NovelToon NovelToon
AKU BUKAN WANITA SHALIHAH

AKU BUKAN WANITA SHALIHAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Spiritual / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Azam tak pernah menyangka, pernikahan yang ia jalani demi amanah ayahnya akan membawanya pada luka paling dalam. Nayla Azahra—wanita cantik dengan masa lalu kelam—berusaha menjadi istri yang baik, meski hatinya diliputi ketakutan dan penyesalan. Azam mencoba menerima segalanya, hingga satu kebenaran terungkap: Nayla bukan lagi wanita suci.
Rasa hormat dan cinta yang sempat tumbuh berubah menjadi dingin dan hampa. Sementara Nayla, yang tak sanggup menahan tatapan jijik suaminya, memilih pergi. Bukan untuk lari dari kenyataan, melainkan untuk menjemput hidayah di pondok pesantren.

Ini adalah kisah tentang luka, dan pencarian makna taubat. Tentang wanita yang tak lagi ingin dikenal dari masa lalunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Senja Menjelang

Senja menjelang. Langit menguning lembut. Angin sore mengayun dedaunan di halaman rumah Nayla yang sunyi. Azam tiba dengan langkah mantap, membawa sekantong makanan ringan kesukaan Nayla—pastel isi ayam dan teh kocok kafe dekat kampus.

Saat Nayla membuka pintu, senyumnya tipis, matanya sembab namun tetap menyala.

“Lho, nggak langsung pulang ke rumah...kulon?” tanya Nayla pelan, mempersilakan Azam masuk.

“Aku pikir... kamu butuh teman ngobrol.Setelah hari yang... cukup berat di kampus.”” jawab Azam, menatap mata istrinya dan Nayla mencium tangan Azam dengan takzim, yang Azam balas dengan elusas lembut di kepala Nayla. Tak hanya itu, Azam pun membawa istri tuanya dalam pelukan hangatnya.

Mereka lalu duduk di ruang tengah tempat biasa mereka bersantai. Hening sebentar. Hanya suara detik jam dan desau angin dari luar.

“Aku makin kagum sama kamu, Nay,” kata Azam akhirnya. “Aku ada di sana, mendengar setiap kata yang kau ucapkan. Dan entah kenapa... rasanya seperti pertama kali lagi aku jatuh cinta padamu.”

Nayla tersenyum kecil, menyembunyikan air matanya yang mengambang. Lalu menyandarkan kepalanya ke dada Azam, yang disambut hangat tangan besar Azam.

“Aku cuma ingin jujur, Mas... Aku tidak ingin jadi orang yang kalah oleh gosip, tapi aku juga tak ingin jadi korban rasa iba.”

Azam meraih tangan Nayla, menggenggamnya erat.

“Kamu tidak pernah jadi korban. Kamu selalu pejuang. Kamu perempuan paling kuat yang pernah aku kenal.”

Mereka larut dalam kehangatan, hingga tiba-tiba ponsel Azam bergetar.

Humairah menelepon. Azan menatap Nayla sejenak sebelum Azam menjawab dengan suara lembut, “Assalamu’alaikum...”

Dari ujung sana, suara Humairah terdengar cemas.

“Mas, ini udah hampir maghrib. Ana khawatir. Mas belum pulang, nggak ada kabar. Gak apa-apa kan? Ana takut terjadi sesuatu.”

Azam mengusap wajah, menoleh pada Nayla yang hanya tersenyum mengerti.

“Iya, maaf. Mas lupa kasih kabar, Mas singgah dulu sebentar ke rumah Mbakmu Nayla. Tadi ada yang perlu dibicarakan soal kampus. Mas segera pulang.Jangan khawatir...”

Setelah telepon ditutup, Azam termenung sejenak.

“Berat, Nay...”

“Apa?”

“Berat meninggalkan rumah ini setiap kali. Bukan karena tak cinta pada Humairah. Tapi... kamu rumah yang pertama. Kamu tempat aku menemukan versi terbaik diriku.”

Nayla menarik napas dalam. “Dan kamu... adalah takdir yang tak pernah kusangka akan kuterima seindah ini Mas, meski dengan luka-lukanya sekalian.”

Azam mengeratkan pelukannya, mencium puncak kepala Nayla, cintanya untuk Nayla tak terbatas luas dan dalam.

Azan maghrib berkumandang. Azam berdiri.

“Aku salat maghrib di sini ya..?”

“Iya...,” jawab Nayla. “Dan setelah itu... pulanglah pada Humairah. Jangan biarkan dia merasa sendiri, Mas. Aku kuat di sini.”

Azam menatapnya dalam-dalam. “Kamu bukan cuma kuat, Nay. Kamu cahaya.”

Mereka berdiri menuju tempat wudhu. Dan senja itu, menjadi saksi sepasang hati yang belajar mencintai bukan dengan kepemilikan—tapi dengan keikhlasan.

Malam perlahan turun. Hujan gerimis jatuh ringan, menambah syahdu suasana halaman rumah Nayla. Azam berdiri di ambang pintu, bersiap pergi. Tapi langkahnya berat, seakan sepasang kakinya enggan menjauh dari tempat di mana separuh jiwanya bersemayam.

Nayla berdiri menatapnya. Senyumnya lembut, tapi matanya menyimpan ribuan rasa yang tak terucap.

Azam memandang wajah Nayla dalam-dalam, lalu menunduk, meraih kedua tangan istrinya. Ia menciumnya perlahan, lama.

“Aku pergi dulu…” bisiknya, nyaris tak terdengar.

Saat Nayla hendak menjawab, Azam tiba-tiba mendekat dan mengecup lembut bibir Nayla—kecupan yang pendek, namun dalam, seperti bukti rindu yang selama ini tertahan, dan cinta yang tak pernah surut meski waktu dan keadaan berubah.

Nayla terdiam. Tak berkata apa-apa. Tapi air matanya menetes pelan saat Azam membalikkan badan, melangkah pergi menuju mobilnya.

Sementara itu di rumah Humairah...

Rumah yang disiapkan Nayla itu sederhana namun hangat. Lampu-lampu temaram menyorot interior kayu yang didominasi warna krem dan hijau zaitun. Humairah sedang menunggu di ruang tamu, duduk dengan tangan gelisah di pangkuan.

Saat suara mobil terdengar masuk ke garasi, ia berdiri cepat. Pintu terbuka. Azam masuk dengan wajah lelah tapi tetap berusaha tersenyum.

“Mas…” panggil Humairah pelan, lalu menunduk. “Maaf, bukan ana ingin mengekang, ana cuma khawatir.”

Azam mendekat, mengelus kepala istrinya yang masih muda itu.

“Mas juga minta maaf. Harusnya tadi memberi kabar.”

Humairah mendongak, menatap suaminya. “Mas lelah?”

Azam tersenyum. “Tidak untukmu. Mas hanya... sedang belajar membagi hati dengan jujur dan adil. Dan ternyata, itu bukan hal yang mudah.”

Humairah tak langsung menjawab. Ia hanya menarik tangan Azam pelan, membawanya duduk.

“Ana tahu...Mas pasti sangat mencintai Mbak Nayla. Ana tidak ingin menjadi penghalang di antara kalian.”

Azam menggenggam jemari Humairah.

“Kau bukan penghalang. Kau adalah takdir yang Allah hadirkan sebagai penenang... sebagai pelengkap. Tapi bukan pengganti. Tak seorang pun bisa menggantikan posisi siapa pun.”

Humairah menunduk, senyum tipis mengembang. “Ana akan belajar... seperti Ummi Nayla. Belajar mencintai dengan lapang.”

Azam tersenyum, lalu mencium keningnya.

“Dan aku akan belajar lebih dalam lagi... mencintai kalian berdua, tanpa membuat salah satu merasa kurang.”

Malam itu mereka duduk berdua. Tak banyak kata. Hanya keheningan yang menyelimuti—hening yang mengandung harap, sabar, dan cinta yang tak sederhana.

Minggu pagi. Mall Jogja

City Mall.

Pagi itu, suasana mall cukup ramai. Azam berjalan di antara dua wanita yang sama-sama ia cintai. Nayla di kanan, Humairah di kiri. Keduanya tampak akrab dan bersahaja. Beberapa orang yang melihat mereka dari kejauhan tak menyangka bahwa mereka adalah madu.

“Kakaknya cantik juga, ya... mirip. Mungkin saudara kandung,” bisik seseorang di food court sambil menunjuk ke arah mereka.

Dan memang, Nayla dan Humairah tampak serasi. Sesekali mereka tertawa pelan, saling menggandeng tangan seperti dua sahabat lama. Azam hanya tersenyum kecil menyaksikan keakraban yang begitu indah itu—sebuah anugerah luar biasa dari Allah.

Setelah puas berbelanja, mereka memilih duduk di sebuah kafe yang cukup tenang untuk makan siang. Mereka memesan makanan kesukaan masing-masing, dan berbincang ringan.

Namun tiba-tiba, Humairah tersedak saat tertawa sambil minum. Gerakan refleks Azam langsung mengelus pelan punggung Humairah dengan cemas.

"Pelan-pelan...” bisik Azam.

Nayla yang duduk di seberangnya, langsung bergerak cepat mengambil gelas air putih, bersamaan dengan Azam yang juga meraih gelas lainnya. Keduanya hampir bersamaan menyodorkan air ke arah Humairah.

Humairah yang mulai pulih menoleh pelan, menyadari situasi yang mengharukan itu. Matanya sempat menangkap wajah Nayla yang tersenyum lembut, namun ada bayangan redup di matanya—entah karena posisi sebagai istri pertama, atau hanya sekadar luka kecil yang tak terhindarkan.

Dengan bijak, Humairah menoleh pada Nayla, lalu berkata pelan,

“Mbak... airnya dari Mbak Nay saja, ya.”

Ia meraih gelas dari tangan Nayla, lalu menyesapnya perlahan. Azam terdiam sejenak, memandangi kedua istrinya—antara rasa syukur dan kagum yang menyatu.

“Kalian berdua...” bisik Azam dalam hati. “...adalah kekuatan dan kelemahanku dalam satu waktu.”

1
Julicsjuni Juni
buat Nayla hamil thorr...buat teman hidupnya.. kasian dia
aku juga 15th blm mendapatkan keturunan
Julicsjuni Juni
hati ku,ikhlas ku belum bisa seperti Nayla... astaghfirullah
Iis Megawati
maaf mungkin ada cerita yg kelewat,merekakan dah berpisah berbulan" ga ada nafkah lahir batin dong,dan bukankah itu sudah trmasuk talak 1,yg dmn mereka hrs rujuk/ nikah ulang maaf klo salah/Pray/
Zizi Pedi: Tidak, secara otomatis tidak terhitung cerai dalam hukum Islam hanya karena suami tidak memberikan nafkah lahir dan batin, karena istri yg pergi dari rumah. Perkawinan tetap berlaku hingga ada putusan cerai dari Pengadilan Agama atau jika suami secara sah menceraikan istrinya. Namun, suami yang melalaikan kewajibannya seperti tidak memberikan nafkah lahir dan batin adalah perbuatan yang berdosa dan dapat menjadi alasan bagi istri untuk mengajukan gugatan cerai. Tetapi dalam kasus Azam dan Nayla berbeda, mereka saling mencintai dan tak ada niat untuk bercerai jadi mereka masih sah sebagai suami istri. Dan talak itu yg punya laki2. untuk pertanyaan kk tentang talak 1. Mereka bahkan tidak terhitung talak kk, karena Azan g pernah mengucapkan kata talak. dan untuk rujuk talak 1 Setelah jatuh talak satu, suami dan istri masih bisa rujuk kembali tanpa harus akad ulang selama istri masih dalam masa iddah. Talak satu disebut talak raj'i, yang berarti suami masih berhak merujuk istrinya selama masa iddah. Jika masa iddah telah habis, maka untuk kembali bersama, mereka harus melakukan akad nikah ulang. TAPI SEBAGAI CATATAN (Azam tidak pernah mengucap talak untuk Nayla, jadi mereka masih sah suami istri meski tanpa menikah ulang.)
total 1 replies
R I R I F A
good... semangat up date ny
Zizi Pedi: terima kasih Kk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!