NovelToon NovelToon
Unicorn

Unicorn

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen School/College
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: han sayang

"ini kisah gue dan rumit nya orang-orang di sekitar gue" - Han

Hidup Han mulai berubah setelah Yuna-Sahabat masa kecil nya- pindah ke sekolahnya. perlahan kisah cinta yang hanya sebuah rasa yg terpendam mulai bermekaran di masa SMA nya. siapa sangka teman teman nya saling berkaitan dengan kisah cintanya masing-masing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon han sayang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22 [Retakan]

~SKZ2021~

Hyunjin

||Yeorobunn........

Hyunjin

||huhuhuhu anjirrr lemess guee

Hyunjin

||Ryu bisa salting juga ternyaa gemessin banget....

Lino

||lo ngapain dah curhat di sini enekk gue!

Hyunjin

||diem lo jomblo

Seungmin

||Lo juga Jomblo!

Felix

||wkwkwkwk L

Felix

||Gue lagi patah hati nih gaiss

Felix

||Chaeryong punya cowok ternyata

Hyunjin

||yah ... Kasihan Felix puk puk sini

Changbin

||anjirr

Han

||Udah tau dari Yuna

Felix

||Lo kok ngga ngasih tau gue?

Han

||Lah ... lo nya gak nanya!

Seungmin

|| Dah mundurr sana mundurr lix, kata gue juga percumaa

Changbin

|| gue heran lo semua suka sama orang perasaan sad bener nasib nya

Chan

||gue nggak tuh

Hyunjin

|| mari kita doakan yang terburuk untuk dua orang di atas gue ini

Felix

||bagi tips Chan

Hyunjin

||bagi tips juga suhu

Changbin

||Cewek mah nanti juga kalo udah suka ngejar, udahh biarin aja

Chan

||Tunjukin rasa sayang dan peduli lo aja terus nanti juga doi luluh

Han

|| Aseekk tarik sis

Hyunjin

||Aw Chan Oppa!

Lino

||mending lo semua belajar yang bener kaya Seungmin tuh, daripada mikirin cewek

Seungmin

|| Itu ucapan orang yang lirik-lirik bangku belakang mulu, tapi pas yang ngisi nya udah balik pura-pura gak kenal

Han

|| HAHAHAHAH anjirr seungmin 1-0

Changbin

||mana ada aku cuek, apalagi gak mikirin kamu ~~'

Hyunjin

||tiap hari aku selalu, memikir kan kamuu ....

Han

|| Asek asek Jos!!

Felix

||aku sebut dia tampan dan pemberani

Chan

|| wkwkwkwk

Ayen

||Wahh gw ketinggalan teh nih, Kak Lino sama siapa

Hyunjin

||jangan dek, nanti kamu naksir. Pawang nya posesif

Han

||heeh bocil kemana aja lo gak keliatan!

Ayen

|| heheheh

Hyunjin

||Dia punya bestie sekarang mah, anak kelas X IPS namanya Jisung.

Han

||ohh jadi sekarang lo ngebuang kita? Oke fix

Felix

||jisung anak jurnalistik? Wanjayy lo mau bikin sirkel femes cil?

Ayen

||ngga gitu ya! Tapi emang asik aja main sama yang seangkatan. Jauh gue nyamperin kalian mah

Chan

||Yahh Ayen sudah gede udah punya temen

Hyunjin

|| Adekk gue, lo ngga mau berguru lagi sama gueL

Lino

||lo ngga worth it sih jin.

Hyunjin

||anj...

Ayen

||BTW Kak Lino kenal sama Ka Jungwoo? Dia nitip salam

Han

||Wahhh ada ape nih

Lino

||Lo ketemu dia dimana?

Ayen

||Di angkringan pas gue nongkrong sma si Jisung

Lino

||lo ... jauh jauh dari dia

Chan

||ada apa No?

Lino

||dia adek orang yang gue pukulin itu.

Changbin

|| yang pas kejadian Lia?

Lino

||Hooh

Chan

||Lo jangan cari masalah dulu, gue cari info soal orangnya nanti

Lino

||gak perlu, sekarang gue juga mo ketemu dia

Han

|| heeh awas lo kalo gelut lagii

Hyunjin

||Woyy tenang-tenang ada apa nih

Chan

||itu orang udah nyamperin Seungmin sama Ayen tandanya dia nantang si Lino lewat kalian

Han

|| Anjirr No, lo kalo ketauan gelut bisa berabe

Lino

||Biasa nya juga gini, santai

Chan

|| Lo dimana? Ayo samperin sama gue

Lino

||gak usah, gue udah ketemu orang nya

****

Pemuda itu melangkah tertatih lalu duduk di kursi taman menunggu seseorang, "Berantem sama siapa lagi lo!" suara dingin gadis itu menghampirinya.

"Anak kelas sebelah, tapi ini bonyoknya sama bokap gue," jawab Lino. Yeji menghela napas duduk di sebelah pemuda itu. gadis itu memberikan plastik yang berisi hansaplast dan juga obat merah untuk mengobati Lino.

"Lo kenapa gak ke rumah Han? Biasanya juga ke sana." Gadis itu membuka kasa dan membasahi dengan air dingin mengelap luka itu, Lino pasrah sedang diobati olehnya.

"Nanti nyokapnya panik," Lino menghela napas. "Dia tau rumah temen-temen gue, kalo gue gak gubris dia bakal tetep gangguin mereka."

"Siapa?' Tanya Yeji.

"Jungwoo, kakaknya ngga bisa jadi atlet dan pindah ke sekolah lain, ortunya marah besar. Makanya dia mau bales dendam."

"Kenapa harus lo sendiri sih? Itu juga urusan Chan yang bikin kakaknya pindah," ucap Yeji kesal, mata gadis itu berkaca-kaca tak tega melihat pemuda itu yang selalu saja terluka seperti ini.

"Lo mau ngelindungin mereka? Mereka ngga butuh perlindungan lo!"

"Gue tau, tapi mereka gak bisa berantem. Orang tua mereka pasti gak mau anaknya babak belur."

"Lo pikir orang tua lo mau lo babak belur? Bokap lo gini karena dia juga sayang sama lo, gk mau anaknya hidupnya serampangan!"

"Gue udah serampangan, dia mana peduli. Ini, ini, ini, dia yang mukulin gue. Pas tau gue ribut sama Jungwoo." Lino menunjukan memar dan beberapa luka sobek yang dia dapatkan.

Yeji tak kuasa menahan air matanya, gadis itu menangis membuat Lino terkejut. "Lo ngapain nangis, yang sakit kan gue?"

"Lo selalu kaya gini! Lo ngga mikirin diri lo sendiri."

"Itu urusan gue!" jawab Lino. "Sorry." Ucapnya kemudian.

"Sampai kapan lo mau bikin gue khawatir? Sampai lo masuk UGD?!" Yeji menempelkan plester itu di kening pemuda itu.

"Gue kaya gini karena gue peduli sama lo! Gue sayang sama lo!" ucap Yeji meneteskan air mata nya. Lino terdiam menatap gadis itu, ia merasa bersalah melihat air mata sahabatnya itu. Pemuda itu berdiri menatap Yeji yang sedari tadi menunduk, "Sorry, lain kali gue gak akan bikin lo khawatir." Ucap Lino merasa tak enak. "Ayo, gue anter lo pulang."

"Lo duluan aja, gue masih pengen di sini," jawab Yeji, membuang muka tak menatap pemuda itu.

"Oke, kalo gitu gue duluan," jawab Lino, pemuda itu beranjak meninggalkan gadis itu, Lino mengambil ponsel di sakunya, mengetikan sesuatu dan kemudian pergi dengan motornya.

Yeji menutup mukanya, menahan isak tangisnya. Kenapa juga ia mengutarakan perasaan nya begitu pada pemuda dingin dan tak punya perasaan seperti Lino. Gadis itu menyesali perkataannya barusan. Ia merasa persahabatannya dengan orang itu kini sudah tak sama lagi. Lino akan menjauhinya mulai saat ini, dan itu karena Yeji.

"Lah dimana si Lino," ucap Han yang berlari terburu-buru ke taman itu. dirinya tersentak melihat seorang perempuan yang tertunduk sedang terisak. "Yej?" panggil Han. Gadis itu mengangkat wajahnya melihat raut khawatir pemuda di depannya.

"Lo kenapa nangis? Ada yang jahatin lo?" tanya Han panik. Melihat wajah Han membuat gadis itu semakin ingin menangis, ia menggeleng sambil terisak. Han duduk di sebelah Yeji menepuk-nepuk punggung gadis itu. Pemuda itu hanya diam menenangkan Yeji yang masih menangis, Han membuang mukanya ke samping dengan mata berkaca-kaca merasa empati.

Sepertinya ada sesuatu yang baru saja terjadi antara Lino dan Yeji. Lino tiba-tiba mengiriminya pesan memberitahukan bahwa dia habis dipukul ayahnya dan kini sedang di taman. Tetapi, alih-alih bertemu Lino dia malah bertemu Yeji yang kini sedang menangis.

"Lo gak apa-apa?' tanya Han saat tangis gadis itu sudah reda. "Mau es krim, biar enakan?"

Yeji menggeleng membuat Han merasa gemas, kalo Yuna menangis, biasanya ia langsung memeluk gadis itu, memberinya kata-kata yang menghibur dan mengajaknya ke tempat makanan atau es krim. Tetapi ini Yeji, bukan Yuna sahabatnya. Han tak tahu cara menenangkan nya.

"Gue bego banget," kata gadis itu tiba-tiba.

"Lo pinter ko."

Yeji menggeleng. "Dia pasti bakal jauhin gue."

"Kalo kata gue ngga sih, Lino meski begitu tapi dia ngga pernah jauhin sahabatnya, orang-orang yang deket sama dia. Seungmin aja meski beberapa kali berantem sama Lino tapi mereka tetep temenan, apalagi si Felix yang selalu disentak atau Hyunjin yang hobi nge jahilin dia."

"Kalian beda!" sentak gadis itu. "Lino udah nyaman berteman sama kalian."

"Apa lagi lo, yang udah temenan dari kecil. Pasti dia lebih prioritasin lo daripada kita. Lo sahabatnya dari lama. Dia gak akan jauhin lo."

"Meski gue udah nyatain perasaan ke dia!? Nggak, kita udah gak bisa kaya dulu."

"Dia atau lo yang gak bisa kaya dulu?" tanya Han dan membuat Yeji terdiam.

"Apa salahnya nyatain perasaan ke orang yang kita suka. Meskipun itu sahabat lo sendiri. Lo merasa pertemanan lo bakal berubah karena lo suka sama sahabat lo? Itu ngga akan terjadi tergantung dari diri lo nya."

Han menatap gadis itu dengan wajah yang lebih serius dari biasanya, "Berteman tinggal berteman, kenapa harus pusing. Gue udah pernah bilang kan, yaudah in aja, ngga semua harus lo pikirin dan khawatirkan. Bukan salah lo suka sama dia, dan bukan salah dia juga ngga bisa suka sama lo. Perasaan manusia itu ngga bisa kita atur."

"Seengaknya lo udah ngasih tau perasaan lo ke dia, gue yakin Lino ngga akan melihat lo dengan tatapan benci atau ngejauhin lo. Karena lo sahabatnya, lo juga berharga."

Ucapan Han kepadanya membuat perasaan gadis itu menghangat. Tidak ada yang bisa se-netral orang ini dalam memberi pendapat. Pemuda ini selalu berpikiran simpel, tetapi ada benarnya. Yeji mengerti mengapa meski sombong, banyak tingkah dan menyebalkan Han tidak pernah memiliki musuh. Semata-mata kerena pemuda ini sangat baik bahkan terlalu baik sehingga tidak bisa dibenci. Ia selalu bisa membuat perasaan seseorang membaik, benar-benar seperti Tante Yuni-ibunya.

"Lo yakin?" tanya gadis itu.

"Yakin 100%, kalo salah nanti gue marahin si Lino nya." Yeji terkekeh membuah Han lega, akhirnya gadis itu kembali tertawa.

"Aishh!! Gitu aja lo nangis. Gimana sih! Lo kan superman, mana Yeji yang galak, kuat dan berani. Tadii malah kaya kerupuk seblak lo!" seru pemuda itu sambil mengacak-ngacak rambut gadis itu gemas, Yeji mengerucutkan bibirnya menyikut pemuda itu sebal.

Han tertawa, pemuda itu beranjak dan meledek gadis itu kemudian kabur. Yeji mengejar Han yang sudah mengelilingi lampu taman itu.

"Dasar kerupuk seblak!" teriak Han sembari tertawa. "Gue tendang juga ya lo!" ancam gadis itu.

Begitulah dua remaja ini saling kejar kejaran dan bercanda dengan riang di malam hari itu. Tanpa sadar bahwa ada hati yang semakin tumbuh dalam benak pemuda itu.

****

"Setelah itu kamu bisa masukin nilai X itu ke persamaan ini," ucap Sungmin pada seorang anak SMA di ruang kerja nya.

"Oke, hasilnya 234."

"Betul," jawab pemuda itu. Changbin terpukau dengan kertas jawabannya "Woahh!!! Gue paham dong!"

"Kak hebat banget ngajarin nya, langsung paham!" seru Changbin semangat.

"Saya sering mengajari adik saya saat dia dirumah sakit dulu, jadi sudah terbiasa. Apalagi dia sekarang seumuran kamu."

"Ohh Yena ya? Tadi liat Kakak nganterin dia soalnya," Sungmin memiringkan kepalanya menatap Changbin. "Kamu kenal?"

"Iya dia anak baru di kelas gw."

Pria berjas putih itu tersenyum. "Ohh kalian sekelas? Wahh kebetulan sekali," seru Sungmin senang.

"Baik-baik ya sama dia," ucap pemuda itu, ia melihat arlojinya yang sudah menunjukan waktu untuk ia mengecek pasiennya.

"Kalo gitu pelajaran kita sampai sini aja. Kamu boleh pulang," ucap Sungmin, Changbin mengangguk. Ia merapikan bukunya. Kemudian sebuah notif muncul di layar HP pemuda itu. Sungmin melihat layar ponsel Changbin, matanya tertuju pada pemuda yang sedang berangkulan bersama beberapa orang lainnya dan Changbin sambil tersenyum ke arah kamera.

"Dia teman kamu?" tanya Sungmin menunjuk foto Lino.

"Ohh iya ini temen-temen gw, yang diujung Seungmin namanya mirip sama Kakak cuma dia ada E nya, dia anaknya pinter rajin dan juga pendiem. Kalo sebelahnya Lino rada bar-bar tapi sebenernya baik. Samping nya Han kalo dia baikk banget paling care tapi kaya badut anak nya, sebelahnya Chan paling bijak, nah sebelahnya Hyunjin ganteng sih tapi otaknya geser hehehe, nah kalo itu gw dan sebelahnya Felix yang paling humble. Yang foto in ini Ayen adik kelas." Jelas Changbin panjang lebar, padahal Sungmin hanya menanyakan satu orang namun pemuda ini menjelaskan semua beserta karakternya padanya.

Sungmin tersenyum tipis, melihat wajah Lino sekali lagi, "Oalah oke, kalo gitu saya permisi ya," pamit Sungmin, Changbin mengangguk. Pemuda itu memakai tasnya dan ikut keluar dari ruangan itu. Ia menatap punggung dokter itu yang berjalan menjauh. "Dia pernah ketemu Lino?" tanya nya bermonolog.

Changbin memasuki penthouse mewah milik keluarganya itu. Pemuda itu berlari kecil ke kamar ibunya untuk mengucap salam. "Bundaaa ...." namun langkahnya terhenti saat melihat ayahnya bersama ibunya sedang memutar video busking yang merekam dirinya bermain gitar pada acara itu.

"Kamu bilang kamu pergi ikut study group bersama Seungmin, tapi ini apa?" tanya ayahnya dingin. Changbin mendengus, mengambil ponsel ayahnya menghapus video itu.

"Kamu sadar apa yang kamu lakukan mempermalukan keluaga ini?" bentak ayah pemuda itu.

"Ngamen di pinggir jalan dengan gaya, kaya yang kekuarangan uang saja!"

"Ini acara ekskul," bela pemuda itu.

"Saya sudah bilang, berhenti melakukan hal yang sia-sia! Lihat rapot kamu semester kemarin! Sungguh memalukan, mau jadi apa kamu?"

Changbin tidak menjawab, pemuda itu hanya diam menundukan kepalanya menerima setiap amarah ayahnya. "Jangan lagi ikut ekskul yang tidak berguna, kamu harus fokus untuk persiapan masuk jurusan kedokteran! Paham?!!" Changbin mengangguk.

"Ayah sudah membayar dokter berkompeten untuk membimbing kamu belajar, jangan lagi mengecewakan ayah dan bunda." Changbin kembali mengangguk.

Pria paruh baya itu menghela napas, ia menatap istrinya kesal. "Ini karena kamu terlalu memanjakan dia, jangan karena dia anak bungsu dia harus dimanja. Dia ini laki-laki harus kita didik dengan keras!"

"Iya mas, udahh nanti aku aja yang nasehatin Changbin. Kamu ada pertemuan dengan dewan rumah sakit kan? Udah sana nanti terlambat," ucap istrinya lembut.

Pria itu mengangguk dan mencium kening istrinya, kemudian berpamitan. Ia tak mempedulikan anak laki-laki yang masih terdiam di ruangan itu. Sang ibu menghampiri anaknya. Seraya memeluknya.

"Kamu udah makan?" tanya nya lembut. Changbin menggelang.

"Sini bunda buatin makanan buat kamu, anak bunda harus banyak makan biar sehat." Wanita itu tersenyum, Changbin memeluk ibunya.

"Bunda juga makan ya sama aku," ucapnya manja mengkuti ibunya ke arah dapur.

Changbin tidak peduli mau seberapa marah ayahnya padanya dan segala tekanan dan tuntutan yang diberikan kepadanya. Selama ia tidak membuat ibunya kecewa padanya. Pemuda itu merasa tak ada yang lebih penting selain ibunya yang sangat menyayanginya dan membela dirinya jika dimarahi oleh ayahnya, tentu ia juga harus membuat bangga wanita yang sudah melahirkannya itu, oleh karena itu Changbin tidak pernah protes atau mengeluh dengan semua tuntutan yang ayahnya karena ia mengerti semua untuk kebaikannya juga.

*****

1
Sasa Sdr
keren 👍
Sasa Sdr
suka
Sasa Sdr
keren 👍. suka dengan cerita nyq
Daina :)
Kejutan demi kejutan membuat saya takjub. 😲
∠?oq╄uetry┆
Bagus banget alur ceritanya, tidak monoton dan bikin penasaran.
⸸ ℒ𝓊𝒸𝒾𝒻ℯ𝓇 ⸸
Dialog yang autentik memberikan kehidupan pada cerita.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!