Kesucian yang di renggut secara paksa karena di anggap wanita bayaran, membuat Elnara hamil hingga ia terpaksa harus menikah dengan orang yang merenggut kesuciannya. Lalu bagaimana kalo ia dipaksa membuat perjanjian harus meninggalkan bayi nya setelah lahir? Sanggupkah ia bertahan hidup seatap dengan pria yang paling ia benci yang sudah menghancurkan masa depannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShiNe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
USG
“ Aryan masih ada pekerjaan yang harus diurus, oma. “ sahut Aryan . Dirinya masih bingung harus bersikap seperti apa saat ini. Di rumah pun Nara masih enggan berdekatan dengannya, jadi ia memilih pergi ke kantor untuk mengurus pekerjaannya.
“ Lalu mau sampai kapan hubungan kalian akan seperti ini Aryan? Yang salah di sini kamu, harusnya kamu yang berusaha mendekatinya, meminta maaf dan memberikan perhatian untuk istrimu agar pelan-pelan ia bisa menerima pernikahan ini dan juga memaafkan kamu.”
“ Tapi Nara sangat sulit didekati oma.” keluh Aryan yang bingung harus bagaimana sementara Nara saja tak ingin tinggal satu kamar dengannya , jangan kan berada di satu kamar yang sama , berada di meja makan bersamanya saja Nara enggan.
“ Cih, kamu pria tapi lembek sekali Ar. Baru begitu saja sudah putus asa, kamu harus terus menunjukkan perhatianmu dan ketulusanmu. Dengan begitu oma yakin dia akan memaafkanmu . Bantu Nara menerima pernikahan ini dengan begitu dia juga akan menerima kehadiran janin yang berada di dalam rahimnya.”
“ Akan aku coba oma.” sahut Aryan. “ Dimana Nara Oma ?” tanya Aryan yang penasaran sedari tadi belum melihat Elnara.
“ Sedang ke toilet, tadi oma mau antar tapi dia bersikeras ingin pergi sendiri. Tapi ini sudah terlalu lama, Ar. Oma takut terjadi sesuatu padanya. Ayo kita susul !”
Mau tak mau Aryan mengikuti langkah oma nya untuk menyusul Nara. Baru saja sampai di depan pintu dan oma Herlina ingin masuk tiba-tiba Nara juga keluar dari pintu toilet.
“ Nara, kenapa lama sekali. Oma khawatir terjadi sesuatu padamu, Aryan juga sudah menunggumu sejak tadi.” ucap Oma saat dirinya melihat Nara baru saja keluar dari toilet. “Apa kamu muntah lagi ?” tanya Oma yang melihat wajah Nara mendadak pucat.
Nara menggeleng , memang bukan karena itu wajahnya menjadi pucat tapi perasaannya yang tak karuan.
“ Ya sudah kalau kamu baik-baik saja. Sekarang kita periksa kandungan ya.”
“ Oma , bisa kita pulang saja. Nara gak mau Oma.” pinta Nara yang tak siap dengan pemeriksaan ini. Bahkan Nara ingin melupakan kalau dirinya saat ini tengah hamil hasil hubungan tak sadarnya dengan pria yang ingin sekali dia lempar sejauh mungkin dari hidupnya.
Meski tak dipungkiri fisik Aryan begitu sempurna , namun luka hatinya sepertinya tak bisa terobati sampai kapanpun. Karena Aryan lah hidupnya menjadi serumit ini, walaupun Aryan pernah membantunya membayar operasi sang ibu dan membayar hutangnya tapi itu tak membuat hidupnya menjadi lebih baik. Seperti saat ini, dirinya malah harus terjebak bersama Aryan dengan segala tekanan yang harus ia hadapi dari opa Haris. Belum lagi kehamilan yang amat menyiksa dirinya. Nara juga ingin punya anak tapi bukan di saat yang tidak tepat seperti sekarang, ia hamil sementara ibunya harus berjuang untuk kesembuhannya tapi dirinya tak bisa menemani sang ibu, terlebih menikah dengan seorang seperti Aryan Maheswara bukanlah impiannya. dia hanya ingin menikah dengan pria sederhana dan hidup bahagia. Menikah dengan Aryan yang hampir sempurna itu malah membuat hidupnya penuh tekanan dan dia semakin membenci pria itu yang sudah mengacaukan hidupnya.
“ Tak apa, tenanglah Ra . Ada oma dan Aryan di sini, Oma sangat ingin melihat keadaan cicit oma. Jadi mau ya kita periksa.” bujuk Oma Herlina dengan penuh kelembutan agar Nara mau menuruti perkataannya demi janin yang ada dalam kandungannya dan juga demi Nara sendiri untuk memastikan kesehatan cucu menantunya tersebut.
Karena tak enak hati pada oma Herlina yang sudah sangat baik padanya akhirnya Nara mau menuruti keinginan oma demi menghargai wanita tua yang sudah memperlakukannya dengan tulus dan penuh kasih sayang.
“ Ar, ayo kita ke dokter kandungan. Makin cepat lebih baik dan kita bisa langsung pulang. Kasihan istri dan anak kalian butuh istirahat.”
“ Silahkan, wah ini calon orang tua barunya ya.” kata dokter kandungan itu dengan senyum ramahnya.
“ Langsung di USG aja, kami agak buru-buru dok.” pinta oma Herlina karena khawatir Nara akan semakin merasa tak nyaman berlama- lama di ruangan dokter kandungan . Tentu permintaan itu langsung dituruti oleh sang dokter .
“ Silahkan berbaring, ibu……”
“ Elnara, dok.” jawab Nara pelan. Mau tidak mau Nara berbaring menuruti perintah sang dokter.
“ Bapak silahkan di samping ibu.” tunjuk perawat pada Aryan yang nampak canggung dan terpaksa pula menggeser posisinya di samping Nara berbaring. Sontak Nara langsung membuang muka saat Aryan berdiri di sisi kirinya. Oma Herlina yang memilih duduk di depan meja dokter itu merasakan betul perasaan Nara saat ini.
Sebuah selimut sudah ditutupkan ke bagian bawah tubuh Nara. Perawat juga sigap memasang alat pengukur tekanan darah di lengan kanan Nara sembari mengukur nadinya. “Tekanan darahnya rendah, dok.” ucap perawat lalu menarik baju atasan Nara untuk dibuka bagian perutnya.
Sontak Nara langsung menahannya lantaran malu, terlebih Ada Aryan yang bisa saja melihat anggota tubuhnya meski mereka bahkan sudah berhubungan badan sebanyak dua kali.
“ Gak pa-pa Nara, sayang. It’s okay.” ucap oma Herlina yang menyunggingkan senyumnya melihat Nara yang malu-malu.
Sebuah gel dingin dioleskan ke perut bagian bawah Nara yang terbuka. Dokter kandungan bersiap di posisinya dengan alat transducer di tangannya. “ Sudah siap diperiksa ya, ibu. Silahkan lihat di layar monitor .” ucap dokter setelah menyalakan dan mengatur beberapa tombol hingga menunjukkan warna hitam pekat di layar.
Nara yang masih membuang muka tak berminat melihatnya. Baginya anak ini adalah sumber kesakitannya. Jika tak mengingat ia harus menukarnya dengan kesehatan sang ibu, mungkin Nara sudah menggugurkan anak ini dan membuang memorinya tentang Aryan jauh ke dasar lautan.
“ Hari pertama mens terakhir tanggal berapa, ibu?”
“ Saya gak ingat !” jawab Nara pelan namun setengah ketus.
Dokter hanya tersenyum sabar lalu menggerakkan alat transducer itu dengan sedikit menekan perut bagian bawah Nara yang sedikit mengeras. “ Awwhh !” desis Nara yang kaget dengan tekanan di perutnya .
Layar monitor langsung berubah warna dengan pantulan cahaya membentuk bulatan agak putih terang namun masih samar. Aryan yang belum pernah tau pun memicing dan tak berminat pula. Ia lantas mengeluarkan ponselnya hingga menarik perhatian oma Herlina.
“ Aryan…” Oma menggeleng pelan lau mengangkat dagunya menunjuk ke layar monitor . Aryan pun menurut dan memasukkan kembali ponselnya.
“ Yups, here is it !” pekik sang dokter saat menemukan posisi janin Nara.” Bapak dan ibu lihat. Itu yang bulat kecil seperti ada sesuatu di dalamnya, itu calon baby nya . Dia berenang di dalam sini. Belum ada bentuknya tapi kalau dilihat dari ukuran dan beratnya , dia tumbuh sehat ya.”
Aryan tertegun. Ia mencoba mencerna ucapan dokter yang seperti menuntun otaknya untuk mengartikan layar hitam di depannya. ‘ Anak?’ batin Aryan terus mengulang satu kata itu. Apa itu anak? bahkan sebuah pernikahan saja belum pernah ia bayangkan. Namun bisa terjadi dan kini ia harus menambah kosakata dalam kamus hidupnya. Ya, Aryan bahkan tidak berpikir bagaimana ia nanti akan menjadi orang tua di hari ke depan.
.
...****************...
ingat ya, kalau hidupmu berantakan itu mungkin balasan dari tuhan atas kelakuanmu yang sudah mencuri karya saya.