Tumbuh di lingkungan panti asuhan membuat gadis bernama Kafisha Angraeni memimpikan kehidupan bahagia setelah dewasa nanti, mendapatkan pendamping yang mencintai dan menerima keadaannya yang hanya dibesarkan di sebuah panti asuhan. namun semua mimpi Fisha begitu biasa di sapa, harus Kalam setelah seorang wanita berusia empat puluh tahun, Irin Trisnawati datang melamar dirinya untuk sang suami. sudah berbagai cara dan usaha dilakukan Kira untuk menolak lamaran tersebut, namun Irin tetap mencari cara hingga pada akhirnya Fisha tak dapat lagi menolaknya.
"Apa kamu sudah tidak waras, sayang???? bagaimana mungkin kamu meminta mas menikah lagi... sampai kapanpun mas tidak akan menikah lagi. mas tidak ingin menyakiti hati wanita yang sangat mas cintai." jawaban tegas tersebut terucap dari mulut pria bernama Ardian Baskoro ketika sang istri menyampaikan niatnya. penolakan keras di lakukan Ardi, hingga suatu hari dengan berat hati pria itu terpaksa mewujudkan keinginan sang istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21.
"Terima kasih banyak atas kebaikan anda, tuan. semoga tuhan membalas segala kebaikan anda kepada anak kami." ucap Ardian setelah Gandi selesai melakukan proses donor darah untuk putranya.
"Tidak perlu berterima kasih tuan Ardian, karena ini sudah menjadi kewajibanku sebagai pamannya Irhan." tentu saja kalimat tersebut hanya terucap dalam hati Gandi.
"Sama-sama, tuan Ardian. Semoga operasi putra anda berjalan dengan lancar." sambung Gandi.
"Sekali lagi saya ucapkan banyak terima kasih, tuan Gandi." balas Ardian yang beberapa saat lalu telah berkenalan dengan Gandi.
Di saat Ardian dan Gandi terlibat percakapan, Irin justru terlihat diam saja di samping sang suami, terukir jelas ketegangan di wajah wanita dua anak itu. "Ada apa, sayang? Apa kamu sedang kurang enak badan?." tanya Ardian menyadari sikap Irin.
"Bukan apa-apa mas, aku hanya mencemaskan kondisi Irhan." jawab Irin yang tidak sepenuhnya berdusta.
Ardian mengangguk percaya. lagi pula ibu mana yang bisa tenang jika Putranya sedang dalam kondisi kritis, begitu pikir Ardian.
Di ruang prakteknya, dokter Wisnu terlihat diam saja, seperti sedang melamun bahkan kedatangan Ardian di ruangan tersebut sampai tidak disadarinya. "Apa ini hanya perasaanku saja atau mungkin suatu kebetulan." batin Dokter Wisnu. Entah mengapa, pria itu merasa wajah pria bernama Gandi mirip dengan Irhan, terutama pada bagian hidung dan matanya.
"Hey ..." lambaian tangan Ardian didepan matanya akhirnya menyadarkan dokter Wisnu dari lamunannya. "Kau sedang melamun?." tebak Ardian dengan tatapan menelisik.
"Ardian...." seru dokter Wisnu.
"Ada apa?."
"Bukan apa-apa. Aku hanya ingin menyampaikan bahwa tiga puluh menit lagi dokter spesialis akan segera melakukan tindakan operasi pada Irhan." sebenarnya bukan itu yang tadinya ingin dikatakan oleh pria itu, namun dokter Wisnu jadi ragu menyampaikannya pada Ardian, ia khawatir Ardian akan tersinggung. Pastinya akan berdampak pada persahabatan mereka jika sampai Ardian merasa tersinggung.
Ardian mengangguk, lalu kemudian mendaratkan bobotnya dikursi depan meja praktek Dokter Wisnu.
"Aku ingin bertanya sesuatu padamu?."
"Memangnya apa yang ingin kau tanyakan?." tanya dokter Wisnu seraya meraih salah satu rekan medik pasiennya.
"Apakah wajar jika golongan darah seorang anak tidak sama dengan golongan darah kedua orang tuanya?." tadinya Ardian sempat berpikir mungkin hal seperti itu bisa saja terjadi. Tetapi, entah mengapa ia ingin memastikan hal itu untuk memastikan.
"Apa maksudmu bertanya seperti itu?." bukannya menjawab, dokter Wisnu justru balik bertanya dan kini raut wajah pria berkacamata bening tersebut sudah berubah lebih serius.
"Bukan apa-apa, aku hanya ingin memastikan saja. Kau seorang dokter, pastinya kau lebih paham akan hal semacam ini." sahut Ardian.
Dokter Wisnu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursinya seraya menghela napas panjang. Ia tak menyangka Ardian akan menanyakan hal itu juga padanya. "Aku tidak bisa memastikan keakuratannya seratus persen. tetapi, berdasarkan Ilmu kedokteran yang aku pelajari, seorang ayah dengan golongan darah O dan ibu dengan golongan darah B, sangat tidak mungkin melahirkan seorang anak dengan golongan darah AB, Ardian."
Sungguh, Ardian tersentak atas penjelasan dari sahabatnya itu.
"Maafkan aku, Ardian...! sungguh, aku sama sekali tidak berniat menyinggung perasaanmu, aku hanya memberikan penjelasan sesuai dengan pengetahuanku." lanjut dokter Wisnu saat menyadari perubahan di raut wajah Ardian.
"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?." batin Ardian. Ia yakin dan percaya dengan kemampuan sahabatnya itu sebagai seorang dokter. namun begitu, Ardian masih bingung mengapa hal itu bisa terjadi sedangkan ia yakin bahwa Irhan adalah darah dagingnya, meskipun Ardian sendiri sadar betul bahwa dirinya bukanlah pria pertama bagi Irin. namun besarnya rasa cintanya kepada wanita itu, Ardian tidak mempermasalahkannya sedikit pun. Bahkan sepanjang pernikahan mereka, tak sekalipun Ardian menanyakan sosok pria yang telah mendahuluinya itu.
"Jangan bilang kau pun memiliki pemikiran yang sama denganku, Wisnu." tebak Ardian setelah cukup lama diam, berpikir.
Hembusan napas berat dokter Wisnu sudah cukup menjadi jawaban bagi Ardian.
"Aku ingin kau membantuku melakukan tes DNA!." pinta Ardian bersungguh-sungguh.
"Apa kau menyayangi Irhan??."
"Tentu saja aku sangat menyayanginya." tegas Ardian.
"Lalu apa tujuanmu melakukan tes DNA???Dan jika nanti hasilnya akan berbanding terbalik dengan harapanmu, apa yang akan kau lakukan? apa kau akan membuang Irhan dari kehidupanmu?." cecar Dokter Wisnu ingin mendengar jawaban itu dari mulut Ardian.
"Jangan gila Kau, aku tidak pernah berpikiran seperti itu. Aku hanya ingin memastikan kebenarannya. Apapun hasilnya nanti Irhan tetap akan menjadi putraku, tetap seperti itu selamanya." jawab Ardian yang begitu menyayangi Irhan.
"Lalu bagaimana dengan Irin jika hasilnya menunjukkan Irhan bukan darah dagingmu?? Apa yang akan kau lakukan padanya?." lagi, tanya dokter Wisnu yang kenal betul dengan watak sahabatnya itu, paling tidak suka dibohongi.
"Entahlah...aku belum memikirkan itu, tapi kalau sampai hal itu benar-benar terjadi, aku pastikan Irin akan menyesali perbuatannya." selama dua puluh tahun lebih membina rumah tangga, Ardian selalu memanjakan Irin. Apapun yang diminta oleh istrinya itu selalu dipenuhi oleh Ardian. Bahkan setelah melahirkan Irhan, Irin yang ingin melanjutkan pendidikannya di luar negeri di izinkan oleh Ardian, meskipun setiap detik pria itu harus menahan kerinduan nya pada wanita itu saat mereka terpisah jarak yang cukup jauh. Semua itu dilakukan Ardian tak lain karena besarnya rasa cintanya kepada Irin. Tetapi, jika terbukti selama ini wanita itu telah menipunya, menutupi kebenaran tentang Irhan, bisa dipastikan Ardian akan murka.
Semakin berat saja helaan napas dokter Wisnu mendengar jawaban Ardian.
Keesokan harinya.
Irhan sudah selesai dioperasi dan operasinya pun berjalan dengan lancar. Hanya tinggal menunggu Irhan siuman. seperti pengakuan Ardian dihadapan Dokter Wisnu, pria itu memang sangat menyayangi Irhan. Terbukti, Ardian tak sedetikpun meninggalkan Irhan. Rasa kasih sayangnya yang sangat besar pada Irhan membuat Ardian tetap setia menunggui putranya di ruang ICU. Meskipun dokter sudah beberapa kali memintanya untuk menunggu diluar mengingat ruangan tersebut merupakan ruangan steril, namun Ardian meminta kebijaksanaan dari dokter untuk tetap membiarkannya berada di sisi Irhan hingga putranya itu sadarkan diri.
"Meskipun kemungkinan itu sangat kecil, tapi aku berharap Irhan adalah anak kandungmu, Ardian." batin Dokter Wisnu ketika melihat Ardian terlelap di kursi samping tempat tidur Irhan.
Pergerakan tangan Irhan membangunkan Ardian dari tidurnya. "Kamu sudah sadar, nak?." dengan cepat Ardian menekan tombol untuk memanggil tenaga medis.
Tak lama kemudian, beberapa orang dokter serta perawat menghampiri bad Irhan, guna memeriksa kondisi pemuda itu.
"Kita patut bersyukur! Ini sebuah mukjizat, pasien sadar lebih awal dari perkiraan." jelas dokter usai memeriksa kondisi Irhan. Ya, sebelumnya dokter memperkirakan Irhan baru akan sadar dalam waktu seminggu ke depan mengingat pemuda itu baru saja melewati operasi besar pada jaringan saraf pada kepalanya yang disebabkan benturan benturan keras.
disini siapa yang licik ???
disini siapa gak tamak???
gak usah sok playing victim gtu donk...
nggak semua orang bisa kamu jadikan boneka,yang hidupnya bisa kamu mainkan
ingin mengendalikan Ardian,tapi dia menyakiti Kafisha...
krᥒ ⍴ᥱᥒ᥆k᥆һᥲᥒ ᥒᥲmᥲᥒᥡᥲ һᥲm⍴іr mіrі⍴
sᥱmᥲᥒgᥲ𝗍 ᥡᥲ kᥲk ✍️
Ternyata Irin tak sebaik yang di kira...
aneh
jadi susah bedainnya kk Thor 😆🙏
seharusnya Ardian pindah ke kamar Kafisha ...
Ini kamar Ardian dan Irin gak pantes rasanya mereka tidur diranjang ini, apalagi Irin masih hidup.masih istri Ardian juga...
Kafisha dilamar sm irin untuk jadi madunya, karna anak lakinya suka sama kafisha
Gitu gak yaaa ?
Semakin seruuu ceritanyaaa, semangat terus thor 💪🏼
malang bener nasib mu Fisha....
kenak kehamilan simpatik ini si Adrian😆😆😆😆