyenderkan belakang kepalanya ke dinding. Kenapa semua menjadi kacau?
"Arkan, kamu harus melupakan perasaan mu pada Asha. Kau sudah mempunyai istri, ayolah..!" Lelaki itu membenturkan kepala bagian belakang nya terus menerus karena merasa sudah menjadi seorang lelaki brengseek yang ingin berselingkuh.
Di dalam kamar sana, entah apa yang sedang dipikirkan Belvina. Wanita itu merasakan Arkan menghindarinya, tidak seperti saat pertama kali dirinya terbangun Arkan terlihat begitu antusias dan bahagia.
'Apa karena wanita tadi? Wanita yang diratapi Bang Arkan? Sayangnya aku nggak melihat wajah wanita itu.' Pikiran Belvina terus berkecamuk.
.
.
Di tempat lain, tepatnya di sebuah Penthouse yang sudah disiapkan Asha dari jauh hari. Wanita itu membeli Penthouse dari hasil butik nya selama bertahun-tahun, meskipun modal dan segala uang yang dipakainya pemberian dari Mama Laura dan juga Arkan namun laba dari butik sudah bisa melunasi modal itu. Jadi, Asha tidak mempunyai hutang lagi pada Mama Laura maupun Arkan dan Ia hanya mempunyai hutang budi pada mereka berdua.
"Mommy, kita sekarang tinggal disini?" tanya Devano menatap isi di dalam Penthouse yang terlihat asing bagi anak kecil itu yang selama ini tinggal di Mansion milik Arkan.
"Ya, Mommy sudah bilang kan kalau kita hanya tinggal berdua tanpa Daddy sama Vana."
Wajah sedih Devano tertunduk, "Vano masih nggak ngerti, Mom. Kenapa Vano sama Vana harus dipisahkan, Vano juga ingin tinggal dengan Daddy. Vano sayang Daddy..." suara anak kecil itu bergetar.
Rasanya ingin menangis mendengar kesedihan putranya, inilah akibat dari perjanjian konyol antara dirinya dan Arkan. Kini baru ia sadari ternyata dampak dari menyatukan Devano dan Devana menjadi anak kembar dan menjadi orang tua bagi kedua anak itu sangatlah besar.
Apa Vana juga sesedih Vano di sana?
"Mommy, ayuk pulang ke rumah Daddy..." rengek Devano menarik-narik ujung dress selutut yang dipakai Asha.
"Nak, jangan begini ya. Mommy mohon... Vano sayang Mommy, 'kan?" Asha berjongkok menatap sendu putranya.
Asha kini mengerti meskipun hanya menjadi orang tua palsu di hadapan Devano dan Devana, perpisahan tetaplah perpisahan... seperti hal nya pernikahan asli jika di ibarat kan Asha dan Arkan sedang tahap bercerai. Kedua anak mereka yang kini menjadi korban, dulu ia dan Arkan tidak pernah memikirkan yang akan terjadi ke depannya dan tak pernah menyangka akan serumit seperti sekarang.
"Mommy menangis? Karena Vano? Maaf Mommy," anak kecil itu menghapus air mata yang ternyata tidak bisa ditahan oleh Asha.
"Maafin Mommy, sayang. Maaf..." Asha memeluk tubuh putranya erat terus menggumamkan kata maaf.
Tak jauh berbeda dengan Devano, di Mansion saat Devana terbangun gadis kecil itu mengamuk karena tidak mendapati Asha dan Devano di sana.
"Daddy bohong! Mommy ndak mungkin pelgi berdua cama Vano! Hikss... Dimana Mommy Daddy...?" Devana menangis begitu keras.
Arkan kesulitan menenangkan putrinya, Babysitter juga hanya bisa berusaha memeluk Devana namun gadis kecil itu terus mendorong tubuh Babysitter nya.
"Vana mau Mommy! Pelgiii...!"
"Devana sayang, ini Mommy..."
Tantrum Devana berhenti mendengar suara seseorang yang memanggil namanya, wajah yang sama namun suara yang berbeda.
"Ndak...! Kamu bukan Mommy Vana! Hiksss... kembalikan Mommy..." Devana melempar semua boneka nya.
Wajah Belvina menjadi pucat, kenapa putrinya menolaknya? Apa maksud perkataan gadis kecil itu?
Arkan pun tak kalah terkejut, dia tak menyangka Belvina akan masuk kembali seperti siang tadi ke kamar putri mereka. Pasalnya Arkan belum bisa menjelaskan pada istrinya itu tentang Asha yang selama ini telah menggantikan posisinya sebagai Mommy untuk putri mereka.
Gawat!
"Bang, apa maksud dari perkataan putri kita?"
"Tunggu di kamar, aku harus menenangkan putri kita lebih dulu... setelah itu aku akan menjelaskan semuanya."
Belvina hanya terdiam, dia keluar dari kamar sang putri menuju lantai bawah dengan wajah kebingungan.
tu maknya brandon dulu nolak sekarang datang datang mau bawa