Yunan dilahirkan dari seorang wanita miskin. Ia dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Namun, keadaan yang serba kekurangan tak mampu membuatnya bahagia. Diusianya yang sudah menginjak dewasa, Yunan merantau ke kota. Ia bekerja sebagai asisten dari gadis cantik yang bernama Casandra.
Siang malam ia selalu mendampingi wanita itu hingga kesalah pahaman terjadi. Mereka dinikahkan karena dianggap melakukan asusila. Casandra pun terpaksa menerima pernikahan itu. Meski tidak ada cinta ia tak bisa menghindar.
Yunan tinggal di rumah mertuanya karena mereka tak memiliki tempat tinggal. Ia diperlakukan layaknya seorang pelayan. Pun istrinya yang tak mencintainya juga ikut menyudutkan dan menyalahkan kehadirannya. Meski begitu, Yunan tak ambil pusing karena ia sangat mencintai Casandra.
Hingga suatu saat, seseorang datang dan mengatakan bahwa Yunan adalah putra dari keluarga ternama di belahan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bijak
Yunan kembali memeriksa alamat yang dikirim Erlan. Setelah dipastikan benar, ia memasukkan motornya dan memarkirkan di tengah mobil mewah yang ada di sana. Namun, aksinya mendapat teguran dari satpam yang berjaga di gerbang.
''Tidak akan ada yang mencuri motor Anda, silahkan parkirkan di sana.'' Menunjuk ke arah tepi jalan.
''Baik, Pak.'' Yunan setuju tanpa melayangkan protes.
Di manapun berada ia pun mengikuti prosedur yang diterapkan. Sedikitpun tak merasa malu dengan keadaannya yang miskin, toh, tak yakin jika mereka yang naik mobil itu membelinya dengan uang halal. Benar, bukan?
Kembali menghampiri satpam yang dari tadi mengamati pergerakannya, tersenyum dan meminta maaf karena kelancangannya sudah berani parkir di tempat orang kaya. Sekaligus memperkenalkan diri.
''Mau apa kamu ke mari?'' Menatap penampilan Yunan dari atas hingga bawah dengan tatapan merendahkan.
''Saya mau bertemu dengan Tuan Erlan. Beliau menyuruh saya datang ke sini, Pak,'' jawab Yunan jujur.
Seolah tak percaya dengan ucapan Yunan, satpam itu menyunggingkan senyum mengejek. Mana mungkin Erlan memanggil anak jalanan seperti Yunan, begitu kata hatinya. Apalagi dilihat dari motornya yang begitu jelek sudah yakin bahwa Yunan adalah orang miskin. Sebagai pegawai, ia tetap akan memastikannya.
''Mari ikut saya.''
Masuk ke dalam lebih dulu, sedangkan Yunan mengikutinya dari belakang. Mereka menghampiri resepsionis yang bertugas dan menanyakan kebenarannya.
''Mana Buktinya. Beliau tidak akan bertemu dengan orang sembarangan. Harus ada bukti yang valid,'' ucap wanita cantik itu pada Yunan.
''Bukti.'' Yunan memutar otaknya. Hanya ada satu bukti yang bisa ditunjukkan, yaitu log panggilan. ''Ini pertanda bahwa tuan Erlan yang menelpon saya, dan kami berbicara selama dua menit. Apa sekarang Anda sudah percaya, atau perlu saya panggilkan tuan Erlan untuk datang ke mari,'' ancam Yunan kesal.
Entah, hari ini ia merasa sangat kesal dengan Cassandra dan ditambah dengan kejadian ini. Rasanya ingin marah saja, namun ditahan karena tidak ingin membuat kacau suasana. Walaupun pada akhirnya ia yang menang dan membuat mereka malu.
''Baiklah, kami percaya, silahkan. Ruangan beliau ada di lantai lima, tapi ingat! Tempat ini bukan sembarang tempat, kamu tidak boleh berbuat aneh-aneh," pesan resepsionis yang masih curiga.
''Kamu yang aneh.'' Menunjuk wanita itu lalu pergi.
Dengan percaya dirinya menekan tombol lift, masuk bersama beberapa karyawan lain. Berdesakan pun terjadi karena penuh. Terpaksa Yunan harus berdiri paling pojok. Selain bukan bagian dari kantor itu, penampilannya pun sangat sederhana, jauh berbeda dengan mereka yang memakai jas.
Bisik-bisik terdengar jelas memenuhi ruangan lift yang sangat sempit, Yunan mengabaikannya. Ia memilih untuk bergelut dengan pikirannya sendiri.
Apa semua orang kaya itu sombong. Apa aku juga akan seperti mereka seandainya Allah memberikan kekayaan yang berlimpah.
Pintu terbuka di lantai tujuan. Yunan keluar bersamaan dengan mereka. Matanya langsung mengabsen setiap pintu yang berjejer rapi. Mencari nama ayahnya. Kakinya mengayun pelan, memastikan tak salah lihat, hingga seorang pria berseragam security kembali menegurnya.
''Kamu mau apa ke sini? Di sini bukan tempat untuk mengamen.'' Menunjuk celana Yunan yang robek di bagian lutut dengan tongkatnya.
Ingin sekali memukul wajah security itu, namun Yunan mengurungkan niatnya. Ia tidak ingin membuat kegaduhan di kantor ayahnya sendiri, pasti akan menimbulkan kontroversi. Terlebih, ini pertama kalinya ia masuk ke tempat itu.
Tak menyalahkan, tentu penampilannya yang menjadi pemicu utama, karena setiap orang hanya memandang dari segi fisik. Siapa yang terlihat mewah dan glamour pasti akan disegani. Sebaliknya, orang miskin dan berpenampilan lusuh hanya dipandang sebelah mata.
''Tujuan saya ke sini bukan ngamen, tapi akan bertemu ayah,'' jawab Yunan lugas.
Pria yang bertubuh kekar itu tertawa lepas mendengar penjelasan Yunan. Mengundang beberapa orang untuk mendekatinya dan ikut menertawakan Yunan.
Sial. Kenapa malah jadi tontonan gini sih?
Kesabaran Yunan mulai menipis. Ia tak bisa lagi menghadapi mereka yang semakin seenaknya saja. Sedikitpun tak memikirkan hati yang saat ini diinjak-injak oleh kata-katanya.
Beginikah rendahnya orang yang tak memiliki apa-apa?
''Siapa ayahmu?'' tanya satpam itu masih diiringi tawa mengejek.
''Aku adalah ayahnya,'' sahut suara berat dari belakang.
Suara yang tak asing di telinga para penghuni kantor. Sebagian dari mereka menoleh untuk memastikan. Sebagian lagi terpaku dengan tetap menatap Yunan. Tentu dengan tatapan yang berbeda. Bertanya-tanya dengan hatinya sendiri tentang ungkapan Erlan barusan.
''Siapa saja yang berani menghinamu, Nak?'' Erlan menghampiri Yunan dan merangkulnya.
Ingin mendengarkan langsung dari mulut Yunan sendiri. Tidak percaya lagi pada semua orang yang ada di kantor itu, termasuk security yang berdiri di garda terdepan.
''Apa yang akan Ayah lakukan jika aku mengatakannya?'' tanya Yunan menakuti-nakuti.
Semua orang menundukkan kepalanya. Pasrah dengan apa yang akan terjadi nantinya. Jika Yunan membongkar perlakukan mereka pada Erlan, pasti hanya tinggal nama di kantor itu.
Erlan mengabsen beberapa pegawai yang mematung di tempat. Menautkan tangannya ke belakang. Berjalan pelan di depan mereka yang sudah berani menghina putranya.
''Sebentar lagi kamu yang akan memimpin perusahaan ini. Itu artinya ayah gak punya hak lagi untuk menghukum mereka. Ayah akan menyerahkan semua padamu,'' ucap Erlan serius.
Sebenarnya Yunan tidak begitu suka dengan keputusan ayahnya untuk menjadikan pemimpin. Hanya saja menggunakan kesempatan ini untuk membungkam bibir mereka yang suka berbicara tanpa menggunakan logika. Menyakiti orang lain tanpa memikirkan hatinya yang mungkin terluka dengan ucapannya.
''Aku tidak akan menghambat rezeki kalian, karena ibu selalu mengajarkan untuk memberi maaf sebelum orang itu meminta. Satu yang kuminta, jangan pernah lagi kalian melakukan itu pada orang yang lebih rendah. Karena itu hanya akan menunjukkan betapa bodohnya kalian. Sujud Kalian pun tidak akan diterima jika masih mendzolimi orang lain. Ingat, apa yang kalian miliki hanya titipan yang sewaktu-waktu akan diambil dengan mudah. Apalagi yang kalian sombongkan. Tempat ini bukan untuk beradu kekayaan, tapi untuk mencari uang.'' Memalingkan pandangan ke arah lain.
Meredakan emosinya yang sempat memuncak dan ingin membalas. Sayang sekali, wajah Layin melintas mengurungkan niatnya. Selalu menghentikan perbuatan buruknya.
Seketika mereka berlutut di depan Yunan yang murah hati dan tidak mengambil langkah pintas.
''Sekali lagi aku mendengar kalian seperti tadi, maka jangan harap aku akan memaafkan kalian.'' Meninggalkan mereka yang meraung-raung meminta maaf.
Tidak hanya kagum pada Layin yang menjadi sumber kebaikan putranya, namun juga salut pada Yunan yang begitu bijak.
''Siapkan apa yang dibutuhkan Yunan. Mulai hari ini dia yang akan menggantikanku,'' papar Erlan kemudian mengikuti langkah sang putra menuju ruangannya.
pintar tp dungu
ya sdh ego saja yg kau gunakan mentang2 kaya trs bgtu bertindak yg katanya sesuai nalar, poligami itu berlaku kl manusia benar 2 adil, lhah km memilih utk emosi? bkn kata hati hrs bisa bedakan ya