NovelToon NovelToon
Merayakan Kehilangan

Merayakan Kehilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Raft

Ini tentang gadis ambigu yang berhasil merayakan kehilangannya dengan sendu. Ditemani pilu yang tak pernah usai menyapanya dalam satu waktu.

Jadi, biarkan ia merayakannya cukup lama dan menikmatinya. Walau kebanyakan yang ia terima adalah duka, bukan bahagia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raft, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu? - 28

...Ketika rasa cemburu menyerang, biasanya hati tak akan merasa tenang. Ternyata cinta tak selalu menyenangkan. ...

***

Setelah beberapa jam dirinya fokus menulis, sekarang ia bisa beristirahat dengan tenang bersama Adik tersayang.

Di ruang tamu, Renata sedang asyik membaca. Juga ada Angkasa yang sedang menonton acara kesukaannya dengan cemilan yang ia beli di jalan ketika menjemput Renata barusan.

Sedangkan dirinya menyelam ke sosial media untuk menemukan hal yang menyenangkan.

Sesekali ia tertawa ketika menemukan video yang menggelitik perutnya. Tawanya selalu bertubrukan dengan Angkasa juga Renata yang menertawakan hal yang sedang mereka lakukan.

Ibu ada di tengah mereka, sedang merajut baju untuk Renata kenakan. Dan hatinya menghangat ketika mendengar tawa dari penghuni rumah sekarang.

Kehadiran Angkasa membuat rumahnya sangat hidup dari biasanya.

"Angkasa mau jadi anak Ibu, gak?"

Pertanyaan Ibu membuat semua melihat ke arahnya. Dan ada binar bahagia dari mata Angkasa setelahnya.

"Banget! Kalau Angkasa gak ngerepotin, sih."

"Enggak. Malah Ibu seneng kalau kamu dateng."

Dengan senyum lebar, Angkasa mengangguk mengiyakan.

"Tapi lo harus tetep pulang dulu, Sa. Bukannya Ayah lo mau bicara?"

Astaga, Rey ini merusak suasana sekali. Padahal Angkasa sudah sangat senang mendengar kalimat demi kalimat yang Ibu Rey lontarkan.

"Iya, nanti juga gue pulang." Balasnya dengan nada ogah-ogahan.

"Kalau Angkasa udah jadi anak Ibu. Ya harus tinggal di rumah ini, lah!"

Ibu memang malaikat bagi Angkasa. Ucapannya selalu benar dan membuat hatinya tak ingin menolak.

"Hore! Punya dua Kakak." Karena Renata senang jika Angkasa ada di rumahnya. Candaan sederhana Angkasa selalu membuatnya tertawa. Dan ia suka.

"Angkasa siap jadi ajudan Ibu!" Ucapnya dengan semangat membuat Ibu tersenyum hangat.

"Kalau Ibu butuh bantuan-"

Rey kembali memainkan handphonenya ketika malas mendengarkan celotehan Angkasa. Ia lebih baik kembali menemukan hiburan di ranah digital.

Tangannya tak sengaja men-refresh scroll-an Instagram. Hingga matanya tak sengaja menangkap foto Rai dengan seorang lelaki dengan latar gedung sate di belakangnya.

1 menit yang lalu. Foto itu diunggah satu menit yang lalu.

Dan ada satu hal yang membuat hatinya memanas. Caption yang Rai jabarkan disana membuat perasaannya uring-uringan.

Bandung terasa indah jika ada kamu, Bumi..

Cih.

Siapa lelaki itu? Dan kenapa bisa sedekat itu dengan Rai?

Tanpa ragu, Rey langsung men-screnshoot foto itu, begitupun dengan captionnya untuk ia tanyakan kepada Rai di aplikasi hijau sekarang.

Tapi sayangnya Rai tidak langsung membalas. Dan itu semakin membuat hatinya memanas.

"Rey ke kamar dulu." Ia butuh ketenangan sekarang.

Angkasa yang melihat itu sedikit keheranan. Pasalnya Rey pamit ke kamar ketika dirinya sedang bercerita riang dengan Ibu. Ada perasaan tak enak ketika tuan rumah merasa tak nyaman atas kehadirannya. Apalagi ketika melihat ekspresi Rey yang sangat dingin dari biasanya.

Apa Rey tidak suka karena ada dirinya?

Untuk menghilangkan pemikiran itu, Angkasa menyusul Rey ke kamar. Ia ingin tau kenapa Rey bisa seperti sekarang.

"Angkasa ke atas dulu sebentar, ya!" Pamitnya.

Ketika Ibu sudah memberinya anggukan, Angkasa langsung beranjak dengan senyuman ringan.

Ketika ia masuk ke dalam kamar, Rey sedang mengatur napasnya di atas ranjang.

Perlahan kakinya mendekat ke arah tubuh yang sedang memejam itu.

"Rey? Lo kenapa?"

Ketika suara Angkasa terdengar, Rey membuka matanya perlahan.

Angkasa mulai duduk di samping Rey. "Lo gak suka ya gue ada disini?"

Rey mengangkat sebelah alisnya. Kapan ia bilang begitu? "Enggak."

"Terus kenapa malah masuk kamar? Biasanya lo gak pernah kayak gini. Segaring-garingnya cerita gue, lo gak pernah pamit gitu aja. Lo ada masalah?"

Rey menghela napas kasar. Lalu ia merogoh kembali handphonenya di saku celana untuk memberitahu Angkasa kenapa ia seperti ini.

"Lo liat aja."

Angkasa melototkan matanya ketika melihat Rai sedang bersama seorang lelaki di dalam layar. Matanya semakin melotot ketika membaca caption yang Rai cantumkan.

Tapi setelahnya senyum menggoda milik Angkasa terbit begitu saja. "Lo gak tenang karena ini?"

Senyumnya semakin lebar ketika Rey mengangguk membenarkan.

"Itu namanya cemburu, dodol! Lo emang suka sama Rai. Kentara banget, astaga! Tapi sayangnya lo kalah. Elo sih gak gercep."

"Emang cowok itu pacarnya?"

Angkasa menggedikkan bahu. "Gak tau. Tapi dari captionnya sih, iya. Kayaknya cowok itu pacar Rai."

Merosot sudah bahu Rey ketika mendengarnya.

"Tapi lo tanya aja dulu sama si Rai. Siapa tau bukan. Walaupun kemungkinannya kecil."

"Udah. Tapi belum di bales."

"Ya udah tunggu aja."

Rey mengangguk pelan. Membuat Angkasa kasian melihatnya. Mata yang terlihat sendu itu tampak lebih sendu ketika patah hati.

"It's okay! Jangan mikir yang enggak enggak. Muka lo tambah kusut, tuh!"

Tepat ketika Angkasa selesai berbicara, handphone Rey bergetar menerima pesan.

Dan jawaban yang sangat ia tunggu akhirnya tersampaikan juga padanya.

...Raii('-'*)♪...

Itu siapa? Pacar lo?

^^^Bukan. Dia Bumi, sahabat aku. ^^^

"Sahabatnya." Ucapnya pelan namun girang.

"Kan! Kata gue juga apa! Udahlah, happy! Ayok ke bawah lagi."

"Tapi kok sahabatnya cowok? Gimana kalau cowoknya suka sama si Rai?" Pikiran overthinking nya datang lagi.

"Yang penting Rai nya jangan suka sama cowok itu. Udah, ayok ke bawah."

Tadinya Rey akan menetap saja di kamar. Tapi sepertinya tidak bisa ketika Angkasa menarik tangannya pelan untuk kembali ke bawah.

Ya, apa salahnya? Dengan bercerita di bawah, Rey bisa sedikit mengurangi overthinking nya.

***

Matanya begitu gelisah melihat ke arah layar. Ia sedang menunggu jawaban atas pesan yang ia kirimkan barusan.

Entahlah, hatinya merasa gelisah atas pertanyaan yang Rey kirimkan. Ia ingin memberitahu langsung jika Bumi hanya sahabatnya. Seriusan, hatinya gemas untuk menerima jawaban.

"Kamu kenapa, Rai?"

Pertanyaan Adhisty membuat perhatian Rai teralihkan. Ia terkekeh sebentar sebelum menjawab.

"Lagi nunggu balesan."

Tatapan Adhisty membuat Rai tidak nyaman. Pasalnya mata itu memberinya pertanyaan yang membua ia sedikit salah tingkah.

"Dari cowok yang namanya Rey, ya?"

'Kan! Pertanyaannya pasti membuat Rai salah tingkah.

Gerakan mata Rai yang tak teratur membuat Adhisty tau jika pertanyaannya tepat sasaran.

"Kamu ini sukanya sama Rey atau Bumi sih, Rai?" Adhisty mulai duduk di samping Rai, dan menyilangkan tangannya di depan dada.

"Gak tau."

Adhisty terkekeh ringan. "Pilihannya sulit, ya?"

Lalu helaan napas panjang terdengar setelahnya. "Enak banget kamu, Rai. Bisa disukain sama dua orang sekaligus. Lah aku?"

"Tapi gak ada yang ngasih kepastian."

Perkataan Rai membuat Adhisty menegakkan tubuhnya kembali. "Ya kalau gitu kamu aja yang ngasih kode. Kamu sukanya sama siapa?"

Rai tidak tau. Karena ketika ia bersama Bumi, hatinya selalu tenang, seakan ada malaikat pelindung di sampingnya. Sedangkan ketika ia bersama Rey, jantungnya selalu berdetak kencang. Apalagi ketika kalimat gombalan milik Rey keluar. Beuh, jantungnya bukan berdetak kencang lagi, tapi meledak.

Adhisty melihat ke arah handphone yang Rai genggam, dan menampilkan nama Rey di atas layar. Seketika senyumnya merekah lebar. "Kamu suka Rey. Kasih kode sama dia."

"Rey? Emang iya Rey suka sama aku?"

"Ya kalau mau tau tanya."

"Malu." Cicitnya.

Adhisty memutar bola matanya malas. "Kalau terus malu, kapan mau maju? Sini handphone kamu."

Rai gelagapan. Ia harus apa sekarang? Adhisty pasti menanyakan hal itu kepada Rey.

"Gak usah, lah! Biar dia aja yang maju."

Adhisty tak mendengar, ia seolah tuli dan terus menuliskan kalimat yang membuat Rai semakin gelagapan.

"Titi! Udah ah, siniin! Biar aku aja nanti yang tanya."

"Udah terlanjur aku kirim. Nih!"

Ketika Rai menerima handphonenya dan melihat bagaimana kalimat yang Adhisty tulis membuat jantungnya berdetak tak karuan. Apalagi ketika melihat Rey sedang mengetik di sebrang sana.

...Rey, AS. ...

Rey, kamu lagi suka sama siapa sekarang? Suka sama aku, gak?

^^^Tiba-tiba banget. Tapi, iya. Gue suka lo. ^^^

"Titi!" Teriak Rai saking senang? Entahlah.

"Kan! Coba kita lihat nanti kalau kamu udah ke Jakarta. Dia bakal nembak kamu, gak?"

Menembaknya? Astaga, bagaimana nanti Rai menjawabnya?

"Lewat chat aja deg-degannya udah kayak gini, Ti. Apalagi nanti kalau dia beneran nembak langsung? Kayaknya aku bakal pingsan."

Adhisty tersenyum singkat sebelum akhirnya beranjak. "Anak yang baru jatuh cinta gitu, tuh!" Ucapnya ketika berjalan ke dalam kamar.

Ya, Rai baru sadar jika ia sedang jatuh cinta sekarang. Dan sepertinya tidak bertepuk sebelah tangan.

***

^^^28-Mei-2025^^^

1
Zαskzz D’Claret
mampir juga thor😁
Sky blue
Bikin kesemsem berat sama tokoh utamanya.
Febrianto Ajun
karyamu keren banget thor, aku merasa jadi bagian dari ceritanya. Lanjutkan ya!
Tít láo
Gemesinnya minta ampun!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!