"Jadilah kuat untuk segala hal yang membuat mu patah."
_Zia
"Aku mencintai segala kekurangan mu, kecuali kepergian mu."
_Darren
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BELAJAR AGAMA
...RINTIK HUJAN
...
Darren tampak menyimak dengan wajah yang jauh lebih seger setelah dia membasuh wajahnya, mendengarkan Zia yang mengajarinya banyak hal.
Dirinya sebenarnya malu, bukankah hakikat seorang suami yang seharusnya mampu membimbing istrinya. Lalu, bagaimana bisa seorang istri yang malah melakukan tugas suaminya?
Dan
Kenapa yang harus paham agama? Karena disaat cinta melemah karena godaan dunia, maka Agama lah yang menguatkan-Nya.
Laki-laki yang paham agama tidak pernah memarahi wanitanya yang salah, tapi dia pasti menasehati wanita dengan kelembutan. Karena dia tau sifat wanita yang lemah dan mudah patah.
“Mas, diantara faktor agar khusyuk dalam sholat adalah menanamkan kesadaran ketika kita mengucapkan ‘Allahu Akbar’, bahwa kita bisa saja wafat di dalam sholat tersebut.” Jelas Zia.
Darren menyimaknya dengan tenang, kakinya selonjoran dan tubuhnya disandarkan pada sisi tempat tidur. Menggenggam tangan kanan istrinya.
“Demi Allah mas. Kita bisa wafat di dalam sholat tersebut, mas. Banyak orang yang wafat dalam keadaan sholat itu, maka anggaplah itu sebagai takdir kita di dunia.”
Darren merasakan dadanya sesak, ada hal yang tak bisa dijelaskannya.
“Kita akan bertemu dengan Allah setelahnya, apabila kita menghadirkan pemikiran seperti itu. In Sya Allah, kita pasti akan khusyuk dalam sholat itu.”
Zia mengusap pelan wajah suaminya, lalu mengusap pelan dada suaminya. Kemudian.
“Pelan-pelan ajah mas, kita bareng-bareng belajar yah.” Tutur Zia.
Darren mengambil tangan Zia, lalu menggenggamnya. Memainkan jari-jari kecil istrinya, tangan Zia halus dan lentik. Cantik.
“Zia, saya malu.” Ujar Darren. “S-saya malu dengan kamu yang terus-terusan mengajar saya banyak hal, lalu saya? Saya yang harusnya mengajari semua itu Zia, bagaimana mungkin seorang suami yang diajari dan dibimbing istrinya sendiri?” Jelas Darren. Rekor terbaru, kalimat terpanjang dalam limah tahun ini.
Zia menggeleng. “Itu jelas mas, aku ngak butuh mas Darren yang mahir dalam perihal dunia. Aku ngak butuh pekerjaan mas Darren yang hebat, gaji yang tinggi, hidup yang stylish, kendaraan mewah ataupun profesi yang bergelar.” Jedah Zia.
“Menghabiskan waktu seumur hidup tidaklah mudah jika bersama orang yang selalu membangkang kepada Allah, kasar, tidak paham hukum agama, tidak mengerti kewajibannya, malas dalam menuntun agama, tidak mau menerima nasehat ataupun selalu menyepelekan hisab.”
“Zia, saya.”
“Yang aku butuhkan mas Darren, kesadaran yang mampu menundukkan dirimu dihadapan Allah mas. Selalu merasa diri diawasi oleh Allah, sehingga tidak mendekati apapun yang dilarang, mas Darren yang mengerti tentang hisab. Sehingga dalam menjalani hidup setiap kegiatan yang mas Darren lakukan penuh kehati-hatian, sebab mas Darren paham dengan pertanggung jawaban.”
Darren menunduk dalam, namun tidak melepaskan genggaman tangan Zia.
“Selalu menjalankan kewajiban, mas Darren yang mampu memahami hukum agama. Jadi, aku juga memiliki suatu keharusan untuk merubah suamiku. Walau aku sendiri tidak yakin mampu merubah mas Darren, kecuali mas Darren sendiri yang mau berubah.”
Benar, sejauh apapun dirimu merubahnya. Pastinya tidaklah berhasil, mengapa? Jika, dia sendiri tidak memiliki keinginan untuk merubah dirinya maka itu tak merubah apapun dalam hidupnya. Jika dia memiliki keingin untuk berubah dengan sendirinya, maka itu pastinya berhasil.
Sejauh apapun kamu menasehatinya, jika bukan dari dalam dirinya sendiri. Maka nasehat itu hanya seperti angin lalu baginya.
Darren tanpa aba-aba mendekap Zia, memeluknya dengan erat. Lalu.
“Terimakasih banyak dan maaf untuk semuanya Zia.”
***
Anton menatap tajam sosok wanita tak tahu malu yang tiba-tiba saja muncul dihadapannya, niat hati ingin menghampiri sahabatnya. Dirinya malah tak sengaja bertemu di lobi perusahaan besar ini.
“Lo masih punya muka ternyata buat datang kesini? Lo ngak malu?” Tanya Anton dingin.
Mereka berdua berjalan berdampingan, namun percayalah Anton gemas dengan wanita ini. Saking gemasnya ingin sekali dia mencakar wajah sok polo situ.
Wanita yang berjalan sedikit mendahului Anton itu tersenyum sinis. “Gue ngak punnya urus dengan lo! Jadi, lo diam ajah.”
Anton melototkan matanya, masih pagi loh sudah di buat gerah saja dengan nenek lampir ini.
“Gue ngak tau maksud dan tujuan lo balik lagi. Tapi, gue bakal jadi garda terdepan buat teman gue yang bodoh itu!” Ujar Anton.
Mengikis jarak dengan wanita itu, memojokkannya kedinding. “Dan gue ngak peduli lo cewek ataupun cowok.” Lanjutnya. Menatap tajam wanita itu, lalu meninggalkannya.
Wanita itu pun bernafas lega, menatap punggung Anton.
“Sial!”
Anton membuka pintu ruangan yang bertuliskan CEO AD itu dengan kasar, menatap sosok yang beberapa hari ini menghilang.
“Lo kemana? Bisa-bisanya lo absen masuk kerja selama seminggu, dan lo ngak ngabarin gue?” Tanya Anton. Duduk disofa tanpa dipersilahkan.
Darren menatap tajam Anton. “Bisa tidak, masuk keruangan itu ketuk pintu dulu.” Ujar Darren. Lalu menghampiri Anton.
“Kenapa wajahmu?” Tanya Darren.
Anton menatap balik Darren. “Gara-gara nenek lampir!”
“Nenek lampir? Siapa?”
“Lo lupa atau gimana? Yang sering gue panggil nenek lampir selain MANTAN lo itu siapa lagi?”
Darren tentu kaget, maksud ucapan Anton dia bertemu dengan Melinda? Kapan? Dan dimana?
“Kau bertemu dengannya?” Tanya Darren ragu.
“Dia bentar lagi juga sampai disini, dan lo hutang penjelas ke gue!” Ucap Anton dengan tajam. Adahal yang tak dia ketahui, namun. Jika Darren tak memberi penjelasan maka dia sendiri yang mencari tahu.
“Lo kok ngak kaget? Atau jangan-jangan selama seminggu ini lo.” Anton tidak melanjutkan kalimatnya.
Darren bernafas kasar, untuk apakah Melinda datang kejakarta? Kenapa tak menghubunginya lebih dulu? Astaga.
“Darren, LO!”
“Ya, saya kebandung dan bertemu dengannya.” Jawabnya singkat. Dia tak bisa berbohong pada Anton.
“Terus?”
“Apalagi? Jelas saya.”
Bugh
Anton memukul rahang Darren dengan keras, nafasnya memburu.
“Lo bodoh! Lo lepasin berlian cuman untuk segenggam debu?” Ujar Anton dengan kekehan ringan. Matanya menatap tajam Darren yang hanya diam.
“Lo mikir Zia ngak sih? Gimana perasaan dia?” Anton jelas marah dan emosi.
Jadi benar selama ini Darren diam-diam mencari keberadaan Melinda, sampai akhirnya Darren menemukannya dan mereka kembali menjalin kasih? Lalu bagaimana dengan sosok Zia?
Anton kecolongan, harunya dia menyelediki kenapa Darren kebandung? Jika benar urusan bisnis dia jelas mengikut sertakan Nando yang jelas adalah sekertarisnya?
Anton duduk kembali ditempatnya, menatap Darren yang hanya diam saja.
“Cihhh, lo emang brengsek kata gue! Bisa-bisa lo balikan lagi dengan cewek yang udah jatohin harga diri lo? Lo mikir ngak sih!”
Anton emosi, jelas. Bagaimana bisa ada manusia bodoh seperti Darren?
Brak
“Darren.”
di lanjut Thor,,, penasaran 🤔
moga Darren cepat menyadari nya🤔🤭🤲
lanjut Thor. ku ingin si Darren hancur,, udah menyia yia kan berlian
yakinlah Lo bakalan nyesel Darren,,,
bikin tuan arogan bertekuk lutut 💪👍🏻😍