NovelToon NovelToon
The Mask Painter

The Mask Painter

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / spiritual / Iblis / hantu
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Asha Krajan

Odessa adalah pelukis topeng yang melanjutkan karir dari leluhur ayahnya.

Keluarganya memiliki sebuah toko topeng kecil yang buka di sebuah gang sepi yang jarang didatangi oleh pengunjung, pada awalnya Odessa tidak mengerti sama sekali mengapa keluarganya harus berjualan dan membuka toko di tempat yang sepi orang lewat.

Namun setelah Odessa mengambil alih bisnis itu, ia mengerti alasannya.

'Mereka' tidak menyukai tempat yang ramai.

Ya, yang Odessa layani sama sekali bukan manusia, melainkan 'mereka' jiwa yang tersesat atau pun arwah yang terjerat oleh masalah di bumi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asha Krajan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Amarah Ming Rui

     "Kakek? Siapa itu Ming Rui?" Song Mu bertanya dengan bingung, ia tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh kakeknya. Mengapa kakeknya menyebut Odessa sebagai Ming Rui? Dan siapa itu Ming Rui? Apakah itu kenalan kakek?

"Apa? Tidak, itu bukan siapa-siapa." Song Ru terbatuk, ia menggelengkan kepalanya. Sesekali ia melirik ke arah Odessa, ia menyadari bahwa wajah gadis ini berbeda dengan seseorang yang berada di masa lalunya, tapi entah kenapa ia merasakan perasaan yang familiar itu ketika dekat dengan mantan kekasihnya dulu.

"Kalian ingin berkunjung? Dan aku dengar nona adalah fansku? Silahkan masuk, jangan malu-malu."

"Tentu kakek." Song Mu berkedip, ia menatap kakeknya yang sudah berbalik dan masuk ke dalam studio seninya. Song Mu melirik Odessa yang tampak terdiam kaget, ia melambaikan tangannya dan melangkah masuk terlebih dulu, "Ayo masuk Odessa."

"Ya…"

Odessa mengikuti langkah kaki di belakang Song Mu sembari melihat-lihat seisi ruangan studio seni, betapa terkejutnya ia melihat ruangan yang sama persis seperti di dalam mimpinya semalam kini berada di depan matanya secara nyata dan di lihat oleh mata kepalanya sendiri. Odessa dengan terbelalak dan mata linglung menyentuh tembok berwarna cream itu, ia melihat tata letak ruangan yang sama sekali tidak jauh berbeda.

Untuk sesaat Odessa hampir tidak bisa membedakan apakah ia berada di dalam kenyataan atau mimpinya belaka. Song Mu melirik ke arah Odessa yang mengikutinya di belakang, ia sedikit khawatir ketika melihat Odessa yang menyentuh tembok dengan wajah pucat. Song Mu menghampiri Odessa dan membantunya berdiri yang tampak lemas, "Ada apa Odessa? Apakah kamu baik-baik saja?"

"Ada apa?" Song Ru kembali ketika ia melihat bahwa cucunya sedang membopong gadis itu, jantungnya berdetak kencang ketika ia melihat bahwa gadis itu menjadi pucat ketika melihat ruangan seninya.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Song Ru segera membantu Song Mu untuk membawa Odessa duduk di sudut ruangan yang terdapat sofa dan bantalan serta meja rendah, mereka mendudukkan Odessa di sana. Odessa menggelengkan kepalanya, ia merasa pusing dan hatinya terasa kacau, entah bercampur antara kemarahan, kekecewaan, dan kesedihan.

Odessa menarik nafas dalam-dalam untuk menghilangkan perasaan itu, "Aku, aku baik-baik saja." Odessa membuka matanya, ia melirik ke sekelilingnya untuk mencari keberadaan Ming Rui.

Ketika ia sadar, ia menemukan bahwa Ming Rui sedang melayang di belakang Song Mu dengan tatapan yang sama yang ia rasakan di hatinya belum lama tadi. Sekarang Odessa mengerti dari mana datangnya emosi seperti itu, ternyata sebelumnya ia memiliki koneksi dengan jiwa Ming Rui, sehingga apa yang dirasakan oleh arwah itu juga bisa di rasakan olehnya.

"Nak, apakah kamu benar-benar baik-baik saja? Kamu terlihat pucat." Song Ru melihat heran pada Odessa yang tampak lemas, Song Mu yang berdiri di samping kakeknya itu mengangguk, "Ya, apakah kamu tidak enak badan? Wajahmu pucat sekali tadi."

Odessa menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku baik-baik saja. Hanya saja mungkin anemiaku kambuh. Mungkin sebentar lagi akan sembuh jika di diamkan," ujarnya beralasan. Odessa belum mau pulang sekarang, ia harus mengungkapkan semua hari ini dan menyelesaikan tugas itu.

Kakek dan cucu Song saling melirik dengan bingung, namun mereka sedikit lega melihat bahwa Odessa sedikit membaik dan wajahnya benar-benar tidak terlalu pucat lagi seiring berjalannya waktu. Kakek Song—Song Ru, akhirnya memancing Odessa dengan membahas lukisan beserta tekniknya, ia tidak ingin gadis yang di bawa oleh cucunya ini merasa canggung.

Telah lama mereka berbicara, Odessa akhirnya dapat memastikan bahwa ia stabil sekarang dan harus menanyakan soal ini. Odessa tampak terdiam dan berhenti sejenak dari obrolan, ia terlihat seperti memikirkan sesuatu sebelum akhirnya menatap ke arah Song Ru.

Odessa tersenyum lembut, "Uh … Kakek Song, bolehkah aku menanyakan sesuatu?" Ia menatap cukup tajam pada pria tua itu. Song Mu menjadi bingung ketika ia melihat hawa Odessa berubah dari santai menjadi serius, begitu pula juga Song Ru, melihat bahwa gadis itu sebenarnya ingin menanyakan sesuatu yang sepertinya adalah hal yang serius, ia tentu saja menanggapinya juga dengan serius namun dengan bawaan ramah.

"Tentu saja boleh, apa yang ingin kamu tanyakan nak?" Tanya Song Ru dengan lembut agar Odessa tidak takut. Odessa menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya menanyakan pertanyaan yang selalu ia pendam di dalam hatinya, "Kakek Song, apakah kamu mengenal seorang gadis yang bernama Ming Rui?"

Ekspresi Song Ru sedikit berubah begitu ia mendengar pertanyaan Odessa, namun ia dengan cepat segera memulihkan ekspresi wajahnya menjadi seperti semula. Song Ru menggelengkan kepala, ia tersenyum dan memasang wajah bingung, "Tidak, aku tidak mengenal seorang gadis yang bernama Ming Rui. Kenapa kamu menanyakan itu nak?"

Odessa dengan cermat memperhatikan ekspresi wajah Song Ru sejak ia bertanya dari awal, tentu saja perubahan ekspresi kecil yang dialami oleh Song Ru tidak lepas dari penglihatannya. Ia akhirnya tahu bahwa sepertinya semua yang ada di dalam mimpinya adalah benar. Odessa menghela nafas panjang, ia menatap Song Ru dengan raut wajah serius, "Kakek Song, kamu tidak perlu mengelak lagi, aku tahu semuanya."

Wajah Song Ru seketika berubah menjadi jelek, "Apa maksudmu tahu semuanya nak? Aku tidak mengelak apapun," tegas Song Ru. Song Mu yang memperhatikan nada percakapan antara Odessa dengan kakeknya berubah menjadi bingung dan tanpa sadar ikut menjadi serius. Sebenarnya apa yang terjadi antara kakeknya dengan Odessa? Apakah mereka saling mengenal sebelumnya? Mengapa membicarakan topik yang sama sekali ia tidak mengerti.

"Kakek Song, Song Ru. Kamu bilang kamu tidak mengelak apapun?" Odessa menghela nafas, ia melanjutkan, "Jika kamu tidak mengenal siapa Ming Rui, lalu siapa yang kamu lukis pada lukisan yang di pajang di dinding rumah Tuan muda Song?"

Odessa menatap raut wajah Song Ru yang berubah menjadi semakin buruk, "Itu adalah Ming Rui, bukan? Kekasih masa muda yang dulu kamu bunuh tepat tujuh hari sebelum kelulusannya."

Pupil Song Ru seketika melebar begitu ia mendengar pernyataan dari Odessa, jari-jari tuanya yang keriput bergetar dengan hebat dan terkepal erat. Seolah telah tersambar oleh petir, Song Mu tidak kalah terkejut, ia menatap Odessa dengan kakeknya tidak percaya dan bingung.

"Apa yang kamu maksud Odessa? Mengapa kamu menuduh kakekku membunuh seseorang?" Song Mu bertanya dengan bingung dan raut serius, tanpa sadar suaranya menjadi turun karena takut obrolan mereka terdengar oleh dunia luar. Odessa menggelengkan kepalanya dengan serius, ia melirik keadaan Song Ru yang tampak masih terkejut mendengar pernyataan darinya.

"Aku tidak menuduh, Tuan muda Song. Kakekmu memang benar-benar telah membunuh seseorang, dan itu masih kekasihnya ketika ia berada di universitas dulu."

"Aku tidak pernah membunuh siapapun, jangan mencemari namaku dengan sembarangan anak muda." Song Ru mengepalkan tangannya dengan erat, jantungnya berdegup keras ketika keringat dingin membasahi punggungnya, Song Ru segera menenangkan emosinya, wajahnya ganti pucat sekarang. Odessa mengerutkan keningnya erat mendengar ucapan pria tua itu, "Kakek Song, lebih baik kamu mengaku sekarang, itu lebih baik."

"Bagaimana aku bisa mengakui kesalahan yang tidak pernah aku lakukan?"

"Kamu yakin tidak pernah melakukannya?"

Setelah suara itu muncul, ruangan di penuhi dengan keheningan. Mata Odessa, Song Mu, serta Song Ru seketika melebar terkejut, pikiran mereka seketika terpecah. Song Ru yang beraksi paling kuat, ia seketika berdiri dan menatap sekelilingnya dengan ngeri.

"Kamu … kamu…"

Sebuah ledakan tiba-tiba terjadi, Song Ru terpental dan tubuhnya menabrak dinding dengan keras tanpa aba-aba sama sekali. Odessa dan Song Mu seketika berdiri dengan terkejut dan berlari menghampiri Song Ru yang terbatuk dengan hebat sembari memegangi dadanya.

"Kenapa terus menyebut 'kamu'? Takut menyebut namaku?"

Suara itu kembali muncul tanpa terlihat wujudnya di ruangan luas itu.

Odessa dan Song Ru sangat mengenali suara itu, itu adalah suara Ming Rui, orang yang menjadi tokoh utama dalam pembicaraan mereka saat ini. Song Mu terbelalak, ia begitu terkejut ketika mendengar suara gadis yang selalu menghantui malam-malamnya selama ini.

Mengapa suara itu muncul saat ini?

Apakah ini mimpinya atau apa?

Odessa tidak pernah menyangka bahwa respon Ming Rui akan begitu marah ketika Song Ru menyangkal pembunuhannya, ia mengerutkan keningnya dengan waspada, ia takut Ming Rui akan bertindak gegabah dan tidak menepati janjinya untuk tidak membunuh Song Ru.

"Ming Rui, di mana kamu?" Odessa bertanya dengan lantang, pertanyaannya mengejutkan Song Ru, ia melirik Odessa dan menatap sekelilingnya dengan ngeri. Dalam jarak tiga meter dari mereka, Ming Rui akhirnya menunjukkan wujudnya dengan wajah penuh amarah dan kebencian.

"Aku di sini, Odessa."

Mata merah hampir hitam Ming Rui menatap Song Ru dengan kebencian yang mendalam, energi yang mengelilingi sudah berubah menjadi hitam dari merah, gaunnya yang di warnai dengan darah menjadi lebih gelap dan melebar hampir menodai seluruh pakaiannya yang sebelumnya cerah menjadi merah darah.

"Ini aku Ming Rui yang kamu mengaku tidak pernah bunuh, Song Ru." Ming Rui melangkah mendekat ke arah mereka bertiga, telapak kakinya meninggalkan bekas darah merah di lantai yang berbau amis yang pekat. Bau tubuhnya yang seperti bau cairan keras perlahan menjadi semakin dekat dan mencengkram serta menyeret hati Song Ru ke jurang ketakutan.

"Lama tidak bertemu bajingan sialan. Kenapa tidak berbicara omong kosong lagi, apakah kamu takut keburukanmu di masa lalu terungkap di depan cucumu yang tersayang?" Ming Rui menyeringai, gigi bertarungnya yang sepertinya dapat mencabik-cabik daging mengejutkan Song Mu. Song Ru membeku di tempat dan tidak bisa berkata-kata, tubuhnya gemetar dengan hebat dan matanya terbelalak, penuh dengan emosi yang begitu kompleks antara ketakutan, kerinduan, dan rasa bersalah.

Melihat rasa bersalah di mata Song Ru, Ming Rui menyeringai. Tangannya terangkat dan energi hitam keluar melesat dari sana dan mencekik leher Song Ru dengan erat, Ming Rui memiringkan kepalanya dengan seringai sembari mengangkat tubuh Song Ru ke udara dengan cekikan. Hal itu membuat Song Mu yang melihatnya panik, apalagi Odessa, ia langsung berteriak ke arah Ming Rui.

"Ming Rui! Turunkan Song Ru! Kamu tidak bisa bertindak gegabah!"

Kebingungan yang saat ini dialami oleh Song Mu di lemparkan ke belakang kepalanya, saat ini ia dilanda oleh ketakutan dan kepanikan untuk menyelamatkan kakeknya dari cengkraman arwah jahat itu. Song Mu mencoba membawa kakeknya yang tercekik melayang untuk turun, ekspresi wajahnya kacau oleh kepanikan, ia kasihan melihat kakeknya yang menjadi pucat dan hampir biru-ungu karena tercekik erat.

"Ming Rui … ugh, maaf…" Tangan Song Ru dengan panik mencoba meraih energi hitam yang dengan kuat mencekik lehernya, namun percuma karena tidak peduli bagaimana Song Ru mencoba meraih energi hitam itu, energi hitam itu transparan dan tidak bisa diraih, lilitan energi itu hanya mencekik leher Song Ru sebagai tujuannya.

"Kamu tahu bahwa kejahatanmu tidak mungkin di ampuni oleh sekedar kata maaf, bukan? Song Ru." Ming Rui mencibir penuh kebencian, setiap kata yang keluar dari mulutnya hampir seperti gertakan penuh dengan dendam yang dalam.

Pintu studio seni tiba-tiba terbuka dan suara barang jatuh serta kaca pecah terdengar, Nenek Song yang baru saja memasuki ruangan itu seketika terkejut dan ketakutan melihat suaminya tercekik melayang ke udara, bahkan nampan berisi sebuah teko teh dan gelas di jatuhkannya ke lantai.

"A-Ru!"

"Apa yang terjadi padamu A-Ru! Aku mohon siapa pun tolong lepaskan dia!"

    

1
bbyylaa
Semangat author💘
A.K: Terima kasih bbyylaa! 🎉❤️🔥
total 1 replies
bbyylaa
sukakk banget sama konsep novelnya, underrated banget!!! semangat ya thorr
bbyylaa: ayooo thor semangat updatenyaa
A.K: Terima kasih banyak bbyylaa❤️🔥
total 2 replies
L K
hahahhaha tasnya ilang di gedung hotel
Setsuna F. Seiei
Tiap habis baca chapter pasti bikin aku pengen snack sambil lanjut baca!
A.K: Terima kasih telah berkomentar! komenmu membuat thor bersemangat deh!✨
total 1 replies
Desi Natalia
Ceritanya memukau, jangan berhenti menulis ya author!
A.K: Terima kasih telah memberi dukungan! nantikan bab selanjutnya ya~😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!