Siapa sangka Riana kembali bertemu dengan Brian, mantan suaminya, pria yang benyak menoreh kan luka pada pernikahan mereka terdahulu.
Rupanya semalam itu membuahkan hasil, dan kini demi status sang anak, mereka terpaksa kembali menikah, tentunya dengan banyak perjanjian dan kesepakatan.
Tanpa sepengetahuan Riana, Brian punya niat terselubung, setelah anak yang dia inginkan lahir.
Bagaimana reaksi kedua orang tua Riana, manakala mengetahui pernikahan Riana yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Bagaimana kelanjutan pernikahan mereka setelah Riana mengetahui niat jahat Brian menikahinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
BAB 21
Usai perjanjian yang mengalahkan rumitnya sengketa tanah, kini mereka mulai maju ke step berikutnya, surat perjanjian tersebut di legalkan oleh pengacara Riana, ditandatangani oleh kedua belah pihak, beserta saksi.
"Kita akan kemana?" Tanya Riana yang melihat mobil yang dikemudikan Fabian tidak mengarah ke rumah sakit, karena 3 jam kedepan Riana akan mengisi jadwal jaga malam di rumah sakit.
Brian melirik jam tangannya, "masih ada waktu, aku janji tak akan sampai 2 jam."
Brian bahkan membawa Riana ke butik langganannya.
Para pegawai butik, datang menyambut pelanggan VVIP mereka, sesaat sebelum Brian membawa Riana memasuki butik.
"Tolong pilihkan dia gaun pengantin terbaik." Pinta Brian pada pegawai butik.
Riana membelalakkan kedua matanya. "Ta … ta … tapi." Dia ingin protes, tapi pegawai butik yang sudah mengenal tabiat Brian, segera membimbing Riana ke ruang ganti.
"Maafkan kami nona, tuan Brian akan marah jika kami tidak segera melaksanakan apa yang beliau ucapkan."
Riana hanya bisa mengangguk pasrah, usai mendengar pengakuan para wanita itu, Riana pun urung mengajukan protes, karena jika berlanjut, maka bisa saja para wanita ini kehilangan pekerjaan mereka.
Brian membeli gaun dan satu set tuxedo yang akan mereka kenakan di hari pernikahan, Begitu pun Riana yang akhirnya memilih salah satu gaun pengantin manis dengan panjang hampir menyentuh lantai, Riana sudah menolak, dia ingin memakai gaun yang ada di lemarinya saja, tapi Brian mengatakan pada Riana, bahwa ia tetap ingin yang spesial, sebenarnya ia tak ingin Riana mencurigai motifnya.
Riana menatap bayangan dirinya di cermin, sengaja ia memilih gaun putih manis dan tidak terlalu sederhana juga tidak terlalu mewah, karena ini bukan pernikahan pertama mereka, lain hal nya dengan pernikahan pertama mereka dahulu, begitu mewah meriah, bukan hanya gaunnya yang mewah bertaburkan payet permata, bahkan paman Alex sengaja menghadiahkan aula Twenty Five Hotel, beserta sajian dan dekorasinya, sebagai hadiah pernikahan untuk Riana.
"Papa Roger." Dengan suara lirih, Riana menyebut nama papa mertuanya, disaat seperti ini, papa Roger akan menjadi orang pertama yang berbahagia di karena dari yang Rina lihat dan rasakan, papa Roger menyayangi dirinya lebih dari pada menyayangi putranya sendiri.
Salah seorang pegawai wanita datang menghampiri Riana, kemudian memakaikan mahkota bunga imitasi, mahkota bunga itu nampak manis berpadu dengan rambut coklat madu nya, kini ia makin mirip seorang putri di dunia Alice in wonderland.
Para pegawai bahkan dibuat tersenyum bahagia manakala melihat penampilan Riana. “Anda cantik sekali nona,” ujarnya dengan penuh kekaguman, “tuan Brian pasti sangat tergila gila pada anda,”
Riana hanya tersenyum kecil mendengar pujian itu, karena tahu apa yang mendasari pernikahan ini bukanlah cinta dan rasa sayang, melainkan terpaksa demi sebuah status yang akan disandang oleh anak mereka kelak.
“Baiklah … aku ambil yang ini, tolong dibungkus,”
pegawai butik nampak kebingungan mendengar instruksi Riana, “anda tak ingin menunjukkannya pada tuan Brian terlebih dahulu?” tanyanya, karena pada umumnya calon mempelai wanita, akan dengan bangga menunjukkan gaun pengantin pilihannya pada calon mempelai laki laki
Riana menggeleng, “dia sudah bilang, akan mengikuti apapun pilihanku.”
Pegawai itu segera membantu Riana menanggalkan gaunnya, kemudian mengemasnya didalam sebuah kotak besar nan eksklusif.
Serupa dengan Riana, Brian pun sudah selesai memilih tuxedo nya, namun Brian agak sedikit kecewa manakala melihat Riana keluar dari ruang ganti begitu saja, tanpa menunjukkan gaun pengantin pilihannya.
“Kenapa menatapku?” tanya Riana sejenak setelah dirinya keluar dari ruang ganti, “jangan Bilang kamu kecewa karena aku tak menunjukkan gaun pilihanku,” tebak Riana seenaknya.
Namun Brian hanya diam tak menanggapi pertanyaan Riana, ia sendiri pun heran, kenapa mendadak kecewa ketika RIana bahkan tidak mencoba menunjukkan padanya, gaun pengantin yang ia inginkan. “tak apa, aku akan menganggap kamu sedang berusaha memberiku kejutan.”
“Percaya diri sekali?” jawab Riana, “aku hanya ingin mempersingkat waktu, cepatlah aku harus segera tiba di rumah sakit.” gerutu Riana.
Brian segera menyerahkan kartu hitamnya pada pegawai butik, sesaat kemudian 2 orang pegawai wanita membawa 2 buah kotak besar ke bagasi mobil.
Mereka melanjutkan perjalanan, kali ini langsung ke rumah sakit.
“Fabian, berhenti saja di halte depan,”pinta Riana.
“Baik nona,” Jawab Fabian patuh, karena Brian pun tak memberikan instruksi apapun.
“Besok pulang jam berapa? aku akan menjemputmu.” tanya Brian ketika Riana hendak membuka pintu mobil.
“Mau apa lagi?” tanya Riana kesal.
“Kita perlu cincin pernikahan.”
“hahaha …” Riana tertawa sumbang, “Seperti kita mau menikah sungguhan saja.”
“Memang kita menikah sungguhan …”
“Ini hanya pernikahan kontrak, tidak perlu berlebihan.” Sebelum Brian menyelesaikan perkataannya, Riana sudah lebih dulu mengingatkan status pernikahan mereka, bahkan suaranya naik satu oktaf dari pada biasanya.
“Anggap saja ini simbol,” Brian beralasan.
Setelah membeli gaun, kini bahkan Brian terlihat lebih aneh di mata Riana, mengingat pernikahan mereka hanyalah pernikahan kontrak, dan hanya sementara waktu, bukankah membeli cincin hanya membuang buang uang saja, begitulah kira kira pemikiran Riana.
“Beli saja sesuka hatimu, model apapun dan yang manapun, terserah.” Riana memberikan salah satu cincin yang kebetulan pagi tadi ia kenakan pada Brian, solusi cerdas untuk menghindar dari pria bre ngsek yang belakangan ini semakin seenak jidatnya, “jangan menemuiku lagi, kita bertemu di hari pernikahan.” pungkas Riana.
Brian cukup terkejut menyaksikan betapa Riana kini bahkan berani membantah beberapa permintaannya, rupanya Brian harus mulai bersikap hati hati, karena salah bicara sedikit saja, maka semua rencananya akan berantakan.
Riana pun turun, tapi sebelumnya ia membawa kotak berisi gaun pengantin yang ia pilih, sungguh menjengkelkan, jika harus berurusan dengan Brian, dan semua sifatnya yang serba menjengkelkan.
🌹
🌹
🌹
Hari ini, adalah hari yang akan Riana ingat sebagai hari paling sial dalam hidupnya, hari dimana Riana akan kembali menikah dengan mantan suaminya sendiri.
Ada sesak yang ia rasakan, ketika tiba tiba ingatan tentang bagaimana sikap dingin dan kasar yang Brian selama mereka menikah, kembali berputar di kepalanya, dulu sekali ia pernah mencoba menjadi istri yang baik, dan mencoba memahami posisi Brian yang terpaksa menikah dengannya, masih lekat dalam ingatannya ketika ingat bagaimana marahnya Brian ketika Riana menolak ajakannya berhubungan, padahal kala itu Riana sangat kelelahan setelah melakukan operasi besar selama lebih dari 10 jam, Brian juga sangat marah hanya karena pria itu tak menyukai parfume yang Riana pakai, bahkan ketika Riana mencoba menarik perhatiannya dengan masakan yang ia buat, Brian justru membuat semua yang tersaji diatas meja berhamburan ke lantai, sama sekali tak ada niat sekedar mencicipi agar yang sudah bersusah payah merasa senang hatinya.
Brian tengah menunggu dengan gelisah seperti seorang suami yang menanti detik detik persalinan sang istri, ketika Riana keluar dari kamarnya.
Penantiannya Brian terbayar, ketika melihat Riana keluar dengan tampilan yang membuat Brian tak bisa berkedip walau sesaat, Riana begitu memukau, walau hanya memakai make up tipis seadanya, RIana juga melepas kacamatanya, dan menggantinya dengan softlens, mahkota bunga membuat Riana terlihat imut dan manis seperti seorang putri, begitulah yang Brian pikirkan.
Keduanya berjalan menuju pintu, tanpa suara, tanpa kontak fisik, hanya diam membisu, seperti dua orang asing.
tit
tit
tit
tit
tit
Riana dan Brian terbelalak, tidak menyangka akan bertemu dengan mereka, bagaimana mungkin? seharusnya ini tidak boleh terjadi.
.
.
.
.
.
.
Genderang perang mulai ditabuh, jari mak othor kembali gatel, karena perjalanan sepasang mantan ini terlalu datar
.
.
.
.
.
sudah pada tahu kan, siapa yang datang tiba tiba, othor sudah kasih clue siapa saja yang mengetahui password pintu apartemen Riana selain Brian yang suka nyelonong macam maling jemuran.
.
.
.
.
.
.
senin gaees … jangan lupa tinggalkan komentar, semangat, vote bila perlu, biar othor tidak oleng dan lupa up eps baru.
.
.
.
.
.
.
sarangeeeeee
sudah kangen dg mantan duda opa Alex 😍🥰