My Arumi

Arumi mengedarkan pandangannya sesaat setelah ia masuk ke kamar sang suami. Kali ini, Malik membawa Arumi ke mansion yang ia tempati bersama Alea.

Malik memperkenalkan Arumi sebagai istrinya kepada para pelayan yang ada disana. Dan mereka pun memberikan salam penghormatan kepada istri kedua majikannya tersebut.

Sebagian dari mereka memperhatikan penampilan Arumi yang jauh berbeda dari nyonya mereka. Tetapi keduanya terlihat cantik dengan aura yang berbeda.

Arumi yang berpenampilan sederhana dan ramah berbanding terbalik dengan Alea yang glamor dan modis.

Namun mereka bisa menilai jika Arumi memiliki hati yang tulus dan penyayang dari perlakuannya kepada Attar, sang anak sambung.

" Sayang, kamu rebahan saja ! Buat senyaman mungkin. Aku akan membersihkan diri dulu " titah Malik. Ia mengecup kening Arumi lalu berjalan ke arah kamar mandi.

Arumi melihat sekeliling ruangan. Kamar yang ditempati oleh Malik dan istri pertamanya itu amat luas dan mewah dengan nuansa putih dominan. Di dinding terpajang foto pernikahan Malik dan Alea.

Arumi berdiri memandangi foto tersebut. Ia mengagumi kecantikan istri pertama Malik itu. Malik dan Alea adalah pasangan ideal. Sesaat Arumi merasakan insecure. Ia merasa tidak pantas menjadi istri seorang Malik. Terlebih lagi ia merasa menjadi orang ketiga yang hadir diantara keduanya terlepas dari apa yang sebenarnya terjadi.

" Kamu mau mandi sekarang sayang ? " tanya Malik yang kini sudah berdiri di belakang tubuh Arumi sambil memeluknya.

Wangi sabun menguar dari tubuh Malik yang tertutup jubah mandi.

" Istri Mas Malik, cantik ya " ucap Arumi tanpa mengalihkan pandangannya dari foto Alea dan Malik.

" Lebih cantik kamu, sayang " sahut Malik sambil mengecupi pundak Arumi.

" Kalian berdua pasangan serasi " ucap Arumi lagi.

Ada nyeri di hatinya saat melihat foto kebersamaan Malik dan Alea itu.

Astaghfirulloh... Kok aku jadi melow sih. Aku gak boleh cemburu

Mas Malik lebih dulu menikahinya, kamu harus sadar diri Arumi. Kamu hanyalah istri keduanya, hanya istri pengganti !

Yakin jika ada hal yang mengganjal dari istrinya itu, membuat Malik langsung memutar badan Arumi.

" Kamu kenapa sayang ? " tanya Malik sambil menatap sang istri yang masih menundukkan kepalanya.

" Aku gak apa-apa kok Mas " jawab Arumi tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kegalauan hatinya.

Malik mengangkat dagu Arumi hingga ia bisa melihat guratan sendu di wajah sang istri.

" Serasi hanya dalam foto sayang. Tapi dalam kehidupan nyata tidak " ucap Malik membuat Arumi menatapnya lekat.

" Maksudnya Mas ? " tanya Arumi.

Malik mengelus pipi sang istri dengan lembut.

" Hubungan kami tak seperti yang terlihat di dalam foto, sayang. Terlihat intim tapi kenyataannya tak seperti itu " jawab Malik.

Arumi menautkan kedua alis matanya.

" Bukankah Mas mencintainya ? Karena itu Mas menikahinya, meskipun mama dan oma tidak setuju " heran Arumi.

" Ada banyak hal yang harus kamu tahu tentang hubunganku dengan Alea. Dan aku akan menceritakannya supaya kamu tidak salah paham " ucap Malik.

Arumi hanya mengangguk lemah.

" Mas... "

" Kenapa sayang ? "

" Boleh gak kita tidur di kamar yang lain ? Disini... " Arumi bertanya kepada Malik. Sesaat ia juga menjeda ucapannya.

Awalnya Malik merasa heran mendengar permintaan Arumi. Namun, akhirnya ia sadar jika sang istri kemungkinan merasa tidak nyaman. Bagaimanapun, kamar ini adalah kamar miliknya dan Alea.

" Baiklah, kita tidur di kamarku saja " ucap Malik lalu membawa Arumi keluar dari kamar tersebut.

Mereka berjalan menuju sebuah kamar yang berada tepat di samping ruang kerja Malik.

" Selamat datang di kamarku, istriku sayang "

Malik mengucapkan sambutan saat membuka pintu kamar tersebut. Sebuah kamar luas dengan nuansa coklat yang dihiasi ornamen-ornamen kayu membuat ruangan tersebut terkesan manly dan membumi.

" Ini kamar Mas Malik sebelum menikah ? " tanya Arumi yang saat ini menapaki lantai kamar tesebut.

" Em... Bisa dibilang begitu, tapi sebenarnya aku lebih banyak tidur di kamar ini dibanding tidur bersama Alea " jawab Malik jujur.

" Kenapa bisa gitu ? " tanya Arumi setengah tak percaya mendengar pengakuan Malik yang menurut Arumi sangat tak masuk akal.

" Kan tadi Mas udah bilang ada banyak hal tentang Mas dan Alea yang harus kamu tahu " jawab Malik membuat Arumi semakin penasaran.

" Sekarang kamu mendingan mandi dulu, nanti kita bicarakan hal ini sebelum tidur " seru Malik lalu mengantarkan Arumi ke depan pintu kamar mandi.

" Aku ambil dulu, koper kita yang ada di kamar Alea " ucap Malik sebelum Arumi masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian mereka pun menuju ke meja makan untuk makan malam.

Dengan telaten, Arumi meyuapi Attar membuat semua pelayan terharu mengingat ibu kandungnya sendiri tak pernah melakukan hal tersebut. Alea selalu meminta pelayan untuk melayani kebutuhan Attar.

Setelah makan malam, Arumi menemani Attar bermain lebih dulu. Sampai kemudian waktu tidur Attar tiba.

Arumi menggendong Attar menuju ke kamar bocah kecil itu. Ditemani oleh Malik, Arumi menemani Attar sampai tertidur. Sebelumnya, Arumi juga membacakan dongeng sebelum tidur untuk Attar. Sebuah perlakuan yang seharusnya diberikan oleh ibu kandungnya namun didapatkan dari ibu sambungnya.

" Attar sudah tidur. Ayo kita pindah ke kamar ! " ajak Malik.

Arumi membenahi selimut Attar lebih dulu sebelum akhirnya ia meninggalkan bocah tampan itu setelah memberikan kecupan di keningnya.

Kini kepala Arumi sudah bersandar di atas dada Malik dan tangan Malik membelai rambut panjang milik Arumi.

" Mas udah janji mau cerita tadi. Sekarang ceritakan semuanya " pinta Arumi sambil mengangkat wajahnya hingga bisa menatap manik mata coklat milik sang suami yang tengah menatapnya.

" Baiklah... Mas akan menceritakan semuanya " ucap Malik.

Malik lantas menceritakan awal mula pertemuannya dengan Alea.

" Alea itu seorang model dan Alea sendiri terpilih menjadi brand ambassador produk yang dikeluarkan oleh perusahaanku sehingga kami kerap bertemu " terang Malik.

" Alea memang menarik dan sebagai laki-laki, aku tertarik dengannya. Tapi hanya sebatas mengagumi saja. Tidak pernah ada perasaan lebih, apalagi cinta " tambah Malik.

" Lalu bagaimana bisa Mas menikah dengannya jika tidak mencintainya ? " tanya Arumi penasaran.

" Sabar, sayang... " jawab Malik sambil menjawil hidung Arumi.

" Saat itu, ada perjamuan antar pengusaha. Aku, Omar, Husen dan para pengusaha lainnya ikut serta. Termasuk Alea yang merupakan brand ambassador. Kami bertemu disana dan interaksi kami hanya sebagai klien saja. Lalu, karena terlalu banyak minum aku mabuk. Omar membawaku ke kamar hotel yang berada satu gedung dengan gedung pertemuan. Tapi aku melarangnya mengantar sampai ke kamar. Aku merasa bisa masuk ke kamarku sendiri. Dan memang aku masuk ke dalam kamar. Karena mabuk, aku memuntahkan isi perutku di kamar mandi. Aku melepaskan kemeja dan celanaku yang kotor terkena muntahanku lalu naik ke atas tempat tidur " jelas Malik panjang lebar.

" Lalu... ? "

Malik menatap Arumi yang nampak begitu antusias mendengar penjelasannya.

" Ck... Kamu tuh penasaran banget ya ? " cibir Malik.

" Ya iyalah, Mas... Ayo terusin lagi ceritanya ! " sahut Arumi.

Malik menggeleng-gelengkan kepalanya lalu kembali meneruskan ceritanya.

" Saat bangun, aku terkejut melihat Alea sedang menangis di sampingku. Ia hanya menutupi tubuhnya menggunakan selimut. Bisa aku lihat banyak bekas kepemilikan di area leher dan juga dadanya. Ternyata kamar yang Mas masuki itu kamar Alea. Entah apa yang terjadi malam itu, aku sendiri tak bisa mengingatnya. Tapi sebagai bentuk pertanggungjawaban, akhirnya Mas menikahi Alea. Meskipun mama dan oma tidak setuju tapi Mas bersikeras menikahinya. Mas pikir cinta itu bisa datang setelah kebersamaan kami, tapi ternyata rasa itu tak pernah ada. Bahkan Mas, tak pernah menyentuh Alea setelah pernikahan kami. Sentuhan yang ada hanyalah sebatas pelukan dan ciuman saja " jelas Malik.

" Astaghfirulloh... Itu dosa lho Mas " celetuk Arumi.

" Iya, Mas tahu itu. Mungkin karena itulah, Alea lebih suka menghabiskan waktu diluar rumah. Aku tidak keberatan, selama ia tahu batasan jika ia adalah seorang istri dan seorang ibu " tukas Malik.

" Tapi kok bisa sih, Mas nahan. Padahal Mba Alea itu kan cantik. Bukannya laki-laki itu bisa ngelakuin itu tanpa cinta ya ? " heran Arumi.

Malik menggedikkan bahunya.

" Mungkin laki-laki lain bisa. Tapi, aku gak bisa " jawab Malik.

" Tapi kok Mas Malik bisa lakuin itu sama aku. Padahal pernikahan kita juga bukan karena cinta ? "

" Siapa bilang ? Kan Mas udah sering bilang kalau Mas itu jatuh cinta sejak pertama lihat kamu, makanya mati-matian jadiin kamu istri Mas. Dan Mas itu sebenarnya paling gak tahan untuk sentuh kamu. Kayak sekarang " seloroh Malik lalu menyerang sang istri dengan serangan memabukkan.