Aqila gadis cantik berusia delapan belas tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan nya di negara Finlandia.
Malam itu untuk merayakan kelulusan nya, Aqila berhasil kabur dari penjagaan ketat para bodyguard milik kakak nya.
Tetapi siapa yang menyangka gadis itu malah kabur ke sebuah night club terkenal di kota tempat ia tinggal dan terjebak oleh sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan?
Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Sesuatu seperti apa yang akan menimpah dirinya? Atau mungkin sebuah jebakan?
Note:- Agar mengerti jalan cerita sebelumnya, disarankan membaca karya "Terjebak Cinta Om Mafia Possesive"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-22-
"Masih mau ke pantai?" Tawar Bram seraya menyeka sisa air mata di pipi Aqila.
Aqila mengangguk pelan. "Mau" Jawab nya dengan suara serak.
Cukup lama Aqila menangis di dalam dekapan Bram, hingga sesekali mengundang tatapan para calon mahasiswa yang sama-sama mengambil formulir pendaftaran seperti Aqila.
"Ayo" Bram merengkuh posesif pinggang ramping istri kecil nya, lalu menuntun nya berjalan.
Selama berjalan menuju mobil Aqila hanya menunduk dan membenahi rambutnya agar menutupi leher nya. Hal itu pun membuat Bram menghembuskan napas nya kasar.
"Mau ke pantai mana?" Tanya Bram yang baru saja memasang seatbelt Aqila.
"Cooper's beach" Jawab cepat Aqila menyebutkan nama pantai nya.
Bram mengangguk pelan, lalu merapihkan rambut Aqila dan mengusap pipi chubby itu yang mengundang lirikan dari sang pemilik pipi.
"Sudah tenang?"
Aqila mengangguk ragu dan kepalanya langsung menunduk.
"Bisa cerita kan padaku?" Pinta lembut Bram.
Selama beberapa saat Aqila hanya terdiam begitu pun dengan Bram yang tidak mengalihkan tatapan nya dari Aqila, menunggu istri kecilnya membuka suara.
"Sayang.." Bram menggenggam kedua tangan Aqila menyalurkan kehangatan dan keyakinan saat Bram tau bahwa Aqila ragu untuk bercerita.
"Ta-tadi di toilet ada tiga orang perempuan" Ujar ragu Aqila
"Terus?"
"Mereka gosipin aku, kata mereka aku.. Aku jallang"
Wajah Bram langsung memerah, gig nya saling beradu menahan amarah begitu pun dengan rahangnya yang semakin mengeras.
"Siapa?" Tanya Bram masih dengan nada lembutnya.
Aqila menggeleng karena ia memang tidak kenal dengan tiga orang itu.
"Terus kenapa rambut kamu berantakan seperti tadi?"
"Pas aku keluar dari bilik toilet dan berniat menegur mereka, ta-tapi mereka malah semakin menghina aku dan menganggap aku jallang kamu.."
Air mata Aqila kembali menetes, seumur hidupnya baru kali ini mendapat hinaan se-menyakitkan seperti ini, bahkan lebih sakit dari hinaan Bram saat itu.
"Terus kenapa kamu gak bilang kalo kamu istri aku? Apa mereka buta? Apa mereka tidak melihat foto pernikahan kita yang tersebar luas?" Geram tertahan Bram.
"A-aku kesal dan langsung menampar salah satu dari mereka, tapi tiba-tiba dua teman nya langsung jambak rambut aku dan terus menghina aku hikss, sakit hikss"
Tangis Aqila kembali terdengar memilukan, tangan gadis itu memukul pelan dada nya. Bukan nya lemah tetapi ucapan mereka benar-benar menusuk hati Aqila.
"Kenapa gak kamu lawan? Kamu biasanya bisa ngelawan aku? Kenapa jadi lemah gini hmm" Bram memeluk tubuh Aqila dengan beberapa pertanyaan yang terus ia lontarkan.
Aqila menggeleng tidak tau, entahlah diri sendiri pun jadi bingung. Tetapi yang jelas begitu kata 'Jallang' mereka lontarkan untuk Aqila.
Dan perkataan itu benar-benar menyakitkan ditambah mereka terus menatap jijik leher Aqila yang dipenuhi tanda kepemilikan dari Bram.
"Sutt, aku gak suka kamu lemah seperti ini"
"Mana istri pembangkang ku yang selalu malawan ucapan ku? Masa kalah sama mulut sampah mereka" Celoteh Bram mencoba menenangkan.
"Aku kesal hikss, sangat kesal hingga tidak tau ingin melawan mulut bau mereka seperti apa hiks"
Bram terkekeh pelan mendengar ucapan Aqila, memang terdengar nada kesal di sela isak tangis nya.
Tetapi tanpa Aqila ketahui dibelakang punggung nya kini Bram tengah mengotak-atik handphone milik nya dengan senyum mengerikan menatap gedung universitas itu.
Bram melepaskan pelukan nya dan kembali menyeka air mata istri kecil nya. "Gak suka ah, kamu cengeng" Ledek Bram.
Aqila mencebikkan bibirnya kesal. " Yaudah, bagus kalo gak suka!"
Tanpa permisi Bram menghujami wajah Aqila dengan kecupan nya, meninggalkan jejak basah di wajah Aqila.
"Awas! Aku marah sama kakak!" Seru Aqila mendorong dada Bram.
"Gara-gara kakak, aku jadi di cap buruk dengan calon teman-teman ku!" Sambung nya.
"Manusia menjijikan seperti mereka tidak cocok menjadi teman mu, sayang"
"Sudahlah, kakak gak akan tau bagaimana rasanya. Dari awal orang-orang terus menatap jijik ke arah ku" Aqila mengalihkan pandangannya keluar kaca mobil.
"Baiklah maafkan aku, dan aku pastikan kejadian seperti ini tidak akan terulang untuk kedua kali nya, oke?" Bram mencoba meraih tangan Aqila dan berniat menggenggam nya kembali.
Tetapi dengan cepat Aqila menepis nya, karena jika dipikir-pikir ini salah Bram. Andai saja Bram tidak membuat tanda kepemilikan ini yang memenuhi leher nya,
Dan andai saja Bram memberikan foundation milik nya untuk menutupi semua tanda itu, mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi.
"Kita ke pantai sekarang dan berfoto yang banyak, oke?"
"Untuk apa?" Tanya malas Aqila
"Posting semua foto-foto kita di akun media sosial milikmu dan milik ku. Agar mereka tau kamu istri ku dan aku suami mu"
"Cih, merepotkan"
"Baiklah jika kamu tidak mau, lebih baik aku membayar para wartawan agar menyoroti kegiatan kita terlebih lagi wajah mu" Putus Bram mulai menghidupkan mesin mobil nya tanpa memperdulikan tatapan horor dari istri kecil nya.
...****************...